
Main
Cast : Byun Baekhyun, Hwang Eunri
(OC)
Author : Bie
"Bangun dan pukul aku, ini semua salahku"
isaknya seraya mengguncang tubuh Baekhyun dengan lembut. "Kenapa kau
melakukannya? Kenapa kau peduli padaku padahal aku selalu membencimu.
Kenapa?" Tangisnya makin pecah, sementara Baekhyun masih terkulai lemas.
Demamnya belum juga turun, hal ini membuat Eunri semakin khawatir.
Eunri yang lelah menangis pun kini tak kuasa
melawan beratnya kantuk yang mendera. Perlahan ia mulai menutup matanya,
membiarkan rasa kantuk menguasainya, dan akhirnya ia pun terlelap, dengan air
mata yang masih mengalir membasahi pipinya.
==========================
Teriknya sinar matahari
yang menembus tirai kamar Baekhyun tak mampu membangunkan Eunri dari tidurnya. Tapi
tiba-tiba ia mulai bergerak saat sentuhan lembut membelai rambutnya.
"Baekhyun-a, kau sudah bangun?" Jerit
Eunri melihat Baekhyun yang tengah menatapnya dan tersenyum.
Tepat setelah jeritan Eunri terdengar, muncullah Eunbi,
Taehyun, dan Junmyeon dengan rasa bersalah mereka.
"Baekhyun-a..." gumam Junmyeon
sambil menunduk.
"Mianhae" sahut Taehyun yang
ikut-ikutan menunduk.
"Adakah yang bersedia menceritakan
semuanya padaku?" Tanya Baekhyun dengan suara yang hanya sebatas bisikan.
Eunri
pun segera menceritakan semua ide konyolnya. Mulai dari Eunri yang meminta
bantuan -lebih tepatnya memohon-mohon- pada Junmyeon agar mau membantunya,
sampai rasa bersalah Eunri yang langsung memenuhi rongga dadanya begitu
mengetahui Baekhyun sakit gara-gara terjebak dalam permainannya.
"Aku benar-benar menyesal, tak kusangka
kau akan sepanik itu" bisik Eunri.
"Gwaenchana, tapi jangan pernah ulangi
perbuatan konyolmu itu"
"Arasseo. .Baekhyun oppa" ucap Eunri.
"Rupanya
sekarang kau sudah jadi adikku?" Tanya Baekhyun yang diikuti gelak tawa
Eunbi, Taehyun, dan Junmyeon.
***
Sejak
saat itu, sikap Eunri berubah. Tingkahnya dan Baekhyun
pun layaknya adik dan kakak. Pertengkaran diantara mereka tidak separah
hari-hari sebelum Baekhyun sakit. Berangkat dan pulang sekolah selalu bersama,
bahkan seluruh siswa, tentu saja kecuali Eunbi, Taehyun, dan Junmyeon, mengira
ada hubungan khusus diantara mereka.
Sore itu Baekhyun ke kamar Eunri untuk
memberinya kejutan karena hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tapi sepertinya
Eunri tidak menyadari kehadiran Baekhyun karena sibuk dengan tugas dari sekolah
yang telah menggunung. Baekhyun memandangi kamar itu dengan senyum merekah
seolah ia telah bertemu dengan kawan lama. Itu adalah ketiga kalinya Baekhyun
masuk ke kamar Eunri. Pertama kali saat ia baru tiba di rumah itu, kedua saat
memberikan miniatur boneka salju sebagai permintaan maaf dari kesalahan yang ia
sendiri pun tak tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan.
"Saengil chukhahae" teriaknya
sambil menepuk bahu Eunri. Eunri langsung berbalik, dan semakin terkejut
melihat kue tart berukuran sedang di tangan kanan Baekhyun dan sebuah kotak
dengan pita pink di tangan kirinya.
"Bagaimana kau. . ."
"Akan sangat keterlaluan jika aku tidak
tahu kapan hari ulang tahun adikku" ucapnya sambil meletakkan kue itu
diatas meja kecil di dekat tempat tidur.
"Kau tidak mau membuka hadiah
dariku?" Tanya Baekhyun sambil mengangkat kotak berpita pink-nya, sementara
Eunri langsung menghentikan kegiatan makannya dan menyambar kotak itu.
"Woaaahhh"
teriaknya begitu melihat sebuah sweater putih yang selama ini diinginkannya
kini telah ada di depan mata. "Ini sweater couple kan? Bagaimana
dengan. . ."
"Kupakai,
tentu saja. Adik-kakak memakai baju yang sama tidak masalah, kan?"
"Gomawo"
seru Eunri yang langsung menghambur kedalam pelukan Baekhyun. Sementara Baekhyun yang tiba-tiba merasa canggung pun
hanya bisa tersenyum dan membelai rambut Eunri dengan lembut.
"Kau suka?" Tanya Baekhyun setelah
Eunri menjauh. Eunri hanya membalasnya dengan senyum, senyuman tercanggung yang
pernah ia tunjukkan pada seorang namja.
"Kau tidak haus? Kurasa aku harus
mengambil air minum" ucap Eunri. Baekhyun hanya mengangguk dan dalam
sekejap, Eunri telah menghilang dari hadapannya.
Haus? Sepertinya itu alasan yang tepat untuk
menjauh dari Baekhyun, hanya untuk sementara, tentu saja. Hanya ingin
menetralkan degup jantungnya yang melebihi batas normal.
Baekhyun menyandarkan tubuhnya di kaki tempat
tidur Eunri. Tangannya yang tak sengaja menyentuh sesuatu pun langsung ia tarik
keluar dengan selembar foto dalam genggamannya.
28 Oktober 2012-begitulah yang
tertulis di kertas itu. Perlahan-lahan Baekhyun
membalik kertas itu, dan dengan jeritan tertahan ia langsung berusaha
menajamkan penglihatannya. Sontak ia langsung teringat pertanyaan yang ia
ajukan pada Eunri beberapa hari yang lalu.
"Kapan
terakhir kali kau naik sepeda?
"Dua tahun lalu, eumm..dua puluh delapan Oktober"
"Dengannya?" bisik Baekhyun. Ia
langsung menyembunyikan foto itu ketika suara langkah kaki Eunri terdengar
semakin jelas.
"Jadi, apa kau mau cerita tentang
kebencianmu pada sepeda?"
"Pertanyaan itu lagi? Sepertinya kau
benar-benar penasaran"
"Lebih penasaran dari perkiraanmu"
"Tapi aku tidak mau, jadi...oh, baiklah,
kuharap setelah ini kau tidak akan cerewet lagi" Eunri yang semula tetap
berniat menyimpan ceritanya, kini benteng pertahanannya runtuh setelah Baekhyun
mengeluarkan senjatanya, aegyo.
Eunri pun langsung cerita panjang lebar. Saat
ia mau belajar naik sepeda karena seseorang. Ia bertemu dengan seorang namja
yang tinggal di apartemen di dekat taman kota. Eunri yang anak tunggal selalu
merasa kesepian, tak ada yang bisa ia ajak ke taman, dan disana pun ia merasa
kesepian karena tak ada yang ia kenal.
"Kau sendirian?" Tanya seseorang
yang tiba-tiba muncul dibelakangnya. Eunri hanya mengangguk, ia takut orang itu
berniat jahat padanya. Tapi satu hal yang tak bisa ia pungkiri, orang itu
sangatlah tampan. "Jangan takut, aku bukan orang jahat. Kau mau naik
sepeda denganku?" Eunri menggeleng,
sementara namja itu sepertinya mulai kecewa. "Kau mau mati bosan
disini?" Lagi-lagi hanya gelengan lemah yang ia dapatkan. "Kalau
begitu ayo" ucapnya seraya menarik lengan Eunri. Tapi Eunri langsung
menahannya dan menggeleng.
"A-aku..ti-tidak bisa naik sepeda"
ucapnya terbata, takut kalau-kalau ia di tertawakan atas pengakuannya. Awalnya
orang asing itu berniat untuk tertawa, tapi ia tidak bisa melakukannya, melihat
Eunri kemungkinan akan menangis, lari dari tempat itu, dan mungkin akan
membencinya.
"Aku akan mengajarimu, tenang saja"
Awalnya Eunri ragu dengan ucapan orang asing
itu, tapi akhirnya ia percaya setelah orang itu benar-benar membuktikannya.
Dengan kesabaran penuh, namja itu berhasil membantu Eunri dengan sepedanya.
Alhasil, dalam waktu singkat pun Eunri sudah bisa menguasai sepeda yang ada di
depannya itu.
"Siapa namamu tadi?" Tanyanya saat
mereka tengah beristirahat di bawah pohon yang daunnya rindang.
"Aku belum mengatakannya"
"Benarkah? Kalau begitu siapa
namamu?"
"Eunri..Hwang Eunri"
"Nama yang indah, aku Jung Daehyun"
ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang manis, pikir Eunri. "Kuperhatikan
kau selalu sendirian, kau tak punya teman untuk diajak kesini? Mungkin kakak
atau adik?"
"Aku anak tunggal, tapi sebenarnya aku
ingin punya kakak, namja"
"Kalau begitu kau bisa menganggapku
sebagai kakakmu" sontak Eunri langsung menoleh dengan mata berbinar-binar.
"Jinjja?"
"Tentu saja, aku juga ingin punya adik,
yeoja"
"Uwaaaa, kebetulan sekali"
"Jadi mulai sekarang kau adalah adikku,
oke?"
"Ne,
Daehyun oppa"
"Saat itu aku merasa aneh, biasanya aku
tak bisa percaya begitu saja pada orang yang baru kukenal, tapi entah mengapa
rasanya aku yakin dia benar-benar bisa jadi kakak yang baik, terlebih setelah
ia berjanji akan selalu menjagaku. Bahkan ia sering kesini tiap aku mengatakan
aku butuh bantuan, datang lebih cepat dari yang kukira"
"Orang tuamu tau tentang hal ini?"
Eunri mendengus kesal dan menggeleng.
"Mereka tak punya waktu untuk mengetahui
hal ini"
"Jadi apa yang
terjadi selanjutnya?"
"Dia meninggalkanku. Dia mengajakku
bersepeda sehari sebelum dia menghilang. Apa dia mulai bosan punya adik
sepertiku? Sampai sekarang pun tak ada kabar. Menghilang secara tiba-tiba, apa
maksudnya? Nappeun namja" gerutu Eunri seraya menerawang keluar jendela.
"Jadi kau membenci sepeda sama seperti
kau membencinya?"
"Kurasa begitu, dan itulah alasannya
kenapa aku sempat tidak mau menganggapmu sebagai kakakku. Aku
takut tiba-tiba kau meninggalkanku sama seperti saat dia meninggalkanku"
"Tenang
saja, aku tidak akan pernah meninggalkanmu"
"Kau
yakin?" Tanya Eunri yang langsung menoleh, berharap Baekhyun serius dengan
ucapannya. Sementara Baekhyun hanya tersenyum dan membelai rambut
Eunri dengan lembut.
***
Akhir-akhir ini Eunri terlihat sering murung,
ucapan ibunya beberapa hari yang lalu masih terngiang di telinganya. Eunri
semakin yakin dengan ucapan ibunya setelah ia yang tanpa sengaja membaca pesan
di ponsel Baekhyun. Apa yang ia takutkan akan terjadi lagi, ia akan kehilangan
sosok seorang kakak untuk yang kedua kalinya. Baekhyun akan meninggalkannya.
"Kau mau ikut denganku?" Tanya
Baekhyun yang telah berdiri di belakangnya.
"Kemana?"
"Suatu tempat, naik sepeda"
"Oh
my God, bukankah aku sudah menceritakan semuanya?"
"Aku
tidak peduli" ucap Baekhyun yang langsung menarik lengan Eunri,
menghampiri sepedanya yang terparkir di taman disamping rumah Eunri.
Baekhyun
tak mempedulikan Eunri yang terus meronta, memukul-mukul pinggangnya dan
berteriak agar Baekhyun menghentikan sepedanya. Ia masih diam, membiarkan
tangan Eunri bertindak kasar pada pinggangnya. Eunri langsung berhenti saat
Baekhyun menghentikan sepedanya ditempat yang berhasil membuat jantungnya
mencelos.
"Kenapa kau membawaku kesini? Apa kau
gila?" Gerutu Eunri.
"Ada sesuatu yang harus kutunjukkan
padamu" entah apa yang merasuki pikirannya, Eunri hanya diam dan menurut
saja apa yang diucapkan Baekhyun, ia hanya berjalan di belakang Baekhyun tanpa
berniat menyemburkan bermacam protesan yang sebelumnya mengisi otaknya.
Baekhyun berhenti, tepat di dekat batu nisan dengan ukiran indah diatasnya.
Kilauan sinar mentari terpantul di ukiran teratas, ukiran emas bertuliskan. . .
"Jung..Daehyun?"
Gumam Eunri terbata.
"Sekarang kau mengerti kan kenapa dia
tiba-tiba meninggalkanmu?" Tanya Baekhyun pada Eunri yang kini hanya diam
mematung, memandangi batu nisan di depannya dengan air mata yang terus bergulir
membasahi pipinya. "Jung Daehyun, aku telah menemukan adikmu" ucap
Baekhyun sambil memberikan sebuah box kecil pada Eunri. Sebuah kalung dengan
ukiran "DaeRi" dan sebuah amplop biru yang berhasil membuat air mata
Eunri semakin deras bergulir.
----------------------
Eunri-aaaaaaa...annyeong. Ini kakakmu,
kakakmu yang paling tampan, Jung Daehyun, ah tidak...Hwang Daehyun, haha..
Saengil chukhahae uri dongsaeng^^
Aku tidak tau harus memberimu apa, jadi kuputuskan untuk
memberimu kalung ini agar kau selalu mengingatku. Agar kau ingat kau pernah
punya kakak setampan diriku..Haha
Sudahlah, aku
tidak tahu harus berkata apa lagi. Kurasa aku hanya bisa berdoa agar kau selalu
bahagia.
Saranghae, Hwang Eunri^^
-JDH-
---------------------------------------
"Apa yang terjadi?" Tanya Eunri di
tengah isak tangisnya.
"Dia mengalami kecelakaan tepat setelah
membelikanmu hadiah itu"
"Baekhyun-a, bagaimana menurutmu?"
Tanya Daehyun sambil menunjukkan kalung dengan liontin berukiran
"DaeRi" pada Baekhyun.
"DaeRi?
Siapa itu?"
"Ini
singkatan namaku dan adikku, ini untuk hadiah ulang tahunnya"
"Adik?
Aku tidak pernah melihatnya"
"Dia
memang tidak tinggal denganku, dan kuharap kau tidak bertemu dengannya sebelum
kau mendapat izin dariku"
"Aku
tidak berniat menemuinya"
Setelah selesai dengan transaksinya, Daehyun dan Baekhyun
segera meninggalkan toko itu. Daehyun tidak sabar ingin memberikan hadiah itu
pada orang yang ia sebut-sebut sebagai adiknya. Tepat saat mereka akan
menyeberang, tiba-tiba saja seorang anak yang ada di depan mereka berlari,
melepaskan tangannya dari genggaman ibunya. Daehyun yang melihat hal itu pun
langsung berlari menghampiri anak itu karena ada sebuah mobil yang melaju
kencang ke arahnya. Berhasil, anak itu berhasil lolos dari maut, tapi nasib
buruk malah menimpa Daehyun yang kini telah terbaring tak berdaya.
"Daehyun-a, kumohon bertahanlah"
rengek Baekhyun yang terus mengawasi sahabatnya itu, memastikan matanya tetap
terbuka.
"A-aku a-akan b-baik-baik s-saja"
ucap Daehyun sebelum suster menyuruh Baekhyun untuk menunggu di luar.
Baekhyun mulai cemas, ia hanya bisa berharap
Daehyun akan baik-baik saja. Ia langsung terlonjak ketika melihat dokter
keluar dari ruangan itu.
"Maaf,
tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin" ucap sang dokter. Baekhyun
hanya menunduk, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak menyangka
akan kehilangan seorang sahabat secepat ini.
"Tadi dia menitipkan ini untukmu, dia
bilang kau harus membantunya" ucap suster sambil menyerahkan sebuah kotak
kecil pada Baekhyun. Kotak yang sebelumnya telah ia lihat, kotak yang Daehyun
genggam dengan sangat erat sebelum kecelakaan yang membuatnya harus
meninggalkan Baekhyun, meninggalkan adiknya, dan meninggalkan dunia ini.
"Sejak saat itu aku mulai berpikir bagaimana caranya
aku bisa bertemu dengan orang yang belum pernah kukenal. Jangankan kenal,
melihatnya pun belum pernah, sampai akhirnya kau menceritakan cerita itu dan
aku senang karena telah menemukan adik sahabatku"
"Dan kau pikir setelah memberikan hadiah
ini padaku tugasmu telah selesai?" Baekhyun menoleh, memandang Eunri tak
mengerti, sampai Eunri mengeluarkan sesuatu dari saku celananya yang berhasil
membuat Baekhyun berjengit.
.
.
.
.
.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar