GG

GG
Follow my Twitter : @lovbie_df

Senin, 24 Maret 2014

[FF] Stay_Part.2




Main Cast         : Byun Baekhyun, Hwang Eunri (OC)
Author              : Bie

       
        "YAA! sunbaenim, gawat" teriak Eunbi tepat di telinga Baekhyun. 

        "Ada apa?" Tanya Baekhyun dengan malas.
        "Eunri"
        "Kenapa dia?" Tanya Baekhyun yang mulai panik.
        "Dia...dia ingin minum bubble tea dan kau yang harus membelikannya" Baekhyun pun langsung menyemburkan minumannya sembarangan dan terbelalak.
        "Hanya itu? Kau mengagetkanku hanya karena itu?" Eunbi berusaha menahan tawa sementara Junmyeon hanya terkikik. "Kau sama menyebalkannya dengan kakakmu" gerutu Baekhyun yang langsung berlari menghampiri penjual bubble tea.
        Kegaduhan diluar tak mampu mengusik Eunri dari lamunannya. Sesekali ia terkikik dan langsung menutup mulutnya, memandang berkeliling, memastikan tak ada yang memperhatikannya dan menganggapnya sakit atau apa, kemudian kembali memandang keluar jendela, tenggelam dalam lamunannya.
         "Dengar, kurasa temanmu berusaha membuatku sakit jantung. Bayangkan saja, mengagetkanku hanya karena kau ingin bubble tea"
         Rasakan pembalasanku, bisik Eunri dalam hati, sementara ia pura-pura memasang tampang prihatin.

        "Kau yakin akan melakukannya?" Bisik Eunbi dengan was was.
        "Tentu saja, kemarin dia sudah cukup membuatku jantungan" jawab Eunri dengan geram.
        "Kau yakin ini akan berjalan sesuai rencanamu?"
        "Kenapa kau selalu tidak yakin dengan apa yang kulakukan?" gerutu Eunri.
        "Baiklah, tapi aku tak mau ambil resiko, kurasa...Eunri butuh bantuanmu" sambar Eunbi saat Taehyun tiba-tiba melintas di hadapan mereka.
        "Dengar, kau harus mau membantuku, oke?" Bisik Eunri.
        "Apa?" Tanya Taehyun dengan malas.
        Eunri pun segera membisikkan sesuatu ke telinga Taehyun, membuat namja itu sesekali berjengit dan memekik ngeri.
        "Kau yakin?"
        "Eumm, aku harus pergi sekarang" ucap Eunri yang langsung menarik lengan Eunbi.

        Tumpukan buku di meja belakang berhasil membuat makhluk di baliknya mengeluh. Sesekali ia berdecak sebal sambil memainkan ponselnya.
        "Kau belum menyelesaikannya?" Tanya Taehyun yang baru saja melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas itu, diikuti Junmyeon yang sibuk dengan i-pod nya.
        "Ya! Kalian ini anggota kelompokku, bisakah kalian ikut membantu?" Geram Baekhyun.
        "Sudahlah Baek, kau tau sendiri kan kami lemah di pelajaran ini? Jadi..kuserahkan semuanya padamu, oke?" Ucap Junmyeon sambil menepuk bahu Baekhyun.
        Tak lama kemudian, ponsel Junmyeon berbunyi, seseorang telah memberi kabar buruk. Sesaat ia melirik Baekhyun yang balas menatapnya dengan bingung.
        "Ini tentang Eunri..kurasa dia dalam bahaya" ucap Junmyeon setelah memasukkan ponselnya.
        "Mwo?" Taehyun dan Baekhyun langsung berpandangan, mereka mulai panik.
         "Ini nyata?" gumam Taehyun.
        "Eunbi baru saja memberitahuku kalau ada seseorang yang menculiknya"

        "Toko buku terdekat dari sekolah"
        "Kurasa ini tempat yang Eunbi maksud tadi" gumam Baekhyun mengingat-ingat ucapan Eunbi.
        "Oppa" panggil sebuah suara dari belakang mereka.
        "Ya! Kim Eunbi, dimana Eunri?" Tanya Taehyun.
        "Mereka membawa Eunri kesana" ucap Eunbi sambil menunjuk jalan di kiri mereka.
        "Aku akan mencarinya, kalian panggil polisi, ok?" Teriak Baekhyun yang langsung berlari meninggalkan kedua temannya dan Eunbi.


        Baekhyun terus berlari tanpa mempedulikan orang-orang disekitarnya yang mulai mengumpat karena ia tak memperhatikan jalan. Kepanikannya bertambah saat ibu Eunri menghubunginya.
"Baekhyun-a, apa Eunri bersamamu? Sebentar lagi hujan dan dia belum pulang" Baekhyun diam, ia tak tau harus menjawab apa, sementara ibu Eunri sepertinya mulai panik. "Baekhyun-a..kau mendengarku?"
        "Ah ne, Eunri ada disini, kami akan pulang bersama nanti"
"Syukurlah, teruskan belajarmu kalau begitu" ucap ibu Eunri tepat saat tetesan air mulai membasahi bumi.
        "Oh tidak, jangan sekarang" gumam Baekhyun yang langsung melanjutkan pencariannya.
        Setelah tiga jam lebih berlarian di tengah guyuran air hujan dan hembusan angin yang menembus kulitnya, Baekhyun mulai menyerah, ia merasa tak sanggup lagi.
        "Mianhae" bisik Baekhyun.

        "Eunri-a, bukankah kau pulang dengan Baekhyun? Dimana dia?" Tanya ibunya.
        "Baekhyun? Jadi dia berbohong pada eomma?" bisiknya.
        "Ah ne, eumm..dia harus ke..suatu tempat" jawabnya gugup.
        "Di tengah hujan seperti ini?" Eunri hanya mengangguk dan langsung berlari ke kamarnya.
        "Aih..apa dia masih mencariku?" Bisik Eunri yang sesekali menengok keluar jendela.
        Setelah satu jam berkutat dengan kepanikannya, Eunri langsung terlonjak ketika mendengar seseorang menaiki anak tangga. Ia semakin yakin itu Baekhyun setelah mendengar suara pintu yang ditutup dengan sangat pelan.
        Eunri mulai memberanikan diri keluar dan mendekati kamar Baekhyun, menempelkan telinganya di pintu, berharap ia akan tahu apa yang Baekhyun lakukan di dalam sana. Tapi percuma, tak ada suara apapun, bahkan suara napas Baekhyun pun tak terdengar.
***
        Sarapan pagi ini terasa berbeda, tak ada ocehan Baekhyun di meja makan. Ibu Eunri yang menyadari ada kejanggalan pun langsung melirik Eunri yang hanya diam.
        "Panggil kakakmu" suruh ayahnya.
        "Kakak?"
        "Cepat, kalian bisa terlambat" ucap ibunya.
        "Arasseo..BAEKHYUN-A, PPALLI MEOKJA" teriak Eunri.
        "Ya ya ya! Kau ini punya tetangga, jangan teriak-teriak" tegur ayahnya sambil menatapnya dengan tajam.
        "Dan jangan panggil dia seperti itu, sopanlah pada orang yang lebih tua darimu" ucap ibunya seraya mengisyaratkan padanya agar menghampiri Baekhyun.
        Dengan berat hati, Eunri pun segera mendekati kamar Baekhyun dan mengetuk pintu kamar di depannya itu.
        "Ya! Byun Baekhyun, cepat bangun atau kita akan terlambat" hening, tak ada jawaban dari dalam sana. "Kau marah karena sadar aku telah membohongimu?" Gumamnya.
        Eunri yang tak sabar pun langsung membuka pintu kamar Baekhyun. Ia langsung berjengit begitu melihat sosok Baekhyun masih terbaring di tempat tidurnya, masih dengan seragam yang ia kenakan kemarin.
        "Kau mau membuatku kesal? Ayo cepat bangun" ucap Eunri sambil mengguncang tubuh Baekhyun.
        Baiklah, aku akan ikuti permainanmu, bisik Eunri dalam hati.
        "Hwang Baekhyun, kau harus bangun kalau adikmu yang cantik ini membangunkanmu" bisik Eunri dengan lembut.
         Lagi-lagi makhluk di depannya itu tak mau bangun, Eunri mulai kesal, ia tahu perbuatannya kemarin memang menyebalkan, mungkinkah Baekhyun ingin membalas perbuatannya?
        "PPALLI IREONA" teriak Eunri yang langsung membalik tubuh Baekhyun dengan kasar. "Baekhyun-a" gumamnya begitu menyadari apa yang telah terjadi pada kakaknya itu.
***
        "Apa dia baik-baik saja?" Tanya ibu Eunri ketika dokter yang memeriksa Baekhyun telah keluar.
         "Dia baik-baik saja, hanya perlu istirahat yang cukup"
        "Ah ne, gamsahamnida"
        Eunri terus merutuki kesalahannya, ya, ini memang salahnya.  Baekhyun tidak akan terlihat menyedihkan di depannya jika ia tidak menjalankan rencana konyolnya itu. Dengan sisa keberanian yang tinggal setetes, Eunri melangkahkan kakinya memasuki kamar Baekhyun dan duduk di tepi tempat tidur. Memandangi wajah damai Baekhyun saat terlelap, tanpa menyadari butiran kristal telah membasahi pipinya.
        "Bangun dan pukul aku, ini semua salahku" isaknya seraya mengguncang tubuh Baekhyun dengan lembut. "Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau peduli padaku padahal aku selalu membencimu. Kenapa?" Tangisnya makin pecah, sementara Baekhyun masih terkulai lemas. Demamnya belum juga turun, hal ini membuat Eunri semakin khawatir. 
          Eunri yang lelah menangis pun kini tak kuasa melawan beratnya kantuk yang mendera. Perlahan ia mulai menutup matanya, membiarkan rasa kantuk menguasainya, dan akhirnya ia pun terlelap, dengan air mata yang masih mengalir membasahi pipinya.
.
.
.
.
.
.
TBC

Rabu, 19 Maret 2014

[FF] Stay_Part.1




Main Cast         : Byun Baekhyun, Hwang Eunri (OC)
Author              : Bie

Pagi ini tampak seperti biasanya, matahari memang bersinar lebih terang, tapi kebiasaan Hwang Eunri masih sama. Bangkit dari tempat tidur dan menyeret kakinya ke kamar mandi dengan malas.
        Pintu rumah terbuka tepat saat ia mulai menyelipkan sikat gigi ke dalam mulutnya. Dengan mata yang masih tertutup ia mulai mengeluh.
        "Baru pulang?" Gumamnya dengan suara serak.
        Setelah selesai dengan serangkaian kegiatan rutinnya di pagi hari, ia pun segera berlari ke ruang tamu, bersiap menyemburkan ribuan pertanyaan pada kedua orang tuanya. Tapi ia langsung terdiam saat mengetahui siapa yang telah menginjakkan kaki di rumahnya. Orang tuanya memang ada disana, tapi terlihat ada sosok lain di belakang mereka.
        "Tidurmu nyenyak?" Tanya ibunya sambil mengecup kening Eunri.
        "Eoh" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari anak laki-laki di hadapannya.
        "Oh iya, namanya Baekhyun, dia akan tinggal disini kurang lebih sebulan, dia harus menyelesaikan sekolah sebelum menyusul ayahnya ke London. Baik-baiklah dengannya, susah membujuknya untuk mau tinggal disini"
        "Jadi semalam kalian tidak pulang hanya karena membujuk anak ini?"
"Sopanlah sedikit, dia lebih tua darimu" sembur ayahnya. Eunri semakin tercengang, anak laki-laki yang sempat dia kira masih pantas disebut anak ingusan itu ternyata lebih tua darinya.
         "Aku tidak ingin ada orang lain disini"
        "Bukankah kau ingin punya kakak? Anggap saja kami telah mengabulkan keinginanmu"  jawab ayahnya sambil bergegas menaiki tangga, yang disusul bunyi pintu berdebam keras dari atas sana, dan Eunri sadar bahwa ayahnya sudah mulai marah.
        "Ayo kutunjukkan dimana kamarmu" ucap ibu Eunri sambil menyambar koper Baekhyun.
        "Ne, eomeonim" ibu Eunri langsung berbalik dan mendelik.
        "Eomeonim? Dengar, aku tidak suka ada orang lain tinggal disini, karena kau sudah memutuskan untuk tinggal disini berarti kau adalah anggota keluarga kami. Yah, paling tidak panggil aku eomeoni, atau eomma"
        "Eomma" bantah Eunri.
        "Ayo nak" ucapnya setelah melempar tatapan -jangan-membantah- pada Eunri.
        "Tidak ada kamar lagi di rumah ini, kecuali. . ." Eunri langsung membulatkan kedua matanya, kemudian melesat menyusul ibunya dan Baekhyun. "Sudah kuduga" gumamnya saat mereka berhenti di depan ruangan di samping kamarnya.
        "Kalian libur kan? Berarti kalian punya lebih banyak waktu untuk saling mengenal"
        "Saling mengenal? Kurasa itu tidak perlu, bahkan tahu namanya pun bagiku terlalu berlebihan" ucap Eunri yang langsung membanting pintu kamarnya. Tapi ia masih sempat mendengar ucapan ibunya seperti, "Mungkin dia masih marah karena kami pulang pagi"
        Ia memang marah, tapi bukan itu alasannya. Ia tidak suka kalau orang tuanya menyuruhnya menganggap Baekhyun sebagai kakaknya. Keinginannya untuk memiliki seorang kakak telah sirna sejak seseorang yang telah ia anggap sebagai kakak telah meninggalkannya.
     "Aku ingin punya kakak, namja, kadang aku merasa terlalu kesepian"
     "Kalau begitu kau bisa menganggapku sebagai kakakmu"
     "Jinjja?"
     "Tentu saja, aku juga ingin punya adik, yeoja"
     "Uwaaa, kebetulan sekali"
     "Jadi mulai sekarang kau adalah adikku, oke"
     "Ne, oppa"*
        Eunri langsung melempar fotonya tepat saat ia mendengar ketukan di pintu kamarnya. Belum sempat ia membuka mulutnya, nampaklah kepala yang telah menyembul dari luar.
        "Apa aku boleh masuk?"
        "Bahkan kepalamu telah masuk sebelum kau menanyakan hal itu"
        "Apa kau marah padaku?" Tanya Baekhyun yang kini telah duduk disamping Eunri.
        "Aku tidak punya alasan untuk marah padamu"
        "Lalu kenapa kau seperti ini?"
        "Entahlah, cepat keluar karena aku harus ganti baju" ucap Eunri sambil mendorong Baekhyun keluar dari kamarnya.
***
        "Menganggapnya sebagai kakakku? Hah, mimpi buruk apa aku semalam?" Keluh Eunri.
        "Kau ingin punya kakak, kan? Sudahlah terima saja nasibmu" kekeh Eunbi.
        "Ya! Aku kesini bukan untuk mendengar ejekanmu"
         "Arasseo, mian"
         "Jadi, apa yang harus kulakukan?"
        "Entahlah. Ah, memangnya kenapa dia tinggal di rumahmu? Dia punya rumah sendiri kan?"
        "Benar juga. Ah, tapi aku tidak akan pernah bertanya tentang apapun padanya" tepat setelah mengatakan itu, ponsel Eunri berbunyi, nomor baru telah mengiriminya sebuah pesan.
==========================
     Kau dimana? Kau masih marah? Aku benar-benar minta maaf
Baekhyun
==========================
        "Lihat kan, dia tak semenyebalkan seperti yang kau kira" gumam Eunbi dari belakang.
        "YAAAAA!" Teriak Junmyeon, kakak Eunbi yang baru saja menyentakkan pintu kamar Eunbi, sementara Eunbi dan Eunri hanya memandangnya dengan tatapan aneh. "Kudengar Baekhyun tinggal dirumahmu, apa itu benar?"
        "Hmm"
        "Kau mengenalnya?" Tanya Eunbi.
        "Tentu saja, dia temanku"
        "Apa dia menyebalkan?" Tanya Eunri.
         "Tidak juga. Ya! apa aku boleh kerumahmu untuk mengunjunginya?"
        "Kenapa kau jadi menyebalkan, hah?" bentak Eunri yang langsung menyambar tasnya.
         "Kau mau kemana?"
        "Pulang"
        "Ya! Hwang Eunri, percayalah dia tidak seburuk yang kau pikirkan" teriak Junmyeon.
        Sesampainya di rumah, Eunri langsung terlonjak melihat Baekhyun yang berdiri di depan pintu, menunggu seseorang.
        "Kau menunggu seseorang?" Baekhyun pun langsung mengangkat wajahnya dan tersenyum.
         "Ya, dan yang kutunggu akhirnya datang juga" Eunri langsung berbalik, memandang sekelilingnya dan mulai mengerutkan keningnya. "Apa yang kau cari?" Tanya Baekhyun keheranan.
        "Orang yang kau cari"
        "Untuk apa kau mencari dirimu sendiri?"
        "A..aku? Untuk apa kau mencariku?"
        "Hanya ingin memastikan kalau kau baik-baik saja"
        "Aku bukan anak kecil yang perlu kau khawatirkan" balasnya sambil beranjak meninggalkan Baekhyun.
        Eunri kembali terlonjak begitu masuk ke kamarnya, pemandangan yang tak biasa tersaji di depan matanya. Tulisan "Mianhae, Hwang Eunri" tertempel dengan indah di atas tempat tidurnya. Tapi benda di samping kotak musiknya lah yang mampu menarik perhatiannya. Miniatur boneka salju lengkap dengan topi di kepalanya dan ada sebuah kertas disampingnya.
     "Aku benar-benar tidak ingin bermusuhan denganmu"
        "Apa aku terlalu kejam? Dia tidak bersalah, kan" Pikirnya.
***
        Hari pertama, dimana dia benar-benar akan berinteraksi dengan Byun Baekhyun, orang yang harus ia anggap sebagai kakaknya.
        "Dimana dia?" Tanya Eunri sambil mengawasi sekelilingnya.
        "Siapa? Baekhyun? Dia sudah berangkat" jawab ibunya.
        "Sepagi ini? Rajin sekali" ucapnya setelah melirik jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi.
        "Kau harus lebih rajin dari dia" sahut ayahnya.
        "Jangan mulai lagi, appa"
        "Arasseo..arasseo, cepat makan"
        Setelah menghabiskan sarapannya, Eunri langsung bergegas ke sekolahnya. Ia hanya memikirkan apa yang harus ia katakan jika bertemu dengan Baekhyun. Byun Baekhyun adalah seniornya, tapi Eunri tidak pernah bertemu dengannya, apalagi tahu namanya. Tahu bahwa dia satu kelas dengan Junmyeon -kakak Eunbi- pun masih kemarin.
        "Kau lihat Baekhyun?"
        "Bukankah kemarin kau bilang kau tidak menyukainya? Kenapa sekarang kau mencari Baek?" Heran Junmyeon.
        "Aku memang tidak menyukainya" gerutu Eunri sambil beranjak meninggalkan Junmyeon.

        "Eunbi-a..." panggilnya dengan manja.
        "Kau mau minta bantuan apa?" Tanyanya dengan malas.
        "Darimana kau tau kalau aku butuh bantuan?"
        "Aku mengenalmu bukan baru kemarin, jadi aku pasti tahu kebiasaanmu. Dan sekarang kau datang padaku lalu memintaku untuk menghubungi Baekhyun oppa, iya kan?"
        "Huh? Darimana kau tau?" Tanya Eunri yang langsung melepas pelukannya.
        "Sudahlah, kalian kan satu rumah, jadi pasti nanti ketemu"
        "Iya juga sih, kurasa sikapku terlalu berlebihan padanya, sepertinya dia kecewa padaku"
***
        "Tidak..tidak, aku tidak pernah merasa kecewa karena sikapnya yang terlalu dingin, jika aku ada di posisinya mungkin aku juga akan bertindak seperti itu" jawab Baekhyun dengan santai.
        "Jadi apa yang akan kau lakukan?"
        "Aku akan menunjukkan padanya kalau aku tidak pernah merasa kecewa..YA! HWANG EUNRI" panggil Baekhyun saat sosok Eunri mulai terlihat. Ia pun langsung melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum pada Eunri yang mulai memasang tampang heran.
        "Kurasa aku harus mengurungkan niatku untuk minta maaf padanya" bisik Eunri pada Eunbi yang hanya bisa menatapnya dengan tatapan aneh. "Apa yang kau lakukan disini?"
         "Menunggumu, tentu saja"
        "Ya! Byun Baekhyun, kami pulang dulu"
        "Jangan panggil aku dengan nama itu, mulai hari ini, dan selama satu bulan namaku adalah Hwang Baekhyun, kau dengar? Hwang Baek Hyun"
        "HWANG?kenapa kau memakai.  . ." Eunri langsung diam begitu Baekhyun menoleh dan tersenyum padanya.
        "Terserah kau sajalah, HWANG Baekhyun" ucap Junmyeon yang langsung mengajak Eunbi meninggalkan mereka berdua.
     "Ya! Ya! Bukankah itu Hwang Eunri?” Eunri pun langsung menoleh dan memandang yeoja-yeoja itu dengan tatapan seperti pedang yang siap menembus kepala mereka. "Kenapa dia dengan Baekhyun oppa?"
        "Kau masih mau mendengarkan obrolan menyebalkan mereka?" Bisik Baekhyun.
        "Apa kau gila?" Balas Eunri yang mulai geram.
        "Kalau begitu cepat masuk" ucap Baekhyun sambil membuka pintu mobil dihadapan mereka.
        "Lihat! Lihat! Kenapa. . ."
        "Mungkin Hwang Eunri memohon-mohon agar Baekhyun oppa mau mengantarnya pulang "
        "Dengan begitu semua orang akan mengira ada sesuatu diantara mereka"
        "Tepat sekali"
        "Ya! Hwang Eunri, cepat masuk, sampai kapan kau akan bertahan mendengar ocehan mereka?" Tanya Baekhyun dengan kesal.
        "Aku tidak mau"
         "Tidak mau? Kau tidak mau pulang naik mobil? Jadi kau mau kugendong sampai rumah?" Teriak Baekhyun.
        "Kau dengar itu? Bahkan dia meminta Baekhyun oppa menggendongnya" Eunri yang sudah tidak tahan lagi mendengar obrolan itu pun langsung masuk dengan bersungut-sungut.
        "Kau harus menebus semuanya" bisik Eunri sebelum mobil itu melaju menembus kehangatan sinar mentari sore.
***
        "Aku pulang" ucap Eunri dengan lesu.
        "Masuklah dan cepat mandi, eomma sudah menyiapkan makan malam"
      "Ne" jawab Baekhyun dan Eunri serempak.
      "Hwang Baekhyun, ayahmu mengatakan kau meninggalkan sesuatu di apartemen"
        "Ah ne, sepertinya gitarku"
        "Hwang? Eomma"
        "Cepat mandi" Eunri tidak bisa membantah lagi jika ibunya mulai menaikkan suaranya.
        "Mana Baekhyun yang kemarin? Mana Baekhyun yang pendiam?" Bisiknya. "Apa jangan-jangan dia punya kepribadian ganda? Hah...apa itu benar-benar ada?" Ucapnya sambil memekik ngeri.

        "Ya! Hwang Eunri, cepat makan, makanan ini benar-benar lezat"
        "Aku tau" Baekhyun langsung menjatuhkan sendoknya dan ternganga. "Ini kesukaanku"
        "Oh" ucap Baekhyun yang kembali memandang piringnya.
        "Kapan ke apartemen?" Tanya ibu Eunri.
        "Setelah makan malam"
        "Kalau begitu kau bisa mengajak Eunri"
      "Eomma"
        "Kurasa dia tidak sibuk" Eunri bersiap membantah tepat saat pintu depan terbuka.
        "Oh kalian sudah makan rupanya" ucap ayah Eunri yang langsung mencium kening anaknya.
        "Dengar, aku ingin menanyakan satu hal padamu, kenapa kau lebih memilih tinggal dengan orang lain sementara kau punya apartemen sendiri, bukankah tinggal sendiri lebih menyenangkan?" Baekhyun terdiam, sementara ayah Eunri langsung meletakkan sendoknya.
        "Itu bukan urusanmu sayang,  dan jangan pernah menanyakan tentang hal itu lagi"
         "Kenapa?"
         "Baekhyun-a, lebih baik kau pergi sekarang sebelum mereka membuang gitarmu" sahut ibu Eunri. "Jangan lupa ajak Eunri"

        "Kenapa sikap mereka jadi aneh?" Gerutu Eunri yang langsung melirik Baekhyun.  Di luar dugaan, Baekhyun malah diam, berbeda dengan sikapnya beberapa menit yang lalu, sikap yang terkesan menyebalkan. "Ya! Byun Baekhyun, kenapa kau bisa berubah drastis? Apa kau punya kepribadian ganda?" Tanya Eunri bergidik.
        "Mwo?"
        "Bukankah tadi kau sangat menyebalkan? Kenapa tiba-tiba kau jadi pendiam?"
        "Tidak apa-apa" jawabnya singkat, tapi dari jawaban itulah Eunri semakin penasaran.
        "Apa kau ada masalah?"
        "Tidak"
        "Kau sedang mengkhawatirkan sesuatu?"
        "Tidak"
        "Atau kau marah karena sikapku?"
        "Tidak tidak, dan tidak. Lebih baik diamlah atau kujamin mobil ini akan menabrak tiang listrik di depan sana" Eunri pun hanya meliriknya dengan sebal kemudian mencoba untuk diam.

        "Baiklah, kita sudah mendarat, sekarang turunlah" ucap Baekhyun. Tunggu, tak ada jawaban sama sekali. Baekhyun pun langsung melirik tempat duduk di sampingnya, dan benar saja, Eunri telah tertidur dengan pulasnya. "Ya! Bagaimana kau bisa tidur sepulas ini hanya dalam tiga menit?" Gumamnya.
        Akhirnya Baekhyun yang tidak tega membangunkan Eunri pun memutuskan untuk meninggalkannya sebentar. Ia langsung berlari ke apartemennya dan bergegas mengambil  gitarnya. Tapi ia langsung berjengit begitu menyadari ada yang janggal. Eunri menghilang.
        "YA! HWANG EUNRI. .EUNRI-A"
        "Baek...hyun-ssi" gumam seseorang dibelakangnya.
        "Oh, ahjjussi"
          "Bukankah kau sudah pindah? Kenapa kau masih disini?"
        "Hanya mengambil barang-barangku"
        "Ah, begitu. Tunggu, sepertinya kau sedang kebingungan"
        "Ne, aku sedang mencari seseorang, yeoja, tadi aku meninggalkannya di mobil"
        "Ah ya, tadi aku lihat yeoja berambut panjang keluar dari mobil itu" ucapnya sambil menunjuk mobil di belakang Baekhyun. "Sepertinya dia menangis"
        "Ne? Dimana dia sekarang?"

    
        Tangis Eunri semakin pecah, ia tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang mungkin merasa terganggu. Mungkin orang-orang itu berpikir Eunri berusaha menguras air matanya. Tak ada yang mencoba menenangkannya, Baekhyun yang sedari tadi hanya memandangnya dari kejauhan pun kini mulai mendekat.
        "Gwaenchana?" Bisik Baekhyun sambil meletakkan tangannya di bahu Eunri. Tak ada jawaban, hanya isak tangis Eunri lah yang terdengar. "Tak apa, kau bisa menceritakannya nanti" ucap Baekhyun seraya memeluk Eunri yang semakin tak kuat membendung air matanya.
        Mereka sampai rumah tepat setelah Baekhyun menyadari Eunri telah terlelap di sampingnya.
        Mungkin lelah karena menangis, pikirnya.
        "Tak kusangka kau seringan ini" gumam Baekhyun yang langsung menaiki undakan depan dengan Eunri yang terlelap di atas punggungnya.
        "Apa yang terjadi?" Tanya ibu Eunri dengan panik.
        "Tidak apa-apa, dia hanya tertidur"
        Eunri semakin pulas, hanya sesekali saja ia bergerak untuk mengatur posisi tidurnya. Sementara Baekhyun sama sekali tak melepas pandangannya dari yeoja itu, sedetik pun. Ia langsung melirik jam di atas nakas sebelum akhirnya memutuskan untuk mendekati yeoja itu dan membelai rambutnya dengan lembut.
        "Jaljja" bisik Baekhyun seraya mengelus pipi Eunri yang masih menampakkan bekas air mata. 
***
        Seberkas cahaya menembus tirai-tirai di kamar Eunri, membuat sang empunya menggeliat dan mulai menggosok kedua matanya dengan kasar. Mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya. Dengan malas ia pun melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dan langsung memeluk seorang wanita yang kini tengah sibuk dengan masakannya.
        "Hari ini kau libur?" Tanya ibunya.
        "Hmm"
        "Ah ya, kau harus berterima kasih pada Baekhyun yang dengan senang hati telah menggendongmu tadi malam"
        "Hah? Untuk apa dia melakukannya?" Tanya Eunri yang langsung melompat mundur.
        "Kau tertidur, dan dia tidak tega membangunkanmu, jadi tak ada pilihan lain, kan?"
        "Selain itu?" Tanya Eunri dengan was was.
        "Entahlah"
        Mendengar jawaban itu, Eunri langsung melesat menghampiri Baekhyun yang tengah melahap ice cream sambil membaca buku dengan judul "Politik yang Tak Adil" milik ayah Eunri.
        "Ya! Apa yang kau lakukan padaku?" Baekhyun mendongak dan menatapnya hampa.
        "Apa?"
        "Sudahlah jangan pura-pura polos, kemarin setelah dari apartemenmu apa yang kau lakukan padaku?"
        "Apa kau lupa? Kau benar-benar tidak mengingatnya? Bagaimana mungkin kau melupakan kejadian itu?"
        "Apa? Apa yang kaulakukan?" Tanya Eunri yang mulai membelalakkan matanya.
        "Menurutmu apa yang kulakukan? Ah tidak, pertanyaanmu salah,  bukan apa yang kulakukan, tapi apa yang kita lakukan" balas Baekhyun dengan senyum evil-nya.
        "YAAA! DASAR NAMJA MESUM" teriak Eunri yang langsung melompat menjauh dan menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.
        "MWOOO?" Baekhyun yang tak mau kalah pun langsung bangkit, tak mempedulikan ice cream yang berceceran ataupun buku yang telah merosot dari pangkuannya.
        "Teganya kau melakukan 'itu' pada adikmu sendiri"
        "Melakukan apa? Hah?"
        "Ada apa ini?" Teriak ibu Eunri yang muncul dari dapur dengan spatulla dalam genggamannya.
        "Eomma, dia, teganya dia berbuat kurang ajar pada adiknya sendiri" ucap Eunri sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan hidung Baekhyun.
        "Kurang ajar apa? Aku hanya menggendongmu karena aku tidak tega membangunkanmu. Bukankah itu yang harus dilakukan seorang kakak pada adiknya?" Eunri terperangah sambil sesekali melirik ibunya.
        "Jadi, kau hanya menggendongku? Kau tidak melakukan hal-hal yang buruk padaku?" Tanya Eunri yang mulai merendahkan suaranya.
        "Untuk apa? Mana mungkin aku melakukan hal itu pada orang yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri" semburat merah pun terlihat di pipi Eunri, ia hanya bisa tersenyum.
        "Kau benar-benar menganggapku sebagai adik?"
        "Kau perlu bukti? Kau ingin aku melompat dari lantai atas agar kau percaya?"
      "ANDWAEEEE" jerit Eunri dan ibunya.
        "Kau tidak perlu melakukannya" gumam Eunri.
        "Jadi, sudah selesai kan?" Tanya ibu Eunri yang telah menurunkan spatulla nya. Mereka tak menjawab, malah hanya tersenyum dan pergi begitu saja. Eunri kembali ke kamarnya sementara Baekhyun langsung berlari keluar. "Apa ini? Tak ada yang menjawab pertanyaanku?" Gumam ibu Eunri sambil memandangi punggung Eunri dan Baekhyun yang saling menjauh.
***
        Keesokan harinya, tidak seperti biasa, Baekhyun mengajak Eunri berangkat ke sekolah bersama.
        "Cepat ambil kunci mobilmu, dan ayo berangkat"
        "Kata siapa kita akan naik mobil?" Eunri langsung tercengang begitu berbalik dan mendapati Baekhyun tengah menuntun sebuah benda yang berhasil membuatnya membeku.
        "Kau bercanda?" Tanya Eunri dengan suara yang seakan sebatas gumaman.
        "Tidak, ayo cepat naik"
        "Aku tidak bisa"
        "Apanya yang tidak bisa? Yang harus kau lakukan hanyalah naik sekarang juga, atau kita akan terlambat"
        "AKU TIDAK MAU" teriak Eunri yang langsung mengambil langkah seribu, berusaha sejauh mungkin dari Baekhyun dan sepedanya.

        "Sikapnya pagi ini benar-benar aneh, dia melihat sepedaku seakan-akan melihat monster" gerutu Baekhyun yang sedari tadi memakan cemilan Junmyeon.
        "Bukankah dia selalu bersikap aneh di depanmu? Dan aku yakin yang dia lihat sebagai monster itu bukan sepedamu, tapi kau"
        "Ya! Jangan cari masalah denganku"
        "Untuk apa? Itu tidak penting"
        "YAA! sunbaenim, gawat" teriak Eunbi tepat di telinga Baekhyun.
        "Ada apa?" Tanya Baekhyun dengan malas.
        "Eunri..." Baekhyun pun langsung menyemburkan minumannya sembarangan dan terbelalak.
.
.
.
.
.
TBC