Alhamdulillah jadi kontributor di lomba kemarin....ada BTS nya loh :D monggo dibaca...
*****
Jam sudah menunjukkan
pukul 2 pagi, tapi lampu di salah satu ruangan di lantai dua gedung itu masih
menyala. Tujuh gadis yang ada di dalamnya kini tengah meregangkan otot-otot
mereka dan membiarkan keringat terus meluncur bebas.
“Pizza,”
gumam Herni tiba-tiba, membuat seluruh pasang mata menatapnya seraya
mengernyit. “Aku mau pizza.”
“Sudah selesai kan? Aku pulang dulu,” ucap Hakyung yang
langsung menyambar tasnya dan keluar.
Lintang terus menatapnya sampai sosok Hakyung menghilang,
kemudian menoleh pada Sookyung yang duduk tak jauh darinya “Kenapa dia? Sakit?”
“Entahlah, bukankah biasanya juga seperti itu?” jawab
Sookyung dengan malas.
“Pizzaaaaa...” rengek Herni seraya menghentakkan kakinya.
“Kita tidak boleh terlihat gendut saat debut nanti. Jadi tahanlah,
oke?” bujuk Lintang.
“Kita sudah latihan lebih dari sepuluh jam, tidak bisakah
kita makan enak sebentar?” keluh Bi yang kini telah meletakkan kepalanya di
pangkuan Sookyung.
“Walaupun kita pesan makanan, tidak mungkin kita bisa
makan disini,” Lintang mulai melirik tiap sudut ruangan dengan was-was.
Femmy memejamkan kedua matanya kemudian bergumam, “Di apartemen
juga tidak bisa, pasti Kak Hakyung akan melaporkan kita nanti.”
“Apartemen?” Dian langsung menyilangkan kedua tangan di
depan dadanya dan menerawang. “Bukankah masa sewa apartemen lama kita belum
berakhir?”
“Ah ya. Berarti itu masih milik kita kan?” Bi langsung
terlonjak dan menatap teman-temannya dengan mata berbinar-binar. “Kita kesana
saja. Kita bisa makan sepuasnya disana.”
“Kalian yakin? Mungkin saja kodenya sudah diganti,”
Lintang berusaha mencegah tindakan nekat mereka, namun tetap saja mereka
menemukan jawaban untuk keraguannya.
“Kita tidak akan tahu tanpa mencobanya dulu,” sahut
Herni.
Hampir
sepuluh menit Lintang berpikir keras sebelum akhirnya menghela napas panjang
dan bergumam, “Baiklah, kita berangkat sekarang.” Keputusannya itu disambut
sorakan dan tepuk tangan dari teman-temannya. Akhirnya mereka pun meninggalkan ruangan
setelah Dian mematikan sakelar lampu ruang latihan.
***
Mereka
saling berpandangan begitu sampai di depan pintu apartemen mereka, antara
pesimis dan optimis bercampur menjadi satu.
“Herni,
cobalah,” pinta Lintang sebenarnya agak takut kalau rencana mereka gagal.
Herni
segera membungkuk, mengamati deretan angka di hadapannya kemudian memejamkan
mata. Helaan napas panjang terdengar begitu kedua matanya terbuka. Jari
telunjuk kanannya perlahan menekan tombol angka 3, kemudian 0, 1, 2, 1, dengan
tatapan penuh harap ia menekan tombol angka terakhir, 5. Semua ternganga begitu
suara klik terdengar. Dengan
ragu-ragu Sookyung membuka pintu di hadapan mereka dan langsung menoleh pada
teman-temannya begitu pintu terbuka perlahan.
“Kita...kita
berhasil?” tanya Dian tak percaya, sementara Herni langsung mendorong
teman-temannya masuk.
“Apa…kalian
tidak senang dengan kehadiran kami?” tanya Sookyung tiba-tiba.
“Kalau
kami tidak senang tentu saja kami tidak akan menegur kalian” jawab Dian.
“Kenapa
kau merasa kami tidak senang?” tanya Bi.
“Kak
Hakyung bilang kalau aku seharusnya tidak usah dekat dengan kalian karena
kalian pasti membenci kami. Saat kalian sudah bekerja keras selama dua bulan,
tiba-tiba kami datang mengacaukan semuanya.”
“Mengacaukan
katamu? Bagian mana yang terlihat seperti kalian mengacaukan kami?” Femmy yang
mulai ikut geram pun tidak mau tinggal diam.
“Kalian
harus latihan ulang untuk koreografinya, padahal itu sudah tiga hari sebelum
evaluasi akhir bulan,” Sookyung semakin menundukkan kepalanya, bahkan terlihat
hampir menghilang di antara kedua kaki yang dilipat di depan dadanya.
“Jangan
pernah berpikir kami membenci kalian karena kami tidak punya waktu untuk hal
itu. Jangan goyah karena apapun, kita hanya perlu mewujudkan mimpi kita
bersama-sama,” sahut Lintang yang telah selesai dengan urusannya memesan pizza
dan es krim.
“Aku
juga ingin meraih mimpiku bersama kalian,” ucap Sookyung. “Tapi kurasa Kak
Hakyung tidak menginginkannya,” imbuhnya dalam hati.
***
Hakyung mengerjap pelan, kemudian bangkit dari tempat
tidurnya dan meraba sakelar lampu yang ada di dekat pintu. Ia pun mengernyit
begitu seseorang yang seharusnya ada disana malah tidak kelihatan. Ia pun
segera berlari keluar menuju ke kamar Lintang dan Dian. Hakyung mendengus
begitu keduanya tidak ada disana. Tanpa pikir panjang ia segera kembali ke
kamarnya dan berusaha menghubungi seseorang.
“Manajer,
aku ingin kau memeriksa sesuatu. Apa kau masih ada di perusahaan?”
“Iya, ada apa?”
“Bisakah kau cek apa anak-anak masih disana? Apa mereka
masih di ruang latihan?”
“Sebentar!” terdengar suara kedua kaki manajer yang
tengah berlari ke ruang latihan. “Ruangan ini sudah gelap.” gumamnya. “Kim Taehyung,
apa kau melihat gadis-gadis trainee yang biasa latihan disini?” tanya manajer
pada salah satu anggota grup asuhan agensi mereka.
“Aku melihat mereka keluar tadi, bahkan mereka sempat
menyapaku. Kalau tidak salah hampir satu jam yang lalu.” Tak hanya manajer,
Hakyung yeng mendengar percakapan mereka pun terlonjak. Sudah hampir satu jam
tapi belum juga tiba di apartemen?
“Menurutmu kalau tidak pulang, mereka ada dimana
sekarang?” tanya Hakyung begitu suara Taehyung tidak terdengar lagi.
“Mungkinkah, apartemen lama. Aku juga tidak yakin,
lagipula untuk apa kesana?”
Tiba-tiba Hakyung langsung teringat pada Herni yang
merengek ingin makan pizza. “Bisakah kau kesana? Aku tadi sempat mendengar
Herni ingin makan pizza. Aku ingin kau kesana, awasi apa yang mereka lakukan.”
Tidak ada jawaban dari manajernya, bahkan manajer langsung mengakhiri
pembicaraan begitu saja, namun itu cukup untuk membuat senyum licik Hakyung
terlukis di wajah cantiknya.
***
Ting Tong…
Bunyi itu berhasil membuka lebar mata keenam gadis itu,
bahkan Lintang langsung berlari untuk membuka pintu sementara di dalam mulai
gaduh.
“Pizza?” tanya Herni yang tentu saja berharap mendapat
jawaban ‘ya’.
“Tadaa…” teriak Lintang begitu kembali dengan dua kotak
pizza dan beberapa es krim. “Selamat makaaan…” ucap Lintang tepat ketika
ponselnya berbunyi. Sontak mereka semua langsung menghentikan pesta mereka.
Herni dan Bi yang telah siap memasukkan sepotong pizza ke mulut mereka bahkan
langsung meletakkan pizza itu di tempatnya semula. “Ha…Halo, manajer?”
mendengar kata manajer, tiba-tiba Sookyung memandangi setiap sudut
langit-langit sampai ia menemukan sesuatu yang berhasil membuatnya terbelalak.
Melihat sikap Sookyung, Bi pun berusaha mencari tahu apa
yang Sookyung lihat. “Kita diawasi,” bisik Bi yang langsung menundukkan
kepalanya.
“Kita harus pulang sekarang, aku tidak ingin memikirkan
apa yang akan terjadi besok,” gumam Lintang yang langsung menarik lengan
teman-temannya begitu ia memasukkan ponselnya ke dalam tas beludru coklat
miliknya.
“Aku akan mengurus semuanya,” ucap suara yang berhasil
membuat mereka terlonjak.
“Ma..manajer,” gumam Femmy.
“PULANG SEKARANG DAN SIAP-SIAP MENERIMA HUKUMAN KALIAN
BESOK,” bentak manajer yang membuat mereka kelabakan, bahkan mereka langsung
berlari secepat mungkin menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk yang siap
terjadi kapan saja. “Terima kasih untuk makanannya,” bisik sang manajer begitu
gadis-gadis itu tidak terlihat lagi.
***
“Makan
pizza sebelum debut? Kalian sedang memberontak sekarang?” tanya Bang Sihyuk
selaku pemilik agensi.
“Maaf,
kami memang salah. Tapi kami tidak makan pizza itu sepotong pun, sungguh,” kata
Lintang.
“Benarkah?”
tanya si bos pada manajer.
“Ya,
potongannya masih utuh saat saya dan teman-teman disana. Sayangnya dua kotak
pizza masih kurang untuk kami,” celetuk manajer.
“Tindakan
kalian tidak bisa dibiarkan. Jadi debut kalian sebagai idol group akan ditunda
entah sampai kapan. Hakyung, karena semalam kau tidak ikut, kau boleh pergi.”
“Tunggu.
Bisakah Sookyung ikut saya? Dia melakukannya karena terpaksa. Anda tahu sendiri
kan kalau maknae[1]
tidak cukup berani untuk menolak ajakan kakak-kakaknya?” Hakyung terus memohon,
mengabaikan Sookyung yang sedari tadi mencoba mencegahnya.
“Begitukah?
Baiklah, kau bisa membawanya pergi. Lee Sookyung, kau harus belajar dari Jeon
Jungkook, kau tidak perlu takut untuk menolaknya kalau kau tidak mau.” Sookyung
membungkuk dengan ragu-ragu sebelum akhirnya Hakyung membawanya keluar.
“Sudah
kubilang jangan dekat-dekat dengan mereka. Mereka berbeda dengan kita,” bentak
Hakyung begitu mereka tiba di ruang latihan.
“Apanya?
Kita sama-sama punya mimpi untuk debut kan? Aku yang salah.”
“Ini
bukan salahmu, Lee Sookyung. Ini memang merupakan tujuan awal agensi kita.
Mereka belum berniat membentuk grup idola wanita setelah mereka gagal
mempertahankan grup wanita pertama mereka,” terang Hakyung seraya meletakkan
kedua tangannya di bahu Sookyung.
“Apa
maksudmu?”
“Mereka
takut gagal lagi. Mereka ingin mencoba dengan cover group, makanya diadakan
audisi itu. Tidak kusangka gadis-gadis Indonesia itu mampu bersaing dengan kita.”
“Lalu
kenapa mereka memasukkan kita berdua?”
“Grup
itu dibentuk untuk mengaransemen ulang lagu-lagu BTS. Mereka mengambil dua
orang dari trainee agensi untuk menyesuaikan jumlah anggota dengan anggota BTS.
Tapi kenapa harus kita,” keluh Hakyung.
“Tapi
tidak masalah asalkan kita bisa debut,” ucap Sookyung pelan.
“Tidak
masalah apanya? Kita dijadikan kelinci percobaan dan kita akan dibuang nantinya.
Karir kita akan hancur bahkan sebelum dimulai, Lee Sookyung.”
“Biarkan
kita dikenal dulu. Setelah itu kita bisa memulai lagi semuanya.”
“Lee...Lee
Sookyung,” Sookyung tetap melangkah menjauh, meninggalkan Hakyung yang masih saja
memanggil-manggil namanya.
“Membuang
kalian? Kurasa kau salah, bos kita tidak sejahat itu. Jaga ucapanmu nona Choi!”
hardik salah satu seniornya, Park Jimin, yang tiba-tiba melintas di depan ruang
latihan.
***
“Maaf
Sookyung, gara-gara hal ini sepertinya perjuanganmu sebagai trainee sia-sia.
Kita tidak bisa debut dengan lagu kita sendiri.” ucap Lintang sesampainya tiba
di apartemen. Sontak Sookyung teringat ucapan Hakyung kalau mereka memang akan
debut dengan lagu orang lain. “Sookyung? Lee Sookyung.”
“Hmm?”
“Kau
baik-baik saja? Kenapa melamun?”
“Tidak,
aku baik-baik saja.”
“Setelah
berusaha sekeras ini, akhirnya tidak bisa menyanyikan lagu sendiri,” keluh
Hakyung yang baru saja tiba. Ia langsung berlalu di hadapan Lintang dan
Sookyung.
“Kita
latihan disini, guru dance kita akan tiba lima menit lagi. Aku akan
membersihkan ruang latihan dulu,” ucap Dian yang langsung berlari ke lantai
dua.
“Lee
Sookyung, maaf karena aku tidak bisa menjadi leader yang baik,” gumam Lintang.
“Aku juga merasa bersalah pada Kak Hakyung,” imbuhnya.
“Yang
terpenting adalah kita harus tetap latihan, kata-katamu tidak akan membuat kita
kembali ke masa lalu,” balas Sookyung, kemudian berlari menyusul Dian dan
Hakyung.
Semua
anggota telah berkumpul di ruang latihan, pelatih pun telah berdiri di antara
mereka. Tidak ada yang berani mengangkat kepala dan menatap pelatih kecuali
satu orang yang masih bisa menampakkan senyum tipisnya, Choi Hakyung.
“Karena
tindakan kalian yang berhasil membuat bos kecewa, dengan berat hati aku harus
memberi pengumuman yang mungkin sedikit berat untuk kalian,” ucap Guru Han. “Bos
memilih lagu BTS, For You, untuk lagu debut kalian. Tapi kalian harus
mengaransemen ulang lagu itu sesuai dengan karakter kalian, koreografinya
juga.” Jika kalian ingin bertahan disini, kalian harus belajar membuat lagu
seperti mereka.”
Dian,
Bi, Lintang, dan Sookyung memilih untuk mengaransemen ulang lagu. Mereka memang
sering menulis lagu sejak agensi mengumumkan kalau mereka akan segera debut. Hakyung,
Femmy, dan Herni memilih membuat koreografi.
“Kalau
begitu kalian bisa mulai sekarang, waktunya sampai besok pagi. Besok siang
kalian harus menunjukkan hasilnya di depan bos, anggap sebagai ganti evaluasi
akhir bulan.”
“Hanya
sehari?” protes Bi.
“Jangan
mengeluh, lakukan saja!” tegur Hakyung, kemudian Guru Han pun pergi setelah
menyemangati mereka.
Hakyung
segera memutar lagu BTS yang berjudul For You dan mulai menggerakkan tubuhnya.
Melihat Hakyung yang mulai berlatih, Bi pun segera berlari keluar, kemudian
kembali dengan laptop maroon di tangannya. Dian, Lintang, dan Sookyung
bergabung dengan Bi, sementara Femmy dan Herni bergabung dengan Hakyung. Entah
apa yang menghinggapi Hakyung sekarang, tiba-tiba saja sikapnya lebih hangat
pada Femmy dan Herni, bahkan ia tidak menolak ketika Femmy mengusulkan
koreografinya.
“Haruskah
kita membuat gerakan yang lebih anggun?” gumam Femmy yang masih fokus pada
cermin di hadapannya.
“Kita
coba saja dulu, kalau terlalu anggun kita buat lagi yang baru,” mendengar jawaban
Hakyung dengan nada lembut, Bi pun langsung mendongak menatap ketiganya.
Melihat mereka yang bersikap seakan tidak pernah berseteru membuat Bi tersenyum
lega. Kemudian ia kembali membantu Dian dengan lirik rap-nya.
***
Saat yang ditunggu telah tiba. Setelah hampir dua puluh
empat jam berlatih, akhirnya kini mereka harus menampilkan hasil kerja keras
mereka di hadapan bos, para pelatih, para trainee, bahkan senior mereka, BTS,
selaku pemilik asli lagu yang akan mereka tampilkan.
“Kalian harus siap-siap,” perintah manajer mereka.
Sookyung dan Bi menunduk, mengintip suasana di dalam
ruangan melalui celah tirai. Keduanya saling berpandangan begitu melihat
senior-senior mereka duduk disana, terlebih karena keduanya memang mengidolakan
mereka.
“Ayo,” bisik Lintang seraya menarik lengan Sookyung dan
Bi.
“Kalian siap?” tanya bos mereka.
“Ya,” jawab mereka serempak.
Begitu selesai menyapa seisi ruangan dengan slogan mereka,
musik pun terdengar. Bi yang mendapat bagian pertama pun langsung menggerakkan
tubuhnya mengikuti irama. Musik mengalun dengan indah. Tidak banyak berubah
dari versi aslinya, mereka hanya mengganti beberapa lirik dan koreografi agar
sesuai dengan konsep mereka. BTS selaku pemilik asli lagu itu pun menikmati
versi baru lagu mereka, bahkan Hoseok beberapa kali terlihat berusaha mengikuti
gerakan mereka. Benar-benar kerja sama yang sempurna. Melihat kekompakan
mereka, orang-orang mungkin akan berpikir kalau mereka baik-baik saja, bahkan
Hakyung tidak menunjukkan rasa bencinya sekarang.
Penampilan selesai, gemuruh tepuk tangan dan sorakan
memenuhi seisi ruangan, bahkan bos mereka bertepuk tangan sambil berdiri. Bang
Sihyuk benar-benar terlihat bangga pada mereka.
“Berapa lama kalian menyiapkan ini?” tanya Namjoon,
leader BTS yang memiliki nama panggung Rap Monster.
“Proses aransemen dan latihan kurang lebih sehari,” jawab
Lintang dengan mantap.
“Hah? Sesingkat itu?” Namjoon langsung melongo menatap
mereka. Bisik-bisik pun memenuhi ruangan, ada yang mengatakan kalau mereka
bohong, ada pula yang memuji-muji mereka.
“Ey, kalian bohong kan?” tanya Seokjin.
“Tidak, sungguh. Kalian bisa bertanya pada Guru Han. Kami
diberi tugas ini baru kemarin.” jawab Hakyung tidak terima.
“Benarkah?”
tanya Seokjin yang langsung mendapat anggukan singkat dari Guru Han.
“Ini sebagai pengganti evaluasi akhir bulan mereka
sekaligus hukuman karena berusaha melanggar peraturan,” kata Guru Han.
“Sebenarnya aku tidak bermaksud menjadikan ini sebagai
hukuman,” ralat Bang Sihyuk. “Aku ingin melihat apakah kalian layak debut atau
tidak,” imbuhnya seraya memberikan sebuah amplop coklat besar pada Lintang.
Lintang pun membuka amplop bertuliskan “Mirror” di
luarnya. Ia mengambil beberapa amplop kecil yang ada di dalamnya dan memberikan
amplop-amplop itu pada anggota-anggotanya sesuai nama yang tertulis di luar
amplop kecil itu.
“Eunbi?” gumam Bi begitu ia membuka amplopnya.
“Kupikir nama panggung itu cocok untukmu. Kau pernah
bilang kalau kau suka dengan nama pemberian orang tua angkatmu itu kan?” tanya
Bang Sihyuk, sementara Bi langsung tersenyum cerah dan menjabat tangan Bang
Sihyuk. “Aku suka nama aslimu, jadi kurasa aku tidak perlu mencarikan nama
untukmu,” imbuhnya begitu melihat Femmy yang tidak menemukan kertas apapun di
dalam amplopnya.
“Anda mengambil keputusan yang tepat,” jawab Femmy seraya
mengacungkan ibu jari tangan kanannya pada Bang Sihyuk.
“Byul?”
“Semua anggotamu menyukai bintang, jadi aku ingin semua
anggotamu menyukaimu seperti mereka menyukai bintang,” Lintang tersenyum dan
membungkuk berkali-berkali pada bosnya itu.
“Bagaimana dengan Minran?” celetuk Dian.
“Kudengar kau mengidolakan Xiumin EXO. Aku sudah mencari
tahu nama asli Xiumin. Minseok, Minran, bukankah itu cocok?” goda Bang Sihyuk,
sementara Dian hanya tertawa dan terus berterima kasih padanya. “Aku juga punya
alasan khusus dengan nama Eunri,” kata Bang Sihyuk begitu Herni telah membuka
mulutnya dan siap melontarkan pertanyaan. “Sebelum Hakyung dan Sookyung bergabung,
kau dan Bi dipanggil si kembar kan? Begitu aku tahu Bi memiliki nama Eunbi,
nama Eunri tiba-tiba melintas di pikiranku.”
“Yoonha?”
“Dari dulu kau ingin mengganti namamu dengan nama itu
kan? Sekarang kau memiliki kesempatan dipanggil dengan nama itu saat di
panggung,” celetuk salah satu anggota BTS, Yoongi atau yang biasa dipanggil
Suga. “Jangan tanya dari mana aku tahu hal itu. Kau harus ingat kalau aku
adalah teman kecilmu,” imbuhnya.
“Lee
Sookyung, kau baik-baik saja?” tanya Femmy yang langsung khawatir begitu
mendengar isak tangis Sookyung. Tidak ada jawaban, Sookyung hanya menyodorkan kertasnya
pada Femmy. “Soojung. Kenapa? kau tidak suka dengan nama ini?”
“Apa? Kau tidak suka? Hei aku sudah susah payah
mencarikan nama untukmu,” protes Jungkook, anggota termuda BTS.
“Justru karena a…aku menyukai na…nama ini,” seisi ruangan
langsung tertawa begitu mendengar jawaban Sookyung yang masih terisak.
“Mulai besok sering-seringlah datang ke studio, produser
akan memberikan lagu debut kalian besok,” kata manajer.
“Bukankah lagu tadi yang akan kami nyanyikan?” tanya
Herni.
“Mana mungkin kalian debut dengan menyanyikan lagu orang
lain?” sahut Yoongi. “Padahal aku sudah berusaha membantu membuat beberapa lagu
untuk kalian.”
“Bukankah bos bilang trauma? Bukankah itu alasannya
agensi membentuk kami sebagai cover group?” Hakyung pun tidak bisa tinggal
diam, walaupun dalam hati ia memang berharap kalau mereka benar-benar akan
debut sebagai idol group.
“Aku memang sempat trauma setelah gagal mempertahankan
girl group sebelumnya. Tapi setelah melihat usaha kalian, aku berubah pikiran.
Tidak mungkin aku membuang apa yang sudah kudapatkan, aku tidak bisa bertindak
sejahat itu,” terang Bang Sihyuk yang berhasil membuat mata ketujuh gadis itu
berbinar-binar. “Selamat berjuang dengan kami,” imbuhnya seraya menjabat tangan
mereka dan meninggalkan ruangan.
***
Mulai hari itu, mereka sering datang ke studio rekaman.
Hubungan mereka pun membaik, bahkan sikap Hakyung semakin hangat dengan
teman-temannya. Tidak ada lagi masalah perbedaan antara trainee dan anggota
lain, yang ada hanyalah anggota Mirror yang kini hampir berhasil meraih mimpi
mereka.