GG

GG
Follow my Twitter : @lovbie_df

Selasa, 15 September 2015

PERADABAN ARAB PRA-ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Jazirah Arab merupakan bagian dari bumi atau daerah berupa pulau diantara benua Asia dan Afrika. Sejak dulu daerah Arab terkenal dengan nama itu karena sebagian besar dikelilingi sungai-sungai dan lautan sehingga terlihat seperti jazirah (pulau). Sebelah barat dibatasi Laut Merah, sebelah timur dibatasi Teluk Persia dan Laut Oman atau sungai-sungai Dajlah (Tigris) dan Furrat (Eupharaat). Sebelah selatan dibatasi Lautan Hindia, dan utara dibatasi Sahara Tiih (lautan pasir diantara negeri Syam dan Sungai Furrat).
Sebelum Islam hadir di tengah-tengah masyarakat Arab, politik telah berkembang di Jazirah Arab dengan adanya perbedaan golongan, kepercayaan dan kebudayaan pun banyak berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tak hanya agama Yahudi dan Nasrani, masih banyak lagi kepercayaan-kepercayaan lain yang bermunculan di tengah masyarakat Arab. Oleh karena itu, penyusun bermaksud membahas peradaban Arab yang berkembang sebelum hadirnya Islam.

2.      Rumusan Masalah
a. Bagaimana sistem politik dan kemasyarakatan Arab Pra-Islam?
b. Apa saja sistem kepercayaan yang dianut dan kebudayaan yang muncul di tengah-tengah masyarakat Arab Pra-Islam?

3.      Tujuan
a. Mengetahui sistem politik dan kemasyarakatan Arab Pra-Islam.
b. Mengetahui sistem kepercayaan dan kebudayaan yang muncul di tengah masyarakat Arab Pra-Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Sistem Politik dan Kemasyarakatan
Bangsa Arab hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri, kadang saling bermusuhan. Kabilah merupakan pemerintahan kecil dimana anggotanya harus tunduk pada pemimpin baik seruan damai atau perang. Sistem dictactor adalah kekuasaan yang berlaku saat itu.
Masyarakat disana dibedakan antara budak dan tuan, serta pemimpin dan rakyat. Tuan berhak atas harta rampasan dan kekayaan sementara hamba diwajibkan membayar denda dan pajak. Mereka tidak punya raja yang memberi kemerdekaan atau sandaran yang bisa dijadikan tempat kembali dan bisa diandalkan saat menghadapi kesulitan.
Kursi kepemimpinan didapatkan dari sistema keturunan paman yang menyebabkan mereka menjadi bermuka dua, seakan-akan memakai topeng kebaikan dihadapan orang-orang berpengaruh di pemerintahan.
Jazirah Arab memiliki kerajaan-kerajaan besar, yaitu Yaman, Munaziroh, dan Ghassaniyah.
A.    Kerajaan Yaman
Terdapat di ibukota negeri Yaman (Kota Shan’a) dan pemegang pertama kerajaan adalah Qahthan bin Aabar. Raja selanjutnya berasal dari keturunan Qahthan sampai raja ke-28. Kemudian berpindah ke tangan golongan lain, dengan raja pertamanya adalah Raja Tubba al-Awwal bin al-Aqram. Kemudian dipegang keturunannya sampai 20 turunan. Raja terakhir adalah Raja Zu Jadan al-Himyary. Kerajaan Yaman jatuh karena dikalahkan Aryath, pemuka tentara Najasyi dari negeri Habsyi.
Raja Aryath ketika memegang kekuasaan sangat sewenang-wenang dan sangat kejam, lama-kelamaan rakyatnya tidak senang dan meminta pertolongan pada Abrahah, pemuka dan kepala bala tentara kerajaan Najasyi di Habsyi. Lalu Abrahah mengadakan penyerangan pada Aryath, kemudian ia pun memegang kekuasaan di kerajaan itu.
Setelah ia meninggal, Kerajaan Yaman dipegang anak pertamanya (Yaktsum), yang kemudian dipegang anak keduanya (Masruq) setelah Yaktsum meninggal.
Seseorang dari keturunan Qahthan bernama Saif bin Zi Yazin hendak merebut kembali pusaka berharga nenek moyangnya yang akhirnya pusaka itu dapat direbut kembali atas bantuan kerajaan Persia.
Tapi kemudian Kerajaan Persia berhasil menguasai kerajaan Yaman dan terus dibawah Persia sampai Persia dikalahkan pemerintah Islam, zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
B.     Kerajaan Munazirah
Bertempat di ibukota Irak yang terkenal dengan nama kota Hirah, dekat Kufah. Orang pertama pemegang kerajaan adalah Malik bin Fahm bin Ghanam. Kemudian dipegang anak Malik, bernama Jadzimah al-Korasy, kemudian turun-temurun sampai 26 turunan. Orang paling akhir adalah Munzir bin Nu’man, tapi ada juga yang menyebutkan cucu laki-laki Munzir-lah yang terakhir. Munzir dilepas dari kedudukannya sesudah kemenangan tentara Islam yang dipimpin Khalid bin al-Walid.
C.     Kerajaan Ghassaniyah
Orang pertamanya adalah Jafnah bin Amr bin Tsa’labah. Kemudian turun-temurun sampai 32 turunan. Raja yang paling akhir adalah Jabalah ibnul Aiham. Kerajaan ini selalu dibawah kekuasaan Romawi sampai Romawi dikalahkan pemerintah Islam masa Khalifah Umar ibnul Khattab r.a.
Golongan-golongan bangsa Arab :
-          Arab Ba’idah adalah kaum-kaum Arab terdahulu. Contoh: Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq.
-          Arab ‘Aribah adalah kaum yang berasal dari keturunan Ya’rub Yasyjub bin Qahthan, disebut pula Arab Qahthaniyah.
-          Arab Musta’ribah adalah kaum yang berasal dari keturunan Isma’il, disebut juga Arab Adnaniyah.

Masyarakat hidup berpindah-pindah karena faktor alam dan peristiwa geologi serta letak geografisnya. Kondisi tersebut juga mendominasi watak penduduknya, serta menonjolnya semangat peperangan antar suku. Kehidupan mwnwtap terbatas pada tempat-tempat bercurah hujan serta tempat-tempat bermata air.
Sebuah kehidupan yang menciptakan kesulitan bagi para pelakunya, menimbulkan kesulitan bagi mereka yang tinggal berdekatan dengan penduduk tetap dan menimbulkan berbagai macam persengketaan. Tapi disisi lain, orang Arab tulus dan patuh pada tradisi sukunya walaupun ada persekutuan dan peperangan, mereka juga menunaikan kewajiban persahabatan sesuai yang digariskan oleh konvensi (adat kebiasaan).
Laki-laki Arab adalah penyabar, pemberani, melindungi, teguh pendirian, serta penuh percaya diri walaupun ia menghadapi kehidupan yang keras dan sulit. Orang Arab hanya percaya tradisi-tradisi sukunya, dan warisan nenek moyangnya. Simbol tertinggi moral terpusat pada Murli’ah (harga diri).
Terdapat beberapa kelas dalam masyarakat, bangsawan selalu diunggulkan dan dihormati. Untuk kelas lain, mereka memiliki kebebasan dalam hal pergaulan. Kondisi masyarakat disana bisa dikatakan lemah dan buta, kerusakan moral banyak dijumpai sebelum Islam datang ke Jazirah Arab.

①.  Minum Arak
Adalah salah satu kebiasaan bangsa Arab pada masa itu. Salah satu cara mereka meminum arak adalah dengan minum bersama dalam suatu pertemuan dan dilakukan dengan perjudian.
②.  Perjudian
Salah satu permainan yang sangat disukai oleh umumnya bangsa Arab sebelum Islam datang. Dan orang yang tidak suka ikut berjudi dipandang kikir. Dengan demikian, dia dipandang rendah oleh masyarakat mereka, sehingga orang yang menikah dengannya dipandang hina pula.
③.  Pelacuran
Merupakan perbuatan biasa pada masa sebelum Islam. Pelacuran secara terang-terangan tidak diperbolehkan, tapi boleh dilakukan secara tertutup.
④.  Pencurian dan Perampokan
Merupakan perbuatan yang biasa dan bukan perbuatan seseorang atau orang-orang dari suatu kabilah saja, melainkan sudah umum dikerjakan.
⑤.  Kekejaman
Kejam dan ganas, baik sesama manusia maupun binatang. Anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup dalam tanah dan kadang dimasukkan ke dalam tong kemudian diluncurkan dari bukit yang tinggi. Musuh yang kalah disayat kulitnya atau dipotong hidung dan telinganya.
⑥.  Kekotoran Makanan dan Minuman
Segala macam binatang boleh dimakan, bahkan bangkai pun dimakan. Ada juga yang suka minum darah binatang dan memakan darah yang dibekukan.
⑦.  Tidak Punya Kesopanan
Bangsa Arab umumnya tidak punya kesopanan, misalnya melakukan thawaf dengan telanjang, serta mandi tanpa menutup kemaluannya dimuka umum.
⑧.  Pertengkaran dan Perkelahian
Pertengkaran antara seorang dari satu kabilah dengan seorang kabilah dengan seorang dari kabilah lain dapat menimbulkan pertumpahan darah dan peperangan antara dua kabilah sampai bertahun-tahun lamanya dan menghabiskan ratusan hingga ribuan jiwa penduduk mereka masing-masing.
Terjadinya peperangan umumnya lantaran perkara unta, kuda, kambing, bahkan perempuan, atau lantaran saling mengolok keturunan dan saling menghina.

2.      Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan
Mayoritas mereka mengikuti dakwah Isma’il a.s yaitu ketika beliau menyeru agama yang menyembah pada Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya hingga akhirnya muncullah Amr bin Luhay, pemimpin Bani Khuza’ah yang mengadakan perjalanan ke Syam dan melihat penduduk Syam menyembah berhala kemudian membawa ajaran tersebut ke Mekkah dan mengajak mereka membuat persekutuan terhadap Allah.
Mereka menempatkan berhala terdahulu (Manat) di Musyallah di tepi Laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian membuat Lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Kemusryikan semakin merebak dan berhala-berhala kecil bertebaran di berbagai tempat. Masjidil Haram juga dipenuhi berbagai macam berhala dan patung.
Selain menyembah berhala, ada juga yang menyembah benda lain, misalnya malaikat, jin, ruh, hantu, dan bintang.
  Malaikat
Mereka menganggap malaikat adalah wakil Tuhan, bahkan ada juga yang menuhankan malaikat karena menganggap malaikat adalah putri-putri Tuhan.
  Jin, Ruh, dan Hantu
Ada yang memandang jin-jin dan ruh merupakan para leluhur yang telah meninggal dan punya hubungan keturunan dengan Tuhan.
  Bintang
Yang dimaksud bintang adalah matahari, bulan, dan bintang itu sendiri. Mereka menyembah bintang karena menganggap bintang diberi kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam.
  Agama Yahudi dan Nasrani
Agama Yahudi berkembang karena kaum Yahudi di negeri Asyr diusir kerajaan Romawi, tapi mereka tetap rajin dan giat menyiarkan agamanya. Sementara agama Nasrani berkembang karena mendapat bantuan besar dari kerajaan Romawi dan Habsyi.
Karena mereka sama-sama mendapat bantuan besar maka terjadilah pertumpahan darah selama menyiarkan agama mereka masing-masing.

             Beberapa tradisi yang mereka lakukan:
-          Mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan serta berdoa agar berhala tersebut mampu memenuhi kebutuhan mereka.
-          Mengorbankan hewan sembelihan demi berhala sembari menyebut namanya.
-          Orang yang mencela Latta dan Uzza akan mendapat penyakit supak.
-          Ular yang mati dibunuh, hantunya akan datang membalas dendam.
-          Roh orang mati menjadi burung yang disebut Hammah.
-          Memakai cincin dari besi atau tembaga dengan keyakinan untuk menambah kekuatan.

BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Sistem politik Arab Pra-Islam menggunakan sistem dictactor dalam pemerintahannya. Mereka memaksa rakyat terus bekerja sementara pendapatan rakyat diberikan pada pemerintah dan digunakan untuk berfoya-foya. Kehidupan masyarakat yang berpindah-pindah membuat mereka kesulitan untuk tinggal berdekatan dengan penduduk tetap, serta moral masyarakat yang rusak, dimana perbuatan-perbuatan merugikan telah menjamur di tengah-tengah masyarakat Arab Para-Islam.
Banyaknya ajaran-ajaran yang muncul telah membuat ajaran yang dibawa Nabi Isma’il a.s telah ditinggalkan, seperti menyembah malaikat, jin, ruh, hantu, dan bintang. Serta tradisi dan penyembahan yang muncul dalam masyarakat.

2.      Saran
Dari uraian diatas hendaknya kita bisa mengambil pelajaran yang berharga, yang mana kita harus menghindari perbuatan-perbuatan menyimpang yang dilakukan pada masa Jahiliyah. Jika sekarang kita masih melakukan perbuatan-perbuatan yang orang Arab dulu lakukan, maka tidak ada bedanya kita dengan orang-orang yang hidup pada zaman jahiliyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar