"YAA! sunbaenim,
gawat" teriak Eunbi tepat di telinga Baekhyun.
"Ada apa?" Tanya Baekhyun dengan
malas.
"Eunri"
"Kenapa dia?" Tanya Baekhyun yang
mulai panik.
"Dia...dia ingin minum bubble tea dan
kau yang harus membelikannya" Baekhyun pun langsung menyemburkan
minumannya sembarangan dan terbelalak.
"Hanya itu? Kau mengagetkanku hanya
karena itu?" Eunbi berusaha menahan tawa sementara Junmyeon hanya terkikik.
"Kau sama menyebalkannya dengan kakakmu" gerutu Baekhyun yang
langsung berlari menghampiri penjual bubble tea.
Kegaduhan diluar tak mampu mengusik Eunri
dari lamunannya. Sesekali ia terkikik dan langsung menutup mulutnya, memandang
berkeliling, memastikan tak ada yang memperhatikannya dan menganggapnya sakit
atau apa, kemudian kembali memandang keluar jendela, tenggelam dalam
lamunannya.
"Dengar, kurasa temanmu berusaha
membuatku sakit jantung. Bayangkan saja, mengagetkanku hanya karena kau ingin
bubble tea"
Rasakan pembalasanku, bisik Eunri dalam
hati, sementara ia pura-pura memasang tampang prihatin.
"Kau yakin akan melakukannya?" Bisik
Eunbi dengan was was.
"Tentu saja, kemarin dia sudah cukup membuatku
jantungan" jawab Eunri dengan geram.
"Kau yakin ini akan berjalan sesuai
rencanamu?"
"Kenapa kau selalu tidak yakin dengan
apa yang kulakukan?" gerutu Eunri.
"Baiklah, tapi aku tak mau ambil resiko,
kurasa...Eunri butuh bantuanmu" sambar Eunbi saat Taehyun tiba-tiba
melintas di hadapan mereka.
"Dengar, kau harus mau membantuku,
oke?" Bisik Eunri.
"Apa?" Tanya Taehyun dengan malas.
Eunri pun segera membisikkan sesuatu ke
telinga Taehyun, membuat namja itu sesekali berjengit dan memekik ngeri.
"Kau yakin?"
"Eumm, aku harus pergi sekarang" ucap
Eunri yang langsung menarik lengan Eunbi.
Tumpukan
buku di meja belakang berhasil membuat makhluk di baliknya mengeluh. Sesekali
ia berdecak sebal sambil memainkan ponselnya.
"Kau
belum menyelesaikannya?" Tanya Taehyun yang baru saja melangkahkan kakinya
memasuki ruang kelas itu, diikuti Junmyeon yang sibuk dengan i-pod nya.
"Ya!
Kalian ini anggota kelompokku, bisakah kalian ikut membantu?" Geram
Baekhyun.
"Sudahlah Baek, kau tau sendiri kan kami lemah di
pelajaran ini? Jadi..kuserahkan
semuanya padamu, oke?" Ucap Junmyeon sambil menepuk bahu Baekhyun.
Tak
lama kemudian, ponsel Junmyeon berbunyi, seseorang telah memberi kabar buruk.
Sesaat ia melirik Baekhyun yang balas menatapnya dengan bingung.
"Ini tentang Eunri..kurasa dia dalam bahaya"
ucap Junmyeon setelah memasukkan ponselnya.
"Mwo?" Taehyun dan Baekhyun
langsung berpandangan, mereka mulai panik.
"Ini nyata?" gumam Taehyun.
"Eunbi baru saja memberitahuku kalau ada
seseorang yang menculiknya"
"Toko buku terdekat dari sekolah"
"Kurasa ini tempat yang Eunbi maksud
tadi" gumam Baekhyun mengingat-ingat ucapan Eunbi.
"Oppa" panggil sebuah suara dari
belakang mereka.
"Ya! Kim Eunbi, dimana Eunri?"
Tanya Taehyun.
"Mereka membawa Eunri kesana" ucap
Eunbi sambil menunjuk jalan di kiri mereka.
"Aku akan mencarinya, kalian panggil
polisi, ok?" Teriak
Baekhyun yang langsung berlari meninggalkan kedua temannya dan Eunbi.
Baekhyun
terus berlari tanpa mempedulikan orang-orang disekitarnya yang mulai mengumpat
karena ia tak memperhatikan jalan. Kepanikannya bertambah saat ibu Eunri
menghubunginya.
"Baekhyun-a, apa
Eunri bersamamu? Sebentar lagi hujan dan dia belum pulang" Baekhyun diam,
ia tak tau harus menjawab apa, sementara ibu Eunri sepertinya mulai panik.
"Baekhyun-a..kau mendengarku?"
"Ah ne, Eunri ada disini, kami akan
pulang bersama nanti"
"Syukurlah, teruskan
belajarmu kalau begitu" ucap ibu Eunri tepat saat tetesan air mulai
membasahi bumi.
"Oh tidak, jangan sekarang" gumam
Baekhyun yang langsung melanjutkan pencariannya.
Setelah tiga jam lebih berlarian di tengah
guyuran air hujan dan hembusan angin yang menembus kulitnya, Baekhyun mulai
menyerah, ia merasa tak sanggup lagi.
"Mianhae" bisik Baekhyun.
"Eunri-a,
bukankah kau pulang dengan Baekhyun? Dimana dia?" Tanya
ibunya.
"Baekhyun? Jadi dia berbohong pada
eomma?" bisiknya.
"Ah ne, eumm..dia harus ke..suatu
tempat" jawabnya gugup.
"Di tengah hujan seperti ini?"
Eunri hanya mengangguk dan langsung berlari ke kamarnya.
"Aih..apa dia masih mencariku?"
Bisik Eunri yang sesekali menengok keluar jendela.
Setelah satu jam berkutat dengan
kepanikannya, Eunri langsung terlonjak ketika mendengar seseorang menaiki anak
tangga. Ia semakin yakin itu Baekhyun setelah mendengar suara pintu yang
ditutup dengan sangat pelan.
Eunri mulai memberanikan diri keluar dan
mendekati kamar Baekhyun, menempelkan telinganya di pintu, berharap ia akan
tahu apa yang Baekhyun lakukan di dalam sana. Tapi percuma, tak ada suara
apapun, bahkan suara napas Baekhyun pun tak terdengar.
***
Sarapan pagi ini terasa berbeda, tak ada
ocehan Baekhyun di meja makan. Ibu Eunri yang menyadari ada kejanggalan pun
langsung melirik Eunri yang hanya diam.
"Ya ya ya! Kau ini punya tetangga,
jangan teriak-teriak" tegur ayahnya sambil menatapnya dengan tajam.
"Dan jangan panggil dia seperti itu,
sopanlah pada orang yang lebih tua darimu" ucap ibunya seraya
mengisyaratkan padanya agar menghampiri Baekhyun.
Dengan berat hati, Eunri pun segera mendekati
kamar Baekhyun dan mengetuk pintu kamar di depannya itu.
"Ya! Byun Baekhyun, cepat bangun atau
kita akan terlambat" hening, tak ada jawaban dari dalam sana. "Kau
marah karena sadar aku telah membohongimu?" Gumamnya.
Eunri yang tak sabar pun langsung membuka
pintu kamar Baekhyun. Ia langsung berjengit begitu melihat sosok Baekhyun masih
terbaring di tempat tidurnya, masih dengan seragam yang ia kenakan kemarin.
"Kau mau membuatku kesal? Ayo cepat
bangun" ucap Eunri sambil mengguncang tubuh Baekhyun.
Baiklah, aku akan ikuti permainanmu, bisik
Eunri dalam hati.
"Hwang
Baekhyun, kau harus bangun kalau adikmu yang cantik ini membangunkanmu"
bisik Eunri dengan lembut.
Lagi-lagi
makhluk di depannya itu tak mau bangun, Eunri mulai kesal, ia tahu perbuatannya
kemarin memang menyebalkan, mungkinkah Baekhyun ingin membalas perbuatannya?
"PPALLI
IREONA" teriak Eunri yang langsung membalik tubuh Baekhyun dengan kasar. "Baekhyun-a" gumamnya begitu menyadari apa yang
telah terjadi pada kakaknya itu.
***
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya ibu
Eunri ketika dokter yang memeriksa Baekhyun telah keluar.
"Dia baik-baik saja, hanya perlu
istirahat yang cukup"
"Ah ne, gamsahamnida"
Eunri terus merutuki kesalahannya, ya, ini
memang salahnya.Baekhyun tidak akan
terlihat menyedihkan di depannya jika ia tidak menjalankan rencana konyolnya
itu. Dengan sisa keberanian yang tinggal setetes, Eunri melangkahkan kakinya
memasuki kamar Baekhyun dan duduk di tepi tempat tidur. Memandangi wajah damai
Baekhyun saat terlelap, tanpa menyadari butiran kristal telah membasahi
pipinya.
"Bangun dan pukul aku, ini semua
salahku" isaknya seraya mengguncang tubuh Baekhyun dengan lembut.
"Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau peduli padaku padahal aku selalu
membencimu. Kenapa?" Tangisnya makin pecah, sementara Baekhyun masih
terkulai lemas. Demamnya belum juga turun, hal ini membuat Eunri semakin
khawatir.
Eunri
yang lelah menangis pun kini tak kuasa melawan beratnya kantuk yang mendera.
Perlahan ia mulai menutup matanya, membiarkan rasa kantuk menguasainya, dan
akhirnya ia pun terlelap, dengan air mata yang masih mengalir membasahi
pipinya.
Pagi ini tampak seperti biasanya, matahari
memang bersinar lebih terang, tapi kebiasaan Hwang Eunri masih sama. Bangkit
dari tempat tidur dan menyeret kakinya ke kamar mandi dengan
malas.
Pintu rumah terbuka tepat saat ia mulai
menyelipkan sikat gigi ke dalam mulutnya. Dengan mata yang masih
tertutup ia mulai mengeluh.
"Baru pulang?" Gumamnya dengan
suara serak.
Setelah selesai dengan serangkaian kegiatan
rutinnya di pagi hari, ia pun segera berlari ke ruang tamu, bersiap
menyemburkan ribuan pertanyaan pada kedua orang tuanya. Tapi ia langsung
terdiam saat mengetahui siapa yang telah menginjakkan kaki di rumahnya. Orang
tuanya memang ada disana, tapi terlihat ada sosok lain di belakang mereka.
"Tidurmu
nyenyak?" Tanya ibunya sambil mengecup kening Eunri.
"Eoh"
jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari anak laki-laki di hadapannya.
"Oh
iya, namanya Baekhyun, dia akan tinggal disini kurang lebih sebulan, dia harus
menyelesaikan sekolah sebelum menyusul ayahnya ke London. Baik-baiklah
dengannya, susah membujuknya untuk mau tinggal disini"
"Jadi
semalam kalian tidak pulang hanya karena membujuk anak ini?"
"Sopanlah sedikit, dia lebih tua
darimu" sembur ayahnya. Eunri semakin tercengang, anak laki-laki yang
sempat dia kira masih pantas disebut anak ingusan
itu ternyata lebih tua darinya.
"Aku tidak ingin ada orang lain
disini"
"Bukankah
kau ingin punya kakak? Anggap saja kami telah mengabulkan keinginanmu"jawab ayahnya sambil bergegas menaiki tangga,
yang disusul bunyi pintu berdebam keras dari atas sana, dan Eunri sadar bahwa
ayahnya sudah mulai marah.
"Ayo
kutunjukkan dimana kamarmu" ucap ibu Eunri sambil menyambar koper
Baekhyun.
"Ne,
eomeonim" ibu Eunri langsung berbalik dan mendelik.
"Eomeonim?
Dengar, aku tidak suka ada orang lain tinggal disini, karena kau sudah
memutuskan untuk tinggal disini berarti kau adalah anggota keluarga kami. Yah,
paling tidak panggil aku eomeoni, atau eomma"
"Eomma"
bantah Eunri.
"Ayo nak" ucapnya setelah melempar tatapan
-jangan-membantah- pada Eunri.
"Tidak ada kamar lagi di rumah ini,
kecuali. . ." Eunri langsung membulatkan kedua matanya, kemudian melesat
menyusul ibunya dan Baekhyun. "Sudah kuduga" gumamnya saat mereka
berhenti di depan ruangan di samping kamarnya.
"Kalian libur kan? Berarti kalian punya
lebih banyak waktu untuk saling mengenal"
"Saling
mengenal? Kurasa itu tidak perlu, bahkan tahu namanya pun bagiku terlalu
berlebihan" ucap Eunri yang langsung membanting pintu kamarnya. Tapi ia masih sempat mendengar ucapan ibunya seperti,
"Mungkin dia masih marah karena kami pulang pagi"
Ia memang marah, tapi bukan itu alasannya. Ia
tidak suka kalau orang tuanya menyuruhnya menganggap Baekhyun sebagai kakaknya.
Keinginannya untuk memiliki seorang kakak telah sirna sejak seseorang yang
telah ia anggap sebagai kakak telah meninggalkannya.
"Aku ingin punya kakak, namja, kadang
aku merasa terlalu kesepian"
"Kalau begitu kau bisa menganggapku
sebagai kakakmu"
"Jinjja?"
"Tentu
saja, aku juga ingin punya adik, yeoja"
"Uwaaa,
kebetulan sekali"
"Jadi mulai sekarang kau adalah
adikku, oke"
"Ne, oppa"*
Eunri langsung melempar fotonya tepat saat ia
mendengar ketukan di pintu kamarnya. Belum sempat ia membuka mulutnya,
nampaklah kepala yang telah menyembul dari luar.
"Apa aku boleh masuk?"
"Bahkan kepalamu telah masuk sebelum kau
menanyakan hal itu"
"Apa kau marah padaku?" Tanya
Baekhyun yang kini telah duduk disamping Eunri.
"Aku tidak punya alasan untuk marah
padamu"
"Lalu kenapa kau seperti ini?"
"Entahlah, cepat keluar karena aku harus
ganti baju" ucap Eunri sambil mendorong Baekhyun keluar dari kamarnya.
***
"Menganggapnya sebagai kakakku? Hah,
mimpi buruk apa aku semalam?" Keluh Eunri.
"Kau ingin punya kakak, kan? Sudahlah
terima saja nasibmu" kekeh Eunbi.
"Ya! Aku kesini bukan untuk mendengar
ejekanmu"
"Arasseo, mian"
"Jadi, apa yang harus kulakukan?"
"Entahlah. Ah, memangnya kenapa dia
tinggal di rumahmu? Dia punya rumah sendiri kan?"
"Benar juga. Ah, tapi aku tidak akan
pernah bertanya tentang apapun padanya" tepat setelah mengatakan itu,
ponsel Eunri berbunyi, nomor baru telah mengiriminya sebuah pesan.
==========================
Kau dimana?
Kau masih marah? Aku benar-benar minta maaf
Baekhyun
==========================
"Lihat kan, dia tak semenyebalkan
seperti yang kau kira" gumam Eunbi dari belakang.
"YAAAAA!" Teriak Junmyeon, kakak
Eunbi yang baru saja menyentakkan pintu kamar Eunbi, sementara Eunbi dan Eunri
hanya memandangnya dengan tatapan aneh. "Kudengar Baekhyun tinggal
dirumahmu, apa itu benar?"
"Hmm"
"Kau mengenalnya?" Tanya Eunbi.
"Tentu saja, dia temanku"
"Apa dia menyebalkan?" Tanya Eunri.
"Tidak juga. Ya! apa aku boleh
kerumahmu untuk mengunjunginya?"
"Kenapa kau jadi menyebalkan, hah?"
bentak Eunri yang langsung menyambar tasnya.
"Kau mau kemana?"
"Pulang"
"Ya! Hwang Eunri, percayalah dia tidak
seburuk yang kau pikirkan" teriak Junmyeon.
Sesampainya di rumah, Eunri langsung
terlonjak melihat Baekhyun yang berdiri di depan pintu, menunggu seseorang.
"Kau menunggu seseorang?" Baekhyun
pun langsung mengangkat wajahnya dan tersenyum.
"Ya, dan yang kutunggu akhirnya datang
juga" Eunri langsung berbalik, memandang sekelilingnya dan mulai
mengerutkan keningnya. "Apa yang kau cari?" Tanya Baekhyun keheranan.
"Orang yang kau cari"
"Untuk apa kau mencari dirimu
sendiri?"
"A..aku? Untuk apa kau mencariku?"
"Hanya ingin memastikan kalau kau
baik-baik saja"
"Aku
bukan anak kecil yang perlu kau khawatirkan" balasnya sambil beranjak
meninggalkan Baekhyun.
Eunri
kembali terlonjak begitu masuk ke kamarnya, pemandangan yang tak biasa tersaji
di depan matanya. Tulisan "Mianhae, Hwang Eunri" tertempel dengan
indah di atas tempat tidurnya. Tapi benda di samping kotak musiknya lah yang
mampu menarik perhatiannya. Miniatur boneka salju lengkap dengan topi di
kepalanya dan ada sebuah kertas disampingnya.
"Aku
benar-benar tidak ingin bermusuhan denganmu"
"Apa aku terlalu kejam? Dia tidak
bersalah, kan" Pikirnya.
***
Hari pertama, dimana dia benar-benar akan berinteraksi
dengan Byun Baekhyun, orang yang harus ia anggap sebagai kakaknya.
"Siapa? Baekhyun? Dia sudah
berangkat" jawab ibunya.
"Sepagi ini? Rajin sekali" ucapnya
setelah melirik jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi.
"Kau harus lebih rajin dari dia"
sahut ayahnya.
"Jangan mulai lagi, appa"
"Arasseo..arasseo,
cepat makan"
Setelah
menghabiskan sarapannya, Eunri langsung bergegas ke sekolahnya. Ia hanya
memikirkan apa yang harus ia katakan jika bertemu dengan Baekhyun. Byun
Baekhyun adalah seniornya, tapi Eunri tidak pernah bertemu dengannya, apalagi
tahu namanya. Tahu bahwa dia satu kelas dengan Junmyeon -kakak Eunbi-
pun masih kemarin.
"Kau
lihat Baekhyun?"
"Bukankah kemarin kau bilang kau tidak
menyukainya? Kenapa sekarang kau mencari Baek?" Heran Junmyeon.
"Aku memang tidak menyukainya"
gerutu Eunri sambil beranjak meninggalkan Junmyeon.
"Eunbi-a..." panggilnya dengan
manja.
"Kau mau minta bantuan apa?"
Tanyanya dengan malas.
"Darimana kau tau kalau aku butuh
bantuan?"
"Aku mengenalmu bukan baru kemarin, jadi
aku pasti tahu kebiasaanmu. Dan sekarang kau datang padaku lalu memintaku untuk
menghubungi Baekhyun oppa, iya kan?"
"Huh? Darimana kau tau?" Tanya
Eunri yang langsung melepas pelukannya.
"Sudahlah, kalian kan satu rumah, jadi
pasti nanti ketemu"
"Iya juga sih, kurasa sikapku terlalu
berlebihan padanya, sepertinya dia kecewa padaku"
***
"Tidak..tidak, aku tidak pernah merasa
kecewa karena sikapnya yang terlalu dingin, jika aku ada di posisinya mungkin
aku juga akan bertindak seperti itu" jawab Baekhyun dengan santai.
"Jadi apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan menunjukkan padanya kalau aku
tidak pernah merasa kecewa..YA! HWANG EUNRI" panggil Baekhyun saat sosok
Eunri mulai terlihat. Ia pun langsung melambai-lambaikan tangannya dan
tersenyum pada Eunri yang mulai memasang tampang heran.
"Kurasa aku harus mengurungkan niatku
untuk minta maaf padanya" bisik Eunri pada Eunbi yang hanya bisa
menatapnya dengan tatapan aneh. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Menunggumu, tentu saja"
"Ya! Byun Baekhyun, kami pulang
dulu"
"Jangan panggil aku dengan nama itu,
mulai hari ini, dan selama satu bulan namaku adalah Hwang Baekhyun, kau dengar?
Hwang Baek Hyun"
"HWANG?kenapa kau memakai.. ." Eunri langsung diam begitu Baekhyun
menoleh dan tersenyum padanya.
"Terserah kau sajalah, HWANG Baekhyun"
ucap Junmyeon yang langsung mengajak Eunbi meninggalkan mereka berdua.
"Ya!
Ya! Bukankah itu Hwang Eunri?” Eunri pun langsung menoleh dan memandang
yeoja-yeoja itu dengan tatapan seperti pedang yang siap menembus kepala mereka.
"Kenapa dia dengan Baekhyun oppa?"
"Kau masih mau mendengarkan obrolan
menyebalkan mereka?" Bisik Baekhyun.
"Apa kau gila?" Balas Eunri yang
mulai geram.
"Kalau begitu cepat masuk" ucap
Baekhyun sambil membuka pintu mobil dihadapan mereka.
"Lihat! Lihat! Kenapa. . ."
"Mungkin Hwang Eunri memohon-mohon agar
Baekhyun oppa mau mengantarnya pulang "
"Dengan begitu semua orang akan mengira
ada sesuatu diantara mereka"
"Tepat sekali"
"Ya! Hwang Eunri, cepat masuk, sampai kapan
kau akan bertahan mendengar ocehan mereka?" Tanya Baekhyun dengan kesal.
"Aku tidak mau"
"Tidak
mau? Kau tidak mau pulang naik mobil? Jadi kau mau kugendong sampai
rumah?" Teriak Baekhyun.
"Kau
dengar itu? Bahkan dia meminta Baekhyun oppa menggendongnya" Eunri yang
sudah tidak tahan lagi mendengar obrolan itu pun langsung masuk dengan
bersungut-sungut.
"Kau
harus menebus semuanya" bisik Eunri sebelum mobil itu melaju menembus
kehangatan sinar mentari sore.
***
"Aku
pulang" ucap Eunri dengan lesu.
"Masuklah
dan cepat mandi, eomma sudah menyiapkan makan malam"
"Ne"
jawab Baekhyun dan Eunri serempak.
"Hwang
Baekhyun, ayahmu mengatakan kau meninggalkan sesuatu di apartemen"
"Ah
ne, sepertinya gitarku"
"Hwang? Eomma"
"Cepat
mandi" Eunri tidak bisa membantah lagi jika ibunya mulai menaikkan
suaranya.
"Mana Baekhyun yang kemarin? Mana Baekhyun yang
pendiam?" Bisiknya. "Apa jangan-jangan dia punya kepribadian ganda?
Hah...apa itu benar-benar ada?" Ucapnya sambil memekik ngeri.
"Ya! Hwang Eunri, cepat makan, makanan
ini benar-benar lezat"
"Aku tau" Baekhyun langsung
menjatuhkan sendoknya dan ternganga. "Ini kesukaanku"
"Oh" ucap Baekhyun yang kembali
memandang piringnya.
"Kapan ke apartemen?" Tanya ibu
Eunri.
"Setelah makan malam"
"Kalau begitu kau bisa mengajak
Eunri"
"Eomma"
"Kurasa dia tidak sibuk" Eunri
bersiap membantah tepat saat pintu depan terbuka.
"Oh kalian sudah makan rupanya" ucap
ayah Eunri yang langsung mencium kening anaknya.
"Dengar,
aku ingin menanyakan satu hal padamu, kenapa kau lebih memilih tinggal dengan
orang lain sementara kau punya apartemen sendiri, bukankah tinggal sendiri
lebih menyenangkan?" Baekhyun terdiam,
sementara ayah Eunri langsung meletakkan sendoknya.
"Itu bukan urusanmu sayang,dan jangan pernah menanyakan tentang hal itu
lagi"
"Kenapa?"
"Baekhyun-a, lebih baik kau pergi
sekarang sebelum mereka membuang gitarmu" sahut ibu Eunri. "Jangan
lupa ajak Eunri"
"Kenapa sikap mereka jadi aneh?"
Gerutu Eunri yang langsung melirik Baekhyun.Di luar dugaan, Baekhyun malah diam, berbeda dengan sikapnya beberapa
menit yang lalu, sikap yang terkesan menyebalkan. "Ya! Byun Baekhyun,
kenapa kau bisa berubah drastis? Apa kau punya kepribadian ganda?" Tanya
Eunri bergidik.
"Mwo?"
"Bukankah tadi kau sangat menyebalkan?
Kenapa tiba-tiba kau jadi pendiam?"
"Tidak apa-apa" jawabnya singkat,
tapi dari jawaban itulah Eunri semakin penasaran.
"Apa kau ada masalah?"
"Tidak"
"Kau sedang mengkhawatirkan
sesuatu?"
"Tidak"
"Atau kau marah karena sikapku?"
"Tidak tidak, dan tidak. Lebih baik
diamlah atau kujamin mobil ini akan menabrak tiang listrik di depan sana"
Eunri pun hanya meliriknya dengan sebal kemudian mencoba untuk diam.
"Baiklah, kita sudah mendarat, sekarang
turunlah" ucap Baekhyun. Tunggu, tak ada jawaban sama sekali. Baekhyun pun
langsung melirik tempat duduk di sampingnya, dan benar saja, Eunri telah
tertidur dengan pulasnya. "Ya! Bagaimana kau
bisa tidur sepulas ini hanya dalam tiga menit?" Gumamnya.
Akhirnya Baekhyun yang tidak tega
membangunkan Eunri pun memutuskan untuk meninggalkannya sebentar. Ia langsung
berlari ke apartemennya dan bergegas mengambilgitarnya. Tapi ia langsung berjengit begitu menyadari ada yang janggal.
Eunri menghilang.
"YA! HWANG EUNRI. .EUNRI-A"
"Baek...hyun-ssi" gumam seseorang
dibelakangnya.
"Oh, ahjjussi"
"Bukankah kau sudah pindah? Kenapa
kau masih disini?"
"Hanya mengambil barang-barangku"
"Ah, begitu. Tunggu, sepertinya kau
sedang kebingungan"
"Ne, aku sedang mencari seseorang,
yeoja, tadi aku meninggalkannya di mobil"
"Ah ya, tadi aku lihat yeoja berambut
panjang keluar dari mobil itu" ucapnya sambil menunjuk mobil di belakang
Baekhyun. "Sepertinya dia menangis"
"Ne? Dimana dia sekarang?"
Tangis Eunri semakin pecah, ia tidak peduli
dengan orang-orang di sekitarnya yang mungkin merasa terganggu. Mungkin
orang-orang itu berpikir Eunri berusaha menguras air matanya. Tak ada yang
mencoba menenangkannya, Baekhyun yang sedari tadi hanya memandangnya dari
kejauhan pun kini mulai mendekat.
"Gwaenchana?" Bisik Baekhyun sambil
meletakkan tangannya di bahu Eunri. Tak ada jawaban, hanya isak tangis Eunri
lah yang terdengar. "Tak apa, kau bisa menceritakannya nanti" ucap
Baekhyun seraya memeluk Eunri yang semakin tak kuat membendung air matanya.
Mereka sampai rumah tepat setelah Baekhyun
menyadari Eunri telah terlelap di sampingnya.
Mungkin lelah karena menangis, pikirnya.
"Tak kusangka kau seringan ini"
gumam Baekhyun yang langsung menaiki undakan depan dengan Eunri yang terlelap
di atas punggungnya.
"Apa yang terjadi?" Tanya ibu Eunri
dengan panik.
"Tidak apa-apa, dia hanya tertidur"
Eunri semakin pulas, hanya sesekali saja ia
bergerak untuk mengatur posisi tidurnya. Sementara Baekhyun sama sekali tak
melepas pandangannya dari yeoja itu, sedetik pun. Ia langsung melirik jam di
atas nakas sebelum akhirnya memutuskan untuk mendekati yeoja itu dan membelai
rambutnya dengan lembut.
"Jaljja" bisik Baekhyun seraya
mengelus pipi Eunri yang masih menampakkan bekas air mata.
***
Seberkas cahaya menembus tirai-tirai di kamar
Eunri, membuat sang empunya menggeliat dan mulai menggosok kedua matanya dengan
kasar. Mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya. Dengan malas ia
pun melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dan langsung memeluk seorang
wanita yang kini tengah sibuk dengan masakannya.
"Hari ini kau libur?" Tanya ibunya.
"Hmm"
"Ah ya, kau harus berterima kasih pada
Baekhyun yang dengan senang hati telah menggendongmu tadi malam"
"Hah? Untuk apa dia melakukannya?"
Tanya Eunri yang langsung melompat mundur.
"Kau tertidur, dan dia tidak tega membangunkanmu,
jadi tak ada pilihan lain, kan?"
"Selain itu?" Tanya Eunri dengan was
was.
"Entahlah"
Mendengar
jawaban itu, Eunri langsung melesat menghampiri Baekhyun yang tengah melahap
ice cream sambil membaca buku dengan judul "Politik yang Tak Adil"
milik ayah Eunri.
"Ya! Apa yang kau lakukan padaku?" Baekhyun
mendongak dan menatapnya hampa.
"Apa?"
"Sudahlah jangan pura-pura polos,
kemarin setelah dari apartemenmu apa yang kau lakukan padaku?"
"Apa kau lupa? Kau benar-benar tidak
mengingatnya? Bagaimana
mungkin kau melupakan kejadian itu?"
"Apa? Apa yang kaulakukan?" Tanya Eunri yang mulai
membelalakkan matanya.
"Menurutmu apa yang kulakukan? Ah tidak,
pertanyaanmu salah,bukan apa yang
kulakukan, tapi apa yang kita lakukan" balas Baekhyun dengan senyum
evil-nya.
"YAAA! DASAR NAMJA MESUM" teriak
Eunri yang langsung melompat menjauh dan menyilangkan kedua tangan di depan
dadanya.
"MWOOO?" Baekhyun yang tak mau
kalah pun langsung bangkit, tak mempedulikan ice cream yang berceceran ataupun
buku yang telah merosot dari pangkuannya.
"Teganya kau melakukan 'itu' pada adikmu
sendiri"
"Melakukan apa? Hah?"
"Ada apa ini?" Teriak ibu Eunri
yang muncul dari dapur dengan spatulla dalam genggamannya.
"Eomma, dia, teganya dia berbuat kurang
ajar pada adiknya sendiri" ucap Eunri sambil mengarahkan jari telunjuknya
tepat di depan hidung Baekhyun.
"Kurang ajar apa? Aku hanya
menggendongmu karena aku tidak tega membangunkanmu. Bukankah itu yang harus
dilakukan seorang kakak pada adiknya?" Eunri terperangah sambil sesekali
melirik ibunya.
"Jadi, kau hanya menggendongku? Kau
tidak melakukan hal-hal yang buruk padaku?" Tanya Eunri yang mulai
merendahkan suaranya.
"Untuk apa? Mana mungkin aku melakukan
hal itu pada orang yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri" semburat
merah pun terlihat di pipi Eunri, ia hanya bisa tersenyum.
"Kau benar-benar menganggapku sebagai
adik?"
"Kau perlu bukti? Kau ingin aku melompat
dari lantai atas agar kau percaya?"
"ANDWAEEEE" jerit Eunri dan ibunya.
"Kau tidak perlu melakukannya"
gumam Eunri.
"Jadi, sudah selesai kan?" Tanya
ibu Eunri yang telah menurunkan spatulla nya. Mereka tak menjawab, malah hanya
tersenyum dan pergi begitu saja. Eunri kembali ke kamarnya sementara Baekhyun
langsung berlari keluar. "Apa ini? Tak ada yang menjawab pertanyaanku?"
Gumam ibu Eunri sambil memandangi punggung Eunri dan Baekhyun yang saling
menjauh.
***
Keesokan harinya, tidak seperti biasa,
Baekhyun mengajak Eunri berangkat ke sekolah bersama.
"Cepat ambil kunci mobilmu, dan ayo
berangkat"
"Kata siapa kita akan naik mobil?"
Eunri langsung tercengang begitu berbalik dan mendapati Baekhyun tengah
menuntun sebuah benda yang berhasil membuatnya membeku.
"Kau bercanda?" Tanya Eunri dengan
suara yang seakan sebatas gumaman.
"Tidak, ayo cepat naik"
"Aku tidak bisa"
"Apanya yang tidak bisa? Yang harus kau
lakukan hanyalah naik sekarang juga, atau kita akan terlambat"
"AKU TIDAK MAU" teriak Eunri yang
langsung mengambil langkah seribu, berusaha sejauh mungkin dari Baekhyun dan
sepedanya.
"Sikapnya pagi ini benar-benar aneh, dia
melihat sepedaku seakan-akan melihat monster" gerutu Baekhyun yang sedari
tadi memakan cemilan Junmyeon.
"Bukankah dia selalu bersikap aneh di
depanmu? Dan aku yakin yang dia lihat sebagai monster itu bukan sepedamu, tapi
kau"
"Ya! Jangan cari masalah denganku"
"Untuk apa? Itu tidak penting"
"YAA! sunbaenim, gawat" teriak
Eunbi tepat di telinga Baekhyun.
"Ada apa?" Tanya Baekhyun dengan
malas.
"Eunri..." Baekhyun pun langsung
menyemburkan minumannya sembarangan dan terbelalak.