GG

GG
Follow my Twitter : @lovbie_df

Sabtu, 08 Juli 2017

[FF] BE MY EVERLASTING LOVE



BE MY EVERLASTING LOVE
*
*
*
*
*
Sebuah mobil hitam mengkilap berhenti tepat di depan gerbang SMA Kyungyong. Puluhan gadis bahkan telah berjejer rapi untuk menyambut pangeran mereka. Jeritan-jeritan memekakkan telinga langsung terdengar begitu pintu mobil terbuka. Namun, bukannya seorang pangeran, yang keluar malah Ziyao, pemuda asal Cina yang dianggap sebagai si buruk rupa oleh para siswi SMA Kyungyong. Kaki pendeknya berjalan melewati puluhan sorakan kecewa gadis-gadis cantik itu. Namun dengan percaya diri, ia tetap menunjukkan gigi putih bersinarnya yang berantakan.
Puluhan sumpah serapah masih mengiringi langkah Ziyao. Sementara itu, sosok lain yang sedari tadi bersembunyi di semak-semak pun langsung bersorak kegirangan dan menyelinap keluar sebelum mereka benar-benar melompat padanya.
“Apa-apaan ini. Kau selamat?” tanya Taehyung yang langsung melompat berdiri begitu Hoseok melangkah masuk. “Bagaimana mungkin? Biasanya kau acak-acakan.”
“Ini karena aku punya doppelganger[1],” ucap Hoseok dengan santai.
“Siapa?” tanya Seokjin yang mulai tertarik dengan obrolan keduanya.
“Liu Ziyao,” sontak Jungkook langsung menyemburkan air yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Jungkook melempar tatapan tak percayanya pada Hoseok, sementara Hoseok dan yang lain menatap Namjoon dengan tatapan ngeri sekaligus jijik.
“Liu Ziyao? Murid pindahan dari Cina itu?” tanya Jungkook seraya menyodorkan kotak tisu pada Namjoon, tanpa menoleh.
“Kau bercanda? Apanya yang doppelganger? Kau sengaja menjadikannya korban? Aku yakin dia akan dikeroyok gadis-gadis mengerikan itu,” suara serak Yoongi terdengar begitu sosoknya muncul dari balik selimut yang terbentang di atas sofa.
Chajattda![2],” sorak Choi Jihee, gadis paling populer di SMA Kyungyong. Ia langsung menghambur ke dalam pelukan Hoseok begitu ia berhasil membuka pintu ruang kelas seni dengan paksa.
Ya! Darimana kau tahu kami disini?” gumam Namjoon.
“Asal kalian tahu, kemana pun Hoseok pergi, aku pasti akan menemukannya. Hatiku akan selalu menuntunku.”
“Ugh, aku merinding,” ucap Taehyung sambil bergidik, kemudian menyambar tasnya dan keluar.
“Apa hatimu juga akan menuntunmu kalau Hoseok hyung sedang di toilet?” cibir Jimin seraya berlalu di antara keduanya.
Hoseok melepaskan tangan Jihee yang sedari tadi bergelayut manja di tangannya.
“Maaf, tapi aku tidak bisa mengizinkanmu masuk, tuan Jung,” desis seorang siswi yang tengah membuka kedua tangannya, menguasai pintu untuk menghalangi Hoseok.
Ya! Apa yang kau lakukan?” protes Jihee yang tak henti-hentinya memelototi gadis itu.
“Kau bisa masuk, tapi biarkan Jung Hoseok tetap disini.”
“Apa maksudmu? Mana mungkin...” ucapannya terhenti begitu Hoseok mendorong tubuh Jihee, membuat tubuh gadis itu tidak sengaja membentur lengan Bona yang masih terbuka. “Ya! Kau sengaja mau menyakitiku?”
“Asal kau tahu saja, posisi lenganku sudah seperti ini dari tadi. Lagipula kalau ingin marah seharusnya kau memarahi Hoseok. Dia yang mendorongmu.”
Jihee bersungut-sungut, berusaha menahan malu sekaligus rasa sakitnya. Sementara Taehyung dan Jungkook tidak bisa menghentikan tawa mereka.
“Kau harus tanggung jawab.”
“Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?”
“Bukan padaku, tapi dia,” jawab Bona sambil menunjuk Ziyao yang kini melambaikan tangan pada mereka dengan senyum idiotnya.
Hoseok memandangi Ziyao yang benar-benar berantakan. Rambut pemuda itu bahkan acak-acakan, kacamatanya patah, wajah coklatnya penuh dengan memar-memar. Tak hanya itu, bajunya yang tidak pernah disetrika itu semakin terlihat lusuh. Yang lebih parah lagi, Ziyao hanya memakai sepatu untuk kaki kanannya saja.
“Apa kau ingin jadi Cinderella?” tanya Hoseok sambil bergidik.
“Ah, gadis-gadis itu mengambil sepatuku dan melemparnya entah kemana. Untung saja aku masih bisa mempertahankan sepatu kananku,” jawabnya dengan tenang, sementara Taehyung, Jungkook, dan Seokjin kembali terkikik.
“Liu Ziyao, sungguh aku minta maaf telah membuatmu seperti ini.”
“Tidak...tidak apa-apa. Gadis-gadis itu yang terlalu kejam memperlakukanku seperti ini. Lagipula aku sangat berterima kasih karena kau sudah memberiku tumpangan,” Ziyao berdiri, kemudian meletakkan kedua tangan di perutnya dan membungkuk. “Gamsahamnida[3],” ucapnya, kemudian ia meringis, menampilkan deretan giginya yang tidak rata.
Hoseok kembali menatap Bona, “Kau lihat? Bahkan dia berterima kasih padaku.”
Wajah Bona memerah. Ia benar-benar merasa dipermalukan oleh orang paling menyebalkan yang pernah ia temui.
“Jadi, apa aku bisa masuk?” Dengan berat hati, Bona menurunkan lengannya, membiarkan orang itu lolos bahkan ketika ia telah menggenggamnya.
***
“Ketua kelas, tolong bantu aku untuk membawa buku-buku ini ke mejaku,” pinta Bu guru Kim setelah kelas mereka usai.
Ne,” jawab Bona. Ada nada kecewa di wajahnya.
Ziyao buru-buru maju dan berniat membantu Bona, namun Bona langsung menampik tangannya dan melangkah keluar.
“Kenapa kau tidak membantunya?” tanya Hoseok seraya menepuk bahu Ziyao.
“Kau tidak lihat tadi aku sudah berniat membantunya? Tapi dia malah memberiku tatapan -tidak usah sok baik- padaku,” gumam Ziyao.
Hoseok segera berlari keluar. Tanpa ba-bi-bu ia pun langsung mengambil tumpukan buku itu dari tangan Bona, kemudian berjalan mendahuluinya. Namun, tiba-tiba saja Bona menahan lengan Hoseok dan...
Plakkk
Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi kanan Hoseok. Bona segera mengambil kembali buku-buku itu, meninggalkan Hoseok yang masih memegangi pipinya.
Daebak.[4] Pangeran SMA Kyungyong ditampar rakyat jelata,” gumam Jungkook yang tak henti-hentinya memandangi punggung Bona yang semakin menjauh.
Ya! Jaga ucapanmu. Siapa yang kau panggil rakyat jelata, hah?” bentakan Hoseok mampu membuatnya terlonjak.
Daebak. Murid paling tampan SMA Kyungyong dibentak pangeran SMA Kyungyong,” gumam Taehyung begitu Hoseok telah menjauh. Sementara Jungkook melempari Taehyung tatapan mematikan.
***
Bona berderap menyusuri gang sempit dekat sekolah. Langkahnya sedikit tergesa, terlebih saat ia merasa seseorang telah membuntutinya. Ia berhenti, lalu menoleh. Tidak ada siapapun. Namun perasaan yang sama kembali muncul ketika ia melanjutkan langkahnya.
Hoseok terlonjak begitu Bona mendadak berbalik dan menatapnya dengan tajam. “Kau?”
Ya! Aku hanya ingin minta maaf.”
“Untuk apa?”
“Untuk apa?” Hoseok mulai menerawang, menggaruk tengkuknya, dan kembali memandang Bona. “Aku tidak tahu apa kesalahanku, tapi...”
“Lalu untuk apa kau minta maaf?” Bona kembali melangkah, kali ini ia sedikit menghentakkan kakinya.
“Apa salahnya aku minta maaf?”
Bona yang masih terus melangkah, mau tak mau harus berhenti begitu Hoseok menarik lengannya. Kini mereka berdiri berhadapan. Hampir saja tangan Bona mendarat di pipi Hoseok kalau saja pemuda itu tidak dengan sigap menghadangnya.
“Aku tidak tahu kenapa kau selalu dingin padaku. Bahkan kau menyalahkanku karena Ziyao terluka. Apa aku sejahat itu?” Bona tidak berani menatap Hoseok ketika pemuda itu mulai melonggarkan cengkeramannya. “Apa salah kalau aku hanya ingin berteman?”
Bona menggigit bibirnya. Tidak pernah ia melihat Hoseok seserius itu. Ia terdiam, tubuhnya mulai gemetar. Hoseok menatapnya sebentar kemudian benar-benar melepas cengkeramannya.
“Aku hanya tidak ingin terlihat canggung di depanmu,” gumam Bona begitu Hoseok tak lagi berdiri di hadapannya.
***
Bona menoleh ke jendela tiap kali segerombolan murid laki-laki lewat dengan kegaduhan-kegaduhan kecil. Bukan apa-apa, ia hanya belum siap menghadapi Hoseok setelah kejadian kemarin.
Saking sibuknya bolak-balik melongok ke arah jendela, ia tidak sadar seseorang baru saja meletakkan sesuatu di mejanya.
“Yoghurt?” gumam Bona yang langsung mengedarkan pandangan ke tiap inchi ruang kelasnya. Pandangannya berhenti pada sosok Hoseok yang sebelumnya tidak ada di tempat duduknya. Ia pun melirik Jihee dan semakin yakin yoghurt itu dari Hoseok karena wajah Jihee telah menjawabnya.
***
“Ayo cepat naik,” seru Hoseok yang telah siap dengan sepedanya. Bona hanya menatapnya tidak percaya. “Apa kau perlu bantuanku?”
“Tidak...Tidak,” Bona langsung duduk di belakangnya, tapi Hoseok tak juga mengayuh sepedanya.
“Aku tidak akan bertanggung jawab kalau kau jatuh dan terluka,” ucapnya pelan. Namun apa yang diinginkan Hoseok tak juga terjadi. “Apa kau tidak paham maksudku?”
“Ah, mian[5].”
Hoseok pun mengulurkan tangannya ke belakang, meraih lengan Bona dan melingkarkan tangan Bona di pinggangnya. Keduanya tersenyum, kemudian Hoseok mulai mengayuh sepedanya.
Kedua mata Bona terpejam, senyumnya mengembang begitu angin sore membelai pipinya dengan lembut. Tidak masalah seberapa berantakan rambutnya sekarang, ia hanya ingin menikmati angin sore yang menyapanya.
Keduanya menyusuri tepi sungai tanpa menghapus senyuman di wajah mereka. Mereka kini berhenti, menatap hamparan air yang mengalir tenang serta kilauannya di permukaan.
“Kim Bona.”
“Hmm?”
“Aku mengajakmu kesini karena...aku ingin lebih lama bersamamu,” Bona menoleh, tatapannya penuh tanya sekarang.
“Kita ini sekelas. Kurasa kau memiliki banyak waktu untuk hal-hal semacam ini.”
“Tidak. Waktuku tidak sebanyak itu,” gumam Hoseok. Bona menggeser posisinya. Kini mereka saling berhadapan. “Aku akan ke Amerika. Sebentar lagi.”
“Apa?”
“Aku takut tidak bisa kembali ke sini. Jadi aku ingin bertemu denganmu.”
“Aku akan selalu menunggumu, jadi kau harus kembali secepatnya.”
“Aku tidak yakin,” gumam Hoseok, mulai memutar-mulai botol kecil di tangannya.
“Kau kesana karena itu?” Bona menunjuk botol di tangan Hoseok.
“Sepertinya ketergantunganku pada obat ini membuatku semakin gila.”
Bona menatapnya iba. Tak disangka, dibalik sikapnya yang menyebalkan, ia berusaha keras melawan ketergantungan pada obat-obat penenang itu, walau itu masih tidak berhasil.
“Aku menyerah. Aku tidak bisa melawannya sendiri,” Hoseok langsung menunduk, ia pun memejamkan kedua matanya dan berusaha menenangkan dirinya. “Aku akan kembali kalau kau berjanji akan selalu menungguku.”
***
Kenangan dua tahun lalu masih saja muncul, tapi Bona tetap saja tidak bisa melupakan janji mereka. Ia kini sedang mengayuh sepeda menyusuri tepi sungai, persis seperti dua tahun lalu saat ia ke tempat itu dengan Hoseok.
Bona terus memandangi name tag-nya. Bagaimanapun juga ia akan segera lulus dari SMA Kyungyong, tapi tak ada kabar apapun dari Hoseok. Ia sempat berpikir Jung Hoseok telah melupakan janjinya, dan memutuskan untuk pindah sekolah, bertemu dengan gadis-gadis cantik, memacari mereka, kemudian...
Ya!” Bona terlonjak. Ia mengerjap pelan dan tiba-tiba saja bergidik ngeri.
“Apa Jung Hoseok tahu aku sedang membicarakannya?” Bona semakin bergidik ngeri membayangkan Hoseok memiliki kekuatan super yang mampu membaca pikiran orang lain. Tapi suara itu...
Ya! Kim Bona,” suara itu terdengar lagi. Kali ini Bona merasakan pandangan seseorang padanya. Seseorang tengah berdiri disana begitu ia berbalik. Seseorang yang tengah memandangnya.
Bibir Bona bergetar, matanya memerah, dan dalam sekejap tangisnya pun pecah. Hoseok yang panik dengan tangisan Bona pun berlari menghampirinya dan dengan gerakan refleks, ia menarik Bona ke dalam pelukannya. Paling tidak itu bisa meredam suara tangisan Bona yang berhasil menarik perhatian orang-orang sekitar.
Hampir lima menit berlalu setelah Bona menghentikan tangisannya. Mereka duduk di atas rerumputan hijau yang menghadap ke sungai, persis seperti dua tahun lalu.
Ya! Kau membuang ponselmu?”
“Huh?”
“Aku sudah menghubungimu lebih dari 20 kali,” kali ini Hoseok benar-benar kesal.
Bona mengambil ponselnya dan menjerit. Ia menatap Hoseok, ponselnya, kembali ke Hoseok, ponselnya, terus begitu sampai Hoseok menahan kepalanya.
“Kau pikir aku datang untuk melihatmu mematahkan lehermu sendiri?” Bona menurunkan tangan Hoseok dari kepalanya dan menunduk.
“Kupikir kau tidak akan kembali.”
“Mana mungkin? Aku tidak bisa membiarkan milikku diambil orang lain jika aku terlalu lama disana.”
“Kau masih mengkhawatirkan mobilmu? Dasar orang kaya,” gumam Bona sambil menggerutu tidak jelas.
Hoseok terkekeh, kemudian menoleh menatap Bona yang masih menunduk. “Milikku ada disini.”
Bona menoleh, mengerutkan keningnya dan mulai mengedarkan pandangan ke sekitar mereka. “Ah, sepeda itu. Ya! Aku hanya meminjamnya. Lagipula itu ada di gudang sekolah. Apa aku...”
Ya! Apa kau tidak bisa berhenti membicarakannya benda-benda mati itu? Milikku yang kumaksud itu hidup, bisa bernapas, bisa berjalan, dan bahkan bisa terlonjak saat aku mencium pipinya,” Hoseok langsung mengecupnya singkat.
“Jung Hoseok...”
Wae? Kau masih belum tahu siapa yang kumaksud? Mau kuulangi lagi?”
“Tidak, aku...aku sudah tahu.”
“Jadi, kau menerimaku sebagai kekasihmu atau tidak?”
Ya! Apa-apaan? Beginikah caramu menyatakan perasaanmu? Sangat-sangat tidak romantis,” cibir Bona.
“Jadi kau ingin aku melakukan apa? Mengajakