#49
Author : Bikry Faridatur Rofiqoh
Penerbit : Mazaya Publishing House
Author : Bikry Faridatur Rofiqoh
Penerbit : Mazaya Publishing House
Hidup memang tidak
selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan, harus ada kerikil yang
menghalangi jalan kita. Namun seseorang tidak menyadari betapa berharganya
kerikil yang telah menghentikannya itu. Ia masih saja merutuki kegagalan yang
baru saja terjadi padanya.
Kim
Taehyung adalah seorang atlet lompat tinggi SMA Hanlim yang kini berusaha
mengubur rasa kecewanya. Bagaimana tidak, ia tidak bisa pulang sebagai pemenang.
Sementara Jung Yerin, adik kelasnya yang pernah ia permalukan saat Masa Orientasi
Siswa itu berhasil mendapatkan juara pertama untuk lompat tinggi putri.
Entahlah, antara malu, marah, kecewa, semuanya telah memenuhi pikirannya.
Ia tidak tahu harus kemana sekarang, tidak ada lagi
teman-teman yang siap merangkul bahunya setelah ia berhasil meraih mimpinya. Yang
bisa ia lakukan sekarang hanyalah menyeret kakinya menyusuri sungai dengan
hembusan angin yang mungkin menjadi satu-satunya hal di dunia ini yang masih
ramah padanya.
***
“Jung Yerin, gawat. Taehyung seonbae[1],”
jerit Shinbi.
“Ada apa?” tanya Yerin seraya menyeka keringat di
dahinya.
“Seseorang melihatnya di dekat sungai, aku takut dia
akan…”
Yerin
langsung bangkit dari tempat duduknya dan berlari keluar. Ia tidak bisa diam
saja. Yerin tahu masalah yang dihadapi Taehyung. Ia tahu bagaimana Taehyung
harus menanggung malu karena harus kalah di depan adik kelas seperti dirinya.
Terlebih karena orang tua Taehyung selalu menginginkan kejuaraan ada di tangan
Taehyung. Ia harus menyelamatkan Taehyung yang mungkin saja akan melakukan hal
konyol kapan saja. Ya, ia harus menyelamatkan pria yang ia suka.
“Apakah ini yang dilakukan seorang pria setelah kalah
dalam pertandingan?” Taehyung yang semula siap melompat ke sungai, kini
mengurungkan niatnya. Ia mencengkeram tepi jembatan dengan kuat. Lagi-lagi ia
harus menanggung malu karena ulahnya sendiri. “Aku tahu kau ini atlet lompat
tinggi, tapi kurasa ini bukan tempat yang tepat untuk latihan.”
“Kau ingin meledekku?” geram Taehyung.
Yerin menghampiri Taehyung dan berdiri di sampingnya, menatap
sungai yang terhampar di hadapan mereka, kemudian berbisik pelan, “Kau terlalu
berambisi untuk menang. Bahkan keegoisanmu telah membuatmu berlari tanpa peduli
pada apa yang terjadi di sekelilingmu. Kau mungkin tidak bisa berhenti
mengumpat pada kerikil yang telah menghalangi jalanmu. Tapi kau harus tahu satu
hal, kerikil itu sangat berharga. Kau harus berhenti sebentar untuk
menyingkirkan kerikil itu, tapi jangan lupa untuk menikmati pemandangan indah
di sekelilingmu.”
“Aku tidak mengerti.”
“Jangan terlalu memaksa. Semakin kau memaksakan diri,
semakin banyak sesuatu yang akan hilang darimu. Kau harus melihat pemandangan
indah yang pernah kau lewatkan,” ucap Yerin seraya menarik lengan Taehyung dan
berlari.
Yerin mengendurkan cengkeramannya dan berhenti beberapa
meter dari tempat mereka bertanding tadi. Taehyung tersenyum begitu melihat apa
yang ada di hadapannya.
“Mereka tidak akan disini kalau mereka membencimu,” ucap
Yerin seraya menunjuk enam pria yang berdiri beberapa meter di depan mereka.
“Mereka tetap mendukungmu walaupun kau tidak pernah menyadarinya.”
“Berapa banyak pemandangan indah yang telah kulewatkan?”
tanya Taehyung dengan kedua matanya yang telah berkaca-kaca. Ia langsung
menyeka air matanya dengan kasar dan memberi Yerin pelukan singkat sebelum
akhirnya berlari menghampiri sahabat-sahabatnya.
“Aku tidak akan membiarkanmu melewatkan pemandangan
seindah ini lagi. Aku akan selalu di sampingmu dan menghentikanmu saat kau
berlari terlalu kencang,” bisik Yerin begitu melihat Taehyung memeluk
sahabat-sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar