Main
Cast : Byun Baekhyun, Hwang Eunri
(OC)
Author : Bie
"Sejak
saat itu aku mulai berpikir bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan orang
yang belum pernah kukenal. Jangankan kenal, melihatnya pun belum pernah, sampai
akhirnya kau menceritakan cerita itu dan aku senang karena telah menemukan adik
sahabatku"
"Dan
kau pikir setelah memberikan hadiah ini padaku tugasmu telah selesai?"
Baekhyun menoleh, memandang Eunri tak mengerti, sampai Eunri mengeluarkan
sesuatu dari saku celananya yang berhasil membuat Baekhyun berjengit.
=============================
"Aku yang menerima
tiket ini, dan di amplop
itu tertulis namamu"
"Eunri-a"
"Bahkan
kau akan pergi sebelum hari kelulusan. Kalian berdua sama, tak pernah menepati
janji kalian sendiri" ucap Eunri yang langsung berlari meninggalkan
Baekhyun yang masih shock memandangi tiket pesawatnya.
***
Semakin
hari Eunri terlihat semakin murung dan sering melamun. Hari ini hari terakhir
Baekhyun ujian, itu berarti dia akan segera pergi. Dan hal itu semakin
membuatnya murung. Bahkan Eunbi yang sedari tadi bicara panjang lebar pun tak
digubrisnya. Ia baru tersadar dari lamunannya setelah Eunbi memukul meja dan marah-marah
padanya. Tapi lagi-lagi ia tak mempedulikan teriakan-teriakan Eunbi, ia malah
keluar kelas tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Sunbaenim, gawat. Eunri"
"Kenapa?
Ingin minum bubble tea lagi?" Tanya Baekhyun dengan
malas.
"Tidak.
Dia aneh, dia terlihat murung akhir-akhir ini"
"Dimana dia?"
"Aku tidak tahu, dia pergi begitu saja,
hari ini dia cukup membuatku kesal, aku sudah cerita panjang lebar tapi. .YAAA!
SUNBAENIM" teriak Eunbi saat Baekhyun langsung berlari meninggalkannya dan
Junmyeon. "Kenapa mereka berdua terlihat aneh?" Gerutunya, sementara
Junmyeon hanya menggeleng.
"Aku
harus melupakan semuanya" batin Eunri. Ia kembali memutar video yang
pernah Baekhyun kirimkan padanya, video permintaan maaf saat namja itu baru
saja tiba dirumahnya. "Baboya, kenapa kau meminta maaf padahal kau tak
bersalah?" Rutuknya seraya berusaha menahan air matanya yang siap meluncur
membasahi pipi.
Eunri mulai memejamkan matanya, perlahan
semua ingatan saat ia bersama Baekhyun muncul.
"Apa yang terjadi?" Gumamnya seraya
merasakan detak jantungnya yang menurutnya terasa aneh. "Ini karena aku
sedih dia akan meninggalkanku,
iya kan? Tidak lebih?"
"Eunri-a" terdengar suara
seseorang dibelakang. Eunri berbalik seraya menormalkan kembali detak
jantungnya. Tapi percuma, jantungnya kini semakin tak karuan. Yang ia takutkan
sekarang adalah, jika Baekhyun juga merasakan ketidak normalan jantungnya. Karena
kini Baekhyun telah memeluknya.
"Baekhyun-a"
"Mianhae, aku tau kau kecewa dengan
keputusanku"
"Lalu?" Tanya Eunri seraya melepaskan diri dari
pelukan Baekhyun.
"Aku punya banyak alasan untuk
pergi"
"Apa misalnya?"
"Aku tidak punya tempat tinggal lagi
di negara ini"
"Apa kau gila? Kau ini kakakku, jadi
rumahku juga rumahmu. Apa kau tidak menyadari itu?"
"Tidak, kurasa itu terlalu berlebihan.
Dan lagipula aku juga punya alasan lain. Yang tidak bisa kuberitahukan padamu"
"Aku
adikmu"
"Aku
tau, tapi tidak semua hal harus kau ketahui hanya karena kau adalah
adikku"
"Aku
tidak akan mengantarmu ke bandara"
"Tidak
perlu, aku hanya ingin kau membiarkanku pergi"
"Kumohon,
tetaplah disini. Paling tidak tunggu sampai hari kelulusanmu" Baekhyun
hanya tersenyum dan menggeleng, kemudian mulai bangkit dan meninggalkan Eunri.
