GG

GG
Follow my Twitter : @lovbie_df

Kamis, 03 April 2014

[FF] STAY_Part.3



Main Cast         : Byun Baekhyun, Hwang Eunri (OC)
Author              : Bie


      "Bangun dan pukul aku, ini semua salahku" isaknya seraya mengguncang tubuh Baekhyun dengan lembut. "Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau peduli padaku padahal aku selalu membencimu. Kenapa?" Tangisnya makin pecah, sementara Baekhyun masih terkulai lemas. Demamnya belum juga turun, hal ini membuat Eunri semakin khawatir. 

        Eunri yang lelah menangis pun kini tak kuasa melawan beratnya kantuk yang mendera. Perlahan ia mulai menutup matanya, membiarkan rasa kantuk menguasainya, dan akhirnya ia pun terlelap, dengan air mata yang masih mengalir membasahi pipinya.
==========================

Teriknya sinar matahari yang menembus tirai kamar Baekhyun tak mampu membangunkan Eunri dari tidurnya. Tapi tiba-tiba ia mulai bergerak saat sentuhan lembut membelai rambutnya.
        "Baekhyun-a, kau sudah bangun?" Jerit Eunri melihat Baekhyun yang tengah menatapnya dan tersenyum.
       Tepat setelah jeritan Eunri terdengar, muncullah Eunbi, Taehyun, dan Junmyeon dengan rasa bersalah mereka.
        "Baekhyun-a..." gumam Junmyeon sambil menunduk.
        "Mianhae" sahut Taehyun yang ikut-ikutan menunduk.
      "Adakah yang bersedia menceritakan semuanya padaku?" Tanya Baekhyun dengan suara yang hanya sebatas bisikan.
        Eunri pun segera menceritakan semua ide konyolnya. Mulai dari Eunri yang meminta bantuan -lebih tepatnya memohon-mohon- pada Junmyeon agar mau membantunya, sampai rasa bersalah Eunri yang langsung memenuhi rongga dadanya begitu mengetahui Baekhyun sakit gara-gara terjebak dalam permainannya.
        "Aku benar-benar menyesal, tak kusangka kau akan sepanik itu" bisik Eunri.
        "Gwaenchana, tapi jangan pernah ulangi perbuatan konyolmu itu"
        "Arasseo. .Baekhyun oppa" ucap Eunri.
        "Rupanya sekarang kau sudah jadi adikku?" Tanya Baekhyun yang diikuti gelak tawa Eunbi, Taehyun, dan Junmyeon.
***
        Sejak saat itu, sikap Eunri berubah. Tingkahnya dan Baekhyun pun layaknya adik dan kakak. Pertengkaran diantara mereka tidak separah hari-hari sebelum Baekhyun sakit. Berangkat dan pulang sekolah selalu bersama, bahkan seluruh siswa, tentu saja kecuali Eunbi, Taehyun, dan Junmyeon, mengira ada hubungan khusus diantara mereka.
      Sore itu Baekhyun ke kamar Eunri untuk memberinya kejutan karena hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tapi sepertinya Eunri tidak menyadari kehadiran Baekhyun karena sibuk dengan tugas dari sekolah yang telah menggunung. Baekhyun memandangi kamar itu dengan senyum merekah seolah ia telah bertemu dengan kawan lama. Itu adalah ketiga kalinya Baekhyun masuk ke kamar Eunri. Pertama kali saat ia baru tiba di rumah itu, kedua saat memberikan miniatur boneka salju sebagai permintaan maaf dari kesalahan yang ia sendiri pun tak tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan.
        "Saengil chukhahae" teriaknya sambil menepuk bahu Eunri. Eunri langsung berbalik, dan semakin terkejut melihat kue tart berukuran sedang di tangan kanan Baekhyun dan sebuah kotak dengan pita pink di tangan kirinya.
        "Bagaimana kau. . ."
        "Akan sangat keterlaluan jika aku tidak tahu kapan hari ulang tahun adikku" ucapnya sambil meletakkan kue itu diatas meja kecil di dekat tempat tidur.
        "Kau tidak mau membuka hadiah dariku?" Tanya Baekhyun sambil mengangkat kotak berpita pink-nya, sementara Eunri langsung menghentikan kegiatan makannya dan menyambar kotak itu.
        "Woaaahhh" teriaknya begitu melihat sebuah sweater putih yang selama ini diinginkannya kini telah ada di depan mata. "Ini sweater couple kan? Bagaimana dengan.  . ."
        "Kupakai, tentu saja. Adik-kakak memakai baju yang sama tidak masalah, kan?"
        "Gomawo" seru Eunri yang langsung menghambur kedalam pelukan Baekhyun. Sementara Baekhyun yang tiba-tiba merasa canggung pun hanya bisa tersenyum dan membelai rambut Eunri dengan lembut.
        "Kau suka?" Tanya Baekhyun setelah Eunri menjauh. Eunri hanya membalasnya dengan senyum, senyuman tercanggung yang pernah ia tunjukkan pada seorang namja.
        "Kau tidak haus? Kurasa aku harus mengambil air minum" ucap Eunri. Baekhyun hanya mengangguk dan dalam sekejap, Eunri telah menghilang dari hadapannya.
        Haus? Sepertinya itu alasan yang tepat untuk menjauh dari Baekhyun, hanya untuk sementara, tentu saja. Hanya ingin menetralkan degup jantungnya yang melebihi batas normal.
        Baekhyun menyandarkan tubuhnya di kaki tempat tidur Eunri. Tangannya yang tak sengaja menyentuh sesuatu pun langsung ia tarik keluar dengan selembar foto dalam genggamannya.
       28 Oktober 2012-begitulah yang tertulis di kertas itu. Perlahan-lahan Baekhyun membalik kertas itu, dan dengan jeritan tertahan ia langsung berusaha menajamkan penglihatannya. Sontak ia langsung teringat pertanyaan yang ia ajukan pada Eunri beberapa hari yang lalu.
        "Kapan terakhir kali kau naik sepeda?
        "Dua tahun lalu, eumm..dua puluh delapan Oktober"
        "Dengannya?" bisik Baekhyun. Ia langsung menyembunyikan foto itu ketika suara langkah kaki Eunri terdengar semakin jelas.
        "Jadi, apa kau mau cerita tentang kebencianmu pada sepeda?"
        "Pertanyaan itu lagi? Sepertinya kau benar-benar penasaran"
        "Lebih penasaran dari perkiraanmu"
        "Tapi aku tidak mau, jadi...oh, baiklah, kuharap setelah ini kau tidak akan cerewet lagi" Eunri yang semula tetap berniat menyimpan ceritanya, kini benteng pertahanannya runtuh setelah Baekhyun mengeluarkan senjatanya, aegyo.
        Eunri pun langsung cerita panjang lebar. Saat ia mau belajar naik sepeda karena seseorang. Ia bertemu dengan seorang namja yang tinggal di apartemen di dekat taman kota. Eunri yang anak tunggal selalu merasa kesepian, tak ada yang bisa ia ajak ke taman, dan disana pun ia merasa kesepian karena tak ada yang ia kenal.


      "Kau sendirian?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangnya. Eunri hanya mengangguk, ia takut orang itu berniat jahat padanya. Tapi satu hal yang tak bisa ia pungkiri, orang itu sangatlah tampan. "Jangan takut, aku bukan orang jahat. Kau mau naik sepeda denganku?" Eunri menggeleng, sementara namja itu sepertinya mulai kecewa. "Kau mau mati bosan disini?" Lagi-lagi hanya gelengan lemah yang ia dapatkan. "Kalau begitu ayo" ucapnya seraya menarik lengan Eunri. Tapi Eunri langsung menahannya dan menggeleng.
        "A-aku..ti-tidak bisa naik sepeda" ucapnya terbata, takut kalau-kalau ia di tertawakan atas pengakuannya. Awalnya orang asing itu berniat untuk tertawa, tapi ia tidak bisa melakukannya, melihat Eunri kemungkinan akan menangis, lari dari tempat itu, dan mungkin akan membencinya.
        "Aku akan mengajarimu, tenang saja"
        Awalnya Eunri ragu dengan ucapan orang asing itu, tapi akhirnya ia percaya setelah orang itu benar-benar membuktikannya. Dengan kesabaran penuh, namja itu berhasil membantu Eunri dengan sepedanya. Alhasil, dalam waktu singkat pun Eunri sudah bisa menguasai sepeda yang ada di depannya itu.
        "Siapa namamu tadi?" Tanyanya saat mereka tengah beristirahat di bawah pohon yang daunnya rindang.
        "Aku belum mengatakannya"
        "Benarkah? Kalau begitu siapa namamu?"
        "Eunri..Hwang Eunri"
        "Nama yang indah, aku Jung Daehyun" ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang manis, pikir Eunri. "Kuperhatikan kau selalu sendirian, kau tak punya teman untuk diajak kesini? Mungkin kakak atau adik?"
        "Aku anak tunggal, tapi sebenarnya aku ingin punya kakak, namja"
        "Kalau begitu kau bisa menganggapku sebagai kakakmu" sontak Eunri langsung menoleh dengan mata berbinar-binar.
        "Jinjja?"
        "Tentu saja, aku juga ingin punya adik, yeoja"
        "Uwaaaa, kebetulan sekali"
        "Jadi mulai sekarang kau adalah adikku, oke?"
        "Ne, Daehyun oppa"

        "Saat itu aku merasa aneh, biasanya aku tak bisa percaya begitu saja pada orang yang baru kukenal, tapi entah mengapa rasanya aku yakin dia benar-benar bisa jadi kakak yang baik, terlebih setelah ia berjanji akan selalu menjagaku. Bahkan ia sering kesini tiap aku mengatakan aku butuh bantuan, datang lebih cepat dari yang kukira"
        "Orang tuamu tau tentang hal ini?" Eunri mendengus kesal dan menggeleng.
        "Mereka tak punya waktu untuk mengetahui hal ini"
        "Jadi apa yang terjadi selanjutnya?"
        "Dia meninggalkanku. Dia mengajakku bersepeda sehari sebelum dia menghilang. Apa dia mulai bosan punya adik sepertiku? Sampai sekarang pun tak ada kabar. Menghilang secara tiba-tiba, apa maksudnya? Nappeun namja" gerutu Eunri seraya menerawang keluar jendela.
        "Jadi kau membenci sepeda sama seperti kau membencinya?"
        "Kurasa begitu, dan itulah alasannya kenapa aku sempat tidak mau menganggapmu sebagai kakakku. Aku takut tiba-tiba kau meninggalkanku sama seperti saat dia meninggalkanku"
        "Tenang saja, aku tidak akan pernah meninggalkanmu"
        "Kau yakin?" Tanya Eunri yang langsung menoleh, berharap Baekhyun serius dengan ucapannya. Sementara Baekhyun hanya tersenyum dan membelai rambut Eunri dengan lembut.
***
        Akhir-akhir ini Eunri terlihat sering murung, ucapan ibunya beberapa hari yang lalu masih terngiang di telinganya. Eunri semakin yakin dengan ucapan ibunya setelah ia yang tanpa sengaja membaca pesan di ponsel Baekhyun. Apa yang ia takutkan akan terjadi lagi, ia akan kehilangan sosok seorang kakak untuk yang kedua kalinya. Baekhyun akan meninggalkannya.
        "Kau mau ikut denganku?" Tanya Baekhyun yang telah berdiri di belakangnya.
        "Kemana?"
        "Suatu tempat, naik sepeda"
        "Oh my God, bukankah aku sudah menceritakan semuanya?"
        "Aku tidak peduli" ucap Baekhyun yang langsung menarik lengan Eunri, menghampiri sepedanya yang terparkir di taman disamping rumah Eunri.
        Baekhyun tak mempedulikan Eunri yang terus meronta, memukul-mukul pinggangnya dan berteriak agar Baekhyun menghentikan sepedanya. Ia masih diam, membiarkan tangan Eunri bertindak kasar pada pinggangnya. Eunri langsung berhenti saat Baekhyun menghentikan sepedanya ditempat yang berhasil membuat jantungnya mencelos.
        "Kenapa kau membawaku kesini? Apa kau gila?" Gerutu Eunri.
        "Ada sesuatu yang harus kutunjukkan padamu" entah apa yang merasuki pikirannya, Eunri hanya diam dan menurut saja apa yang diucapkan Baekhyun, ia hanya berjalan di belakang Baekhyun tanpa berniat menyemburkan bermacam protesan yang sebelumnya mengisi otaknya. Baekhyun berhenti, tepat di dekat batu nisan dengan ukiran indah diatasnya. Kilauan sinar mentari terpantul di ukiran teratas, ukiran emas bertuliskan.  . .
        "Jung..Daehyun?" Gumam Eunri terbata.
        "Sekarang kau mengerti kan kenapa dia tiba-tiba meninggalkanmu?" Tanya Baekhyun pada Eunri yang kini hanya diam mematung, memandangi batu nisan di depannya dengan air mata yang terus bergulir membasahi pipinya. "Jung Daehyun, aku telah menemukan adikmu" ucap Baekhyun sambil memberikan sebuah box kecil pada Eunri. Sebuah kalung dengan ukiran "DaeRi" dan sebuah amplop biru yang berhasil membuat air mata Eunri semakin deras bergulir.

 ----------------------
     Eunri-aaaaaaa...annyeong. Ini kakakmu, kakakmu yang paling tampan, Jung Daehyun, ah tidak...Hwang Daehyun, haha..
Saengil chukhahae uri dongsaeng^^
Aku tidak tau harus memberimu apa, jadi kuputuskan untuk memberimu kalung ini agar kau selalu mengingatku. Agar kau ingat kau pernah punya kakak setampan diriku..Haha
     Sudahlah, aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Kurasa aku hanya bisa berdoa agar kau selalu bahagia.
Saranghae, Hwang Eunri^^
                                                                         -JDH-
  ---------------------------------------

        "Apa yang terjadi?" Tanya Eunri di tengah isak tangisnya.
        "Dia mengalami kecelakaan tepat setelah membelikanmu hadiah itu"


"Baekhyun-a, bagaimana menurutmu?" Tanya Daehyun sambil menunjukkan kalung dengan liontin berukiran "DaeRi" pada Baekhyun.
        "DaeRi? Siapa itu?"
        "Ini singkatan namaku dan adikku, ini untuk hadiah ulang tahunnya"
        "Adik? Aku tidak pernah melihatnya"
        "Dia memang tidak tinggal denganku, dan kuharap kau tidak bertemu dengannya sebelum kau mendapat izin dariku"
        "Aku tidak berniat menemuinya"
        Setelah selesai dengan transaksinya, Daehyun dan Baekhyun segera meninggalkan toko itu. Daehyun tidak sabar ingin memberikan hadiah itu pada orang yang ia sebut-sebut sebagai adiknya. Tepat saat mereka akan menyeberang, tiba-tiba saja seorang anak yang ada di depan mereka berlari, melepaskan tangannya dari genggaman ibunya. Daehyun yang melihat hal itu pun langsung berlari menghampiri anak itu karena ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya. Berhasil, anak itu berhasil lolos dari maut, tapi nasib buruk malah menimpa Daehyun yang kini telah terbaring tak berdaya.

        "Daehyun-a, kumohon bertahanlah" rengek Baekhyun yang terus mengawasi sahabatnya itu, memastikan matanya tetap terbuka.
        "A-aku a-akan b-baik-baik s-saja" ucap Daehyun sebelum suster menyuruh Baekhyun untuk menunggu di luar.
        Baekhyun mulai cemas, ia hanya bisa berharap Daehyun akan baik-baik saja. Ia langsung terlonjak ketika melihat dokter keluar dari ruangan itu.
        "Maaf, tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin" ucap sang dokter. Baekhyun hanya menunduk, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak menyangka akan kehilangan seorang sahabat secepat ini.
        "Tadi dia menitipkan ini untukmu, dia bilang kau harus membantunya" ucap suster sambil menyerahkan sebuah kotak kecil pada Baekhyun. Kotak yang sebelumnya telah ia lihat, kotak yang Daehyun genggam dengan sangat erat sebelum kecelakaan yang membuatnya harus meninggalkan Baekhyun, meninggalkan adiknya, dan meninggalkan dunia ini.


        "Sejak saat itu aku mulai berpikir bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan orang yang belum pernah kukenal. Jangankan kenal, melihatnya pun belum pernah, sampai akhirnya kau menceritakan cerita itu dan aku senang karena telah menemukan adik sahabatku"
        "Dan kau pikir setelah memberikan hadiah ini padaku tugasmu telah selesai?" Baekhyun menoleh, memandang Eunri tak mengerti, sampai Eunri mengeluarkan sesuatu dari saku celananya yang berhasil membuat Baekhyun berjengit.
.
.
.
.
.
TBC




Tidak ada komentar:

Posting Komentar