Author : Bie
Hari ini tak
seindah biasanya, musik yang menghentak-hentak dari ruangan sebelah pun tak
terdengar. Sepertinya hari ini akan menjadi hari terburuk untukku. Trevor, kucing
kesayanganku pun tak biasanya bangun sesiang ini.
Sekilas
kulirik ruangan disamping kamar mandi. Sudah berapa lama aku tak masuk kesana?
Satu tahun kah? Entahlah,
yang pasti setelah aku berhasil menyiksa salah satu member group terkenal di
negeri ini. Hey, jangan kaget, itu adalah salah satu hobbyku. Sejauh ini aku hanya berhasil memberi sedikit pelajaran pada
dua orang saja.
***2006***
"Shin Minran, apa benar kau ini
seorang trainee?" Tanya salah satu temanku.
"Kenapa
tiba-tiba kau mengajukan pertanyaan seperti itu?"
"Yah,
kakakmu kan baru saja debut setahun lalu, jadi mungkin saja kau juga akan
mengikuti jejaknya"
"Gadis
seperti dia mana mungkin bisa jadi artis?" Sahut seseorang dari balik rak
buku di seberang kami. Siapa dia? Aku tak pernah melihatnya. Apa dia siswa
baru?
"Dia anak
guru matematika kelas dua belas"
"Untuk
apa dia disini?"
"Hanya
ikut ayahnya saja, kudengar hari ini sekolahnya libur"
"Oh" ucapku singkat, aku tidak
ingin membahas orang menyebalkan itu lagi.
Dua hari setelah Hyomi mengajukan
pertanyaan itu padaku, tiba-tiba ia datang lagi padaku dengan ekspresi yang
sulit ditebak.
Ada apa dengan wajah itu? Ia terus menangis dan memintaku
agar aku tetap kuat. Hey, apa yang terjadi? Kenapa ia harus mengatakan hal itu?
"Hyomi,
ada apa? Kenapa kau mengatakan hal itu? Apa yang terjadi?"
Ia pun segera
menyodorkan ponselnya padaku. Sontak aku langsung tercekat begitu membaca
judul berita itu.
“AKHIR PROMO ALBUM SHIN SUN RI YANG MENJADI
AKHIR HIDUPNYA”
Aku tak tau harus berkata apa lagi, hanya
tangisan teman-temanku yang bisa kudengar. Bahkan sepertinya seseorang tengah
menyaksikan berita tentang itu, aku bisa mendengar dengan jelas nama kakakku
berkali-kali disebut.
"Aku baru saja menyapanya di balkon,
tapi dia tetap saja memandang kebawah dan tidak mempedulikanku. Hanya selang
lima menit setelah aku masuk, aku langsung mendengar suara gaduh di jalan dan
aku tidak menemukan nona Sunri di luar, saat kutengok apartemennya dan kupanggil
namanya dia pun tak menjawab. Dan yang paling mengejutkan lagi saat kakek
pemilik toko di dekat apartemen meneleponku dan mengatakan nona Sunri jatuh
dari apartemennya"
Kalimat itu masih mengganggu telingaku,
aku tidak percaya ini akan terjadi pada kakakku. Satu-satunya keluarga yang
kumiliki. Apa yang terjadi padanya? Bukankah ia baru saja menyelesaikan promo
albumnya? Bukankah seharusnya ia segera mempersiapkan album berikutnya?
Tapi kenapa? Kenapa?
"Minran,
polisi menemukan ini di apartemen kakakmu, sepertinya ini surat untukmu" ucap
Hyomi seraya menyerahkan surat itu padaku.
---Untuk
adikku tercinta, Minran
Maaf karena
aku tak bisa selalu ada disampingmu, maaf karena aku meninggalkanmu begitu
saja. Aku benar-benar tidak sanggup lagi, aku merasa kehidupanku yang sekarang
jauh lebih buruk dari masa trainee ku. Aku mungkin bisa tersenyum di depan
kamera, tapi asal kau tau saja, itu hanyalah untuk menutupi rasa sakitku. Saat
kau debut nanti, aku yakin kau akan merasa seperti mayat hidup, itu lah yang
kurasakan sekarang. Aku seperti sebuah boneka yang hanya bisa digerakkan oleh
perusahaan, di paksa melakukan ini itu tanpa mempedulikan perasaanku. Saat kau
ada di puncak, kau akan dipuja, kau akan dimanja, semua yang kau mau akan
dituruti hanya dalam sekejap. Tapi saat mereka bosan padamu, mereka akan
berusaha membuatmu jatuh, mereka akan mematahkan kaki dan tanganmu, dengan
begitu kau hanya bisa bergantung pada mereka dan melakukan sesuatu sesuai kehendak
mereka.
Aku
benar-benar tak kuat saat penyanyi-penyanyi baru terus bermunculan, itu artinya
mereka akan sering membanding-bandingkan kemampuanku dengan mereka, ah bukan
membandingkan, lebih tepatnya menjatuhkanku di depan para rookies, saat
terberat adalah saat aku dipaksa melakukan yang tak seharusnya dan tak ingin
kulakukan, tapi mereka terus memaksaku agar karirku berjalan mulus. Aku merasa
tiga tahun masa trainee ku hanya untuk mendapatkan ini semua, ketidak adilan.
Kadang aku merasa aku ingin menyingkirkan artis-artis baru itu agar aku tetap
mendapat tempat, tapi aku tak bisa melakukannya, mereka tak tahu masalahku, mereka
tak bisa jadi korban kekecewaanku. Yang bisa kulakukan hanyalah membawa semua
deritaku pergi, dan kematian adalah yang terbaik.
Minran, aku
tidak memaksamu untuk keluar dari masa trainee mu, tapi aku hanya tidak ingin
kau bernasib sama denganku. Kau bukan anak kecil lagi, jadi aku yakin kau tahu
keputusan apa yang harus kau ambil. Aku berjanji akan selalu menjagamu.
Sunri---
Sejak saat itu
perlahan aku mulai berubah, bahkan aku langsung memutuskan untuk keluar dari agency
itu, aku yakin ini lah yang kakakku inginkan. Sekolah pun, aku memilih untuk pindah,
aku memilih sekolah yang murid-muridnya terkesan cuek pada kehidupan orang
lain, dengan begitu mereka tidak akan tahu siapa keluargaku, atau pun tentang masa
laluku sebagai trainee.
Satu hal yang terkesan nekat, aku
bergabung dengan group haters atau kadang disebut sebagai "Idol-killer".
Komunitas untuk orang-orang yang tidak menyukai idol-idol terkenal di negeri
ini. Kebanyakan dari mereka adalah trainee yang gagal debut, sebagian lagi adalah
orang-orang yang berkali-kali tidak lolos audisi. Tugas group ini cukup berat, kami
harus menyiksa para idol itu, dan yang paling penting jangan sampai tertangkap.
Jika tertangkap, jangan membawa nama lain walaupun saat beraksi kita tidak
sendiri.
"Korban kita kali ini adalah...TVXQ,
buat mereka semenderita mungkin" ucap pemimpin kami, sebut saja namanya
Lian, aku tidak bisa membocorkan nama aslinya atau semuanya akan berakhir.
"Siapa yang harus jadi korban?"
Tanya salah seorang rekanku, anggap saja namanya Yue, aku punya alasan yang
sama untuk identitas mereka. Jadi jangan harap aku akan menyebutkan nama asli
mereka.
"Semua, aku ingin kau dan Minran yang
melakukannya"
"Minran?" Tanya Yue, dan bisik-bisik
pun mulai terdengar.
"Anggota
baru, Shin Minran. Anggap ini untuk pengalaman pertamamu, Minran"
"Apa yang
harus kami lakukan?" Tanyaku berusaha meredam bisik-bisik yang masih terdengar.
Lian pun melempar sebuah bungkusan ke hadapanku. Yue yang tak sabar pun segera
mengambil bungkusan itu dan membukanya.
"Lem
lagi?" Protesnya.
"Hey,
kemarin kau gagal memberikannya pada CEO JYP, jadi sekarang kau harus
berhasil"
"Mereka melakukannya
pada CEO?" Tanyaku pada Wen, pemuda yang berdiri di samping kananku.
"Itu
karena ada salah satu dari kami yang merasa terhina atas ucapannya"
"Siapa?"
"Seojin" ucapnya seraya menunjuk gadis yang sedang berkutat dengan
masakannya di dapur.
"Apa kalian tak pernah
tertangkap?"
"Sering, maka dari itulah kami sering
ganti wajah"
"Tapi tetap saja kau akan tertangkap
jika si dokter membocorkan identitas kalian"
"Kami tak bodoh, kami sudah tahu kemungkinan
itu, jadi kami punya dokter pribadi. Lihatlah Yue, dulu dia jauh lebih jelek
dari Lian, tapi sekarang, kau bisa lihat sendiri, kan"
"Kau siap,
Minran?" Tanya Lian beserta puluhan pasang mata yang mengarah padaku.
"Tentu
saja aku siap" ucapku dengan mantap, terlebih karena kakakku pernah
dipermalukan di depan group itu.
Setelah
menyiapkan semua yang kami perlukan -tentu saja dengan bantuan yang lain- kami
pun berangkat. Butuh waktu lama untuk memecah keheningan diantara kami, sampai
aku berusaha mendahuluinya.
"Ehm..Yue, sepertinya kau bersemangat
sekali"
"Tentu saja, aku sangat benci group
itu. Seharusnya dulu aku lah yang debut, bukan mereka" geramnya.
"Apa maksudmu?"
“Tiba-tiba
perusahaan mengubah keputusan, alasannya karena musik di negeri ini lebih mendapat
respon dari para gadis, jadi menurut mereka boygroup lah yang harus mereka
debutkan saat itu. Usahaku benar-benar tidak dihargai sama sekali"
"Kalau itu
alasannya, seharusnya kau menyerang perusahaan"
"Tugas
kita disini adalah membuat mereka mati pelan-pelan, jadi langsung menyerang
perusahaan bukanlah pilihan yang tepat"
Aku mulai
mengerti jalan pikiran mereka, kurasa sekarang aku telah menemukan
teman-temanku yang sesungguhnya. Kami terus berjalan ke arah gedung dimana
sebuah acara musik sedang berlangsung disana, tapi aku langsung berhenti saat
aku merasa ada yang aneh dengan seseorang yang berjalan didepan kami. Aku
langsung melompat bersembunyi saat aku sadar dia adalah tetanggaku sekaligus
temanku.
"Apa yang
kau lakukan disana?" Tanya Yue sambil menarik lenganku. Untung
saja dia tak melihatku.
Akhirnya kami
pun sampai, Yue menyuruhku bersembunyi di ruangan kosong, sepertinya ia sering
melakukan hal ini, terbukti karena ia tau tempat-tempat yang bahkan tak banyak
staf yang mengetahuinya.
"Bagaimana kau tau kalau aku
haus?" Tanyaku berusaha meraih minuman yang ada ditangannya.
"Hey!
Hey! Hey! Ini bukan untukmu, cepat campur dengan itu" tanpa ragu aku pun
segera mencampur lem yang tadi kubawa ke minuman itu, sementara Yue hanya
tercengang memandangku. "Wah, kau anak baru tapi sudah separah ini, kau
juga membenci mereka?" Aku hanya tersenyum kecut seraya terus mencampur
minuman dan lem itu.
Setelah
beberapa menit Yue meninggalkanku, kegaduhan pun terjadi. Bahkan aku mendengar
suara panik Changmin yang disusul teriakan-teriakan beberapa staf.
"Berhasil, aku melihatnya sendiri, dia muntah darah" bisik Yue
seraya tertawa ringan. "Ayo pulang, tapi kau harus langsung
pulang ke rumahmu, okay? Aku akan kembali menemui Lian"
"Aku ikut"
"Tidak,
kau harus pulang, kau tidak boleh terlihat denganku lagi" ucapnya seraya langsung
berlari meninggalkanku sendiri.
Setelah memastikan semua sudah tenang -kurasa
Yunho sudah dibawa ke rumah sakit-, akupun segera pergi dan mulai bertanya-tanya
apakah hidupku akan berakhir di balik jeruji besi atau tidak.
"Hey, kau" panggil seseorang
yang berhasil membuyarkan lamunanku. Kulihat sosok menyebalkan itu tengah
berdiri di depan pintu apartemenku dengan sikap yang menyebalkan pula. "Akhirnya kau datang juga, aku hanya ingin bertanya
sesuatu padamu" ucapnya penuh selidik. Aku mulai takut, apa dia tadi melihatku
saat aku menuju ke gedung X? OhTuhan, semoga dia tidak melihatku.
"A-apa?"
"Apa
kau....."
"Ya?"
"Apa kau.
. . .mau meminjamiku ponselmu?" Tanya nya dengan ekspresi yang berubah memelas.
"Eh?"
"Aku lupa
password-ku dan ponselku tertinggal di sekolah. Jadi, maukah kau membantuku?
Aku harus menghubungi temanku, mungkin dia belum pulang dari apartemenku"
"Kau hanya
perlu melakukan ini" ucapku santai seraya menekan bel apartemennya. Aku
segera berbalik, berusaha untuk tidak mempedulikan teriakan-teriakan tak jelasnya.
"Hey kau
pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan, hah?" Sontak aku pun langsung
berhenti, pikiranku tak karuan, apa ia tahu semuanya?. "Aku tahu kemana kau
pergi dan apa yang telah kau lakukan, aku yakin mereka akan marah padamu. Kau harus
membayar semuanya" bisiknya. Dan itu berhasil membuatku gemetar, aku baru sekali
melakukan ini dan sebentar lagi semua ini akan berakhir?
"Me-memangnya
ap-a yang telah kulakukan?"
"Kau.
.kau telah. .kau telah mengusulkan jam pelajaran tambahan dan kau sendiri malah
kabur ke acara musik?" Geramnya.
Aku
tercengang, jadi. .dia tidak tahu tentang apa yang kulakukan tadi? Huft, kurasa
aku bisa bernafas lega sekarang.
"Minggir" ucapku seraya mendorong tubuhnya menjauh.
"Hey,
bagaimana dengan yang tadi?"
"Tenang saja besok aku akan hadir"
ucapku tanpa menoleh.
***
Ah, kenapa aku harus bercerita tentang pria itu
juga. Dia tidak terlalu penting, jadi kurasa aku tidak akan bercerita tentang
dia lagi.
Pandanganku
kini tertuju pada sebuah foto di sudut meja. Foto seorang gadis dari sebuah
girlgroup terkenal. Aku yakin kalian semua mengenalnya. Aku melakukan ini beberapa
tahun setelah apa yang terjadi pada Yunho, aku tak yakin itu tahun berapa. Tentu
saja kami harus menunggu berita tentangnya tenggelam kemudian beraksi lagi. Yang
harus kusesalkan adalah..karena Yue tertangkap keesokan harinya. Dan yang paling
penting dia tidak bisa menyeretku ikut dengannya, bukan karena aku anggota baru,
tapi karena itu adalah sebuah perjanjian.
Baiklah,
kembali ke korban kedua-ku, dia adalah main dancer atau lead dancer di
groupnya, entahlah aku tak tahu perbedaan keduanya. Aku tak begitu ingat kapan
aku melakukannya, yang kuingat hanyalah, tak ada yang tertangkap saat itu. Ya,
kami terbantu atas pernyataan 'polos' seorang Kim Hyoyeon.
.
.
.
.
.
TBC