"Baekhyun-a, jebal" lagi-lagi Baekhyun tidak mempedulikannya, ia
malah melambaikan tangan tanpa berbalik. "Oppa, Baekhyun
oppa"
"Mianhae" gumam Baekhyun yang terus
menjauh tanpa menghiraukan teriakan-teriakan Eunri.
***
Mentari pagi tak sehangat
biasanya. Dengan enggan Eunri mulai menyibak selimutnya dan berlari ke kamar
mandi. Melakukan serangkaian aktivitas pagi dengan mata yang masih setengah
tertutup. Kemudian bergegas turun dan menghampiri ibunya yang tengah sibuk di
dapur.
"Oh kau sudah bangun? Tadi Baekhyun
tidak tega membangunkanmu, jadi dia hanya menitipkan sesuatu" ucap ibunya
seraya menyerahkan sebuah paper bag padanya.
"Baekhyun" gumam Eunri yang
langsung menyambar paper bag itu dan berlari meninggalkan ibunya.
"Dia sudah pergi dua jam yang lalu"
teriak ibunya dari dapur. Eunri yang tidak menghiraukan teriakan ibunya terus berlari,
sampai akhirnya ia berhenti tepat di depan kamar Baekhyun.
Perlahan ia membuka pintu kamar itu,
pandangannya menyapu seluruh ruangan, tak ada yang ia lewatkan. Tiap sudut
telah terjamah oleh pandangannya. Satu hal yang ia yakini sekarang, Baekhyun
benar-benar telah pergi. Tak ada satu pun barang Baekhyun disana. Meja yang sebelumnya
penuh dengan buku, kini hanyalah sebuah meja kosong yang berdiri kokoh di sudut
ruangan. Tak ada lagi foto keluarga Baekhyun dan anjing kesayangannya, tak ada
lagi ocehan Baekhyun yang selalu membuat Eunri ingin menjerit, tak ada lagi
gitar tua yang biasa Baekhyun pamerkan padanya, tak ada lagi suara merdu
Baekhyun yang biasa terdengar saat Eunri tak bisa tidur. Semua tak akan pernah
ada lagi.
Eunri langsung membuka paper bag yang diberikan
ibunya tadi. Sesuatu didalamnya berhasil membuatnya tersenyum tipis. Senyum
senang bercampur tangis langsung nampak di wajahnya. Sebuah boneka dan gelang
bertuliskan "BaekRi" kini ada dalam genggamannya.
----------------------------
Daehyun
memberikan sesuatu sebelum meninggalkanmu, jadi kurasa aku harus melakukan hal
yang sama. Tapi aku memberimu dua benda, itu berarti aku unggul satu
benda dari Daehyun.
Kuharap kau menyukainya. Kakak yang selalu
mencintaimu-Baekhyun.
-----------------------------
"Bawa aku kemana pun kau pergi, kumohon"
Isaknya. Ia merasa kakinya tak kuat lagi menopang tubuhnya, kini ia hanya bisa
menangis sementara tubuhnya telah bersandar di kaki tempat tidur Baekhyun.
"Ppalli dorawa, jebal"
.
.
.
2 tahun
kemudian
.
.
.
Tak
banyak yang berubah dari tempat yang sempat ia tinggalkan, bahkan jika tidak
teliti mungkin ia akan mengira tidak ada yang berubah sama sekali. Perlahan ia
mulai melangkahkan kakinya memasuki sebuah cafe bergaya klasik yang dulu sering
ia kunjungi bersama seseorang yang sangat ia sayangi, tidak, lebih tepatnya
seseorang yang sangat ia cintai.
"Hwang Baekhyun" Baekhyun terlonjak, ia merasa
mengenal suara itu. Hwang Baekhyun memang bukanlah namanya, tapi entah mengapa
ia merasa panggilan itu ditujukan padanya. Jika memang panggilan itu ditujukan
padanya, kemungkinan pemilik suara itu adalah Taehyun, Junmyeon, atau Eunbi,
karena hanya mereka lah yang tahu tentang asal-usul munculnya nama itu. Tunggu,
tidak mungkin itu Eunbi karena, suara itu adalah suara namja. "Ya! Hwang
Baekhyun" kali ini Baekhyun memberanikan diri untuk berbalik, dan
mendapati seseorang yang ia kenal tengah tersenyum padanya, Nam Taehyun,
lengkap dengan seragam pelayan cafe yang melekat ditubuhnya.
"Nam Taehyun" gumamnya seraya
berlari menghampiri sahabatnya itu. Mereka pun segera bertukar cerita, karena
mereka tak saling menyapa selama dua tahun belakangan, mengingat kembali masa-masa
SMA mereka yang terkesan menyebalkan. Mereka saling tertawa bahagia, sampai akhirnya
nama Eunri terselip dalam obrolan mereka.
"Dia
sudah pindah, sejak hari pertama kuliah. Tapi dia masih menyempatkan diri ke
cafe ini. Kebiasaannya selalu sama, duduk disini dan memesan dua gelas
cappucino. Mungkin
berharap kau akan datang menemuinya"
"Apa hari ini dia sudah kesini?"
"Kurasa begitu. Aku sendiri yang
membereskan meja ini"
"Kau tau alamat rumahnya yang baru?"
"Eunri-a,
cepat makan" teriak ibunya dari dapur. Dengan langkah berat pun Eunri
mulai menyeret kakinya. Hidangan yang biasa
tersaji di atas meja berhasil membuatnya mengeluh.
"Tidak ada yang lain? Misalnya makanan
kesukanku?" Keluhnya.
"Makan saja apa yang sudah ada disana,
kau perlu sayur untuk kesehatanmu"
"Eomma"
"Eunri" bantah ibunya seraya memberinya tatapan
tajam.
"Eomma-ya" rengeknya.
"Hwang
Eunri, cepat makan" bentak ibunya.
Tak
lama setelah saling melempar bantahan, bel pintu rumah berbunyi. Eunri langsung
terlonjak dan berbalik karena ia teringat sesuatu.
"Caranya membunyikan bel seperti. .
.BYUN BAEKHYUN" teriaknya seraya berlari dan langsung membuka pintu
rumahnya. "BYUN BAEK. . .oh, ada apa?" Tanyanya ketika sosok yang ada
dihadapannya bukanlah Byun Baekhyun yang ia harapkan.
"Bisakah kau ikut aku sekarang?"
"Ada apa?"
"Sudahlah, ini penting"
"Sekarang?"
"Tentu saja" ucap Taehyun seraya
menarik lengan Eunri. Sesekali Eunri meronta, bertanya kemana Taehyun
akan membawanya.
"Aku
akan memberikan kejutan untukmu"
"Mwo?"
"Kau
siap?" Tanya Taehyun yang telah bersiap membuka pintu cafe.
Dengan
nafas tertahan Eunri pun mengangguk pelan, dan ia langsung berjengit begitu
melihat sosok yang ada dihadapannya. Byun Baekhyun.
"Long
time no see" ucapnya seraya tersenyum pada Eunri.
"Oppa,
apa aku bermimpi? Kumohon jangan bangunkan aku" bisiknya pada Taehyun.
"Hey, siapa bilang kau bermimpi? Ini nyata" jawab Taehyun sambil mencubit lengan
Eunri.
"YAA!" Teriak Eunri yang langsung
memukul namja disampingnya itu.
"Ya! Sampai kapan kau akan berdiri disitu?"
Taehyun pun langsung mendorong Eunri dan menggumamkan kata "Fighting"
pada Baekhyun, kemudian sosoknya pun langsung menghilang di balik meja counter.
"Bagaimana
kabarmu?"
"Baik"
jawab Eunri tanpa mengangkat wajahnya.
"Aku akan tinggal disini, bagaimana
menurutmu?" Eunri langsung mendongak dan tersenyum tipis.
"Kau
akan tinggal dimana?"
"Apartemenku yang dulu"
"Jadi, kenapa kau harus pergi jika pada
akhirnya kau kembali dan akan menetap disini lagi" ucap Eunri, ada nada
kekecewaan dalam suaranya.
"Aku. . .haruskah aku mengatakannya
sekarang?"
"Apa kau akan menundanya dan pergi
meninggalkanku lagi?"
"Baiklah, aku hanya. . .butuh waktu
untuk membiasakan diri. . . untuk tidak menganggapmu sebagai adikku lagi"
"Wae? Kau tidak menyayangiku lagi?"
"Tentu
saja aku masih menyayangimu, tapi dari sudut pandang lain"
"A-aku
tidak mengerti"
"Aku
menyukaimu" bisik Baekhyun.
"Kau
menyukaiku karena aku adikmu?"
"Tidak tidak, bukan
rasa suka yang seperti itu, itu berbeda. Maksudku antara orang yang tak
memiliki hubungan darah. Kau sudah dewasa, jadi kurasa kau paham maksudku"
"Seolma. . .sarang?"
"Begitulah. Jadi, apa kau menjadi Yeojachingu-ku?"
"Yeoja chingu atau yeojachingu?"
"Ya! Hwang Eunri"
"Arasseo arasseo" sergah Eunri
seraya berusaha menahan tawanya.
"Ambil bunga ini jika kau
menerimaku" ucap Baekhyun seraya mengacungkan bunga dalam genggamannya.
"Atau ambil bunga yang ada di meja Taehyun jika kau menolakku"
Taehyun yang namanya disebut pun langsung mengangkat bunganya dan memberi
tatapan -jangan-ambil-ini- pada Eunri.
Tiba-tiba Eunri langsung bangkit dari tempat
duduknya dan melangkah ke arah Taehyun. Sontak Baekhyun dan Taehyun pun
langsung berjengit, bahkan Baekhyun mulai menunduk dan menghela nafas panjang.
"Kau
tidak berpikir aku akan mengambil bunga itu kan?" Tanya Eunri yang telah berdiri
di samping Baekhyun seraya menunjuk bunga di tangan Taehyun. "Aku lebih memilih ini"
Baekhyun pun dengan senang hati langsung
memberikan bunga itu pada Eunri dan tersenyum puas.
"Tunggu, aku masih penasaran, bagaimana mungkin
caramu dan Taehyun oppa membunyikan bel bisa sama? Kukira tadi kau" ucap
Eunri dengan kecewa.
"Ah itu. . ."
---------------------------
"Kau
tau alamat rumahnya yang baru?"
"Wae?
Kau mau kesana?"
"Tidak,
tapi kuharap kau mau kesana"
"Mwo?"
"Jebal, dan usahakan dia mengira akulah
yang datang"
"Wae?"
"Aku ingin dia sendiri yang membuka
pintu. Aku
yakin dia akan langsung berlari jika mengira akulah yang datang"
"Bagaimana mungkin dia akan mengira aku adalah
kau?"
"Dengar, kau harus membunyikan bel seperti
yang biasa kulakukan"
"Big
Bang-Fantastic Baby?"
"Yup, 'Wow, fantastic baby'. Yang itu,
Ok?"
"Aigoo,
geurae geurae"
-------------------------
"Seyakin
itukah kalau aku yang akan membukakan pintu?"
"Sudah
terbukti kan?"ucap Baekhyun dengan bangga. "Cuaca yang bagus, kau tidak
ingin ke suatu tempat?" Sergah Baekhyun sebelum Eunri berhasil memukul lengannya.
"Kemana,
misalnya?"
"Bersepeda
di dekat sungai Han? Sepertinya itu menyenangkan"
"Ya!
Ya! Ya! Tetap di tempat, aku akan memberi kesempatan untuk
makan gratis di hari bahagia kalian" ucap Taehyun yang muncul dari balik
meja counter nya.
"Nam Taehyun" teriak sang pemilik
cafe seraya memberinya ancaman dalam tatapan tajamnya.
"Joesonghamnida" gumamnya salah
tingkah.
"Thanks
bro, tapi aku tidak akan membiarkanmu kehilangan pekerjaan di hari
bahagiaku" ucap Baekhyun sambil menepuk bahu Taehyun.
Setelah menyelesaikan pembayaran untuk makanan
dan minuman yang ia pesan, Baekhyun pun segera mengajak Eunri ke sungai Han. Ia
terus memandangi senyum di wajah yeoja itu, senyuman yang selama dua tahun
terakhir tak dilihatnya.
"Aku janji tak akan pernah meninggalkanmu
lagi. Aku akan selalu ada untukmu, kapan pun kau membutuhkanku. Sebagai kakak, dan juga sebagai kekasihmu"
.
.
.
.
.
THE END^^
Thanks
buat yang udah mau baca FF-ku… Maaf kalo Typo bertebaran..hehe
Cuma mau
ngingetin, kalo mau Copas apapun dari blog ini, please pake Cr ya…bukan Cuma dari
blog ini aja, tapi dari blog lain juga kalian harus pake Cr, hargai yang udah
bikin/yang udah posting. Pencurian itu tindakan
kriminal #ngomongin_apa_ini
Sekali
lagi thanks ya…Salam super #eh. Salam sayang dari author deh..hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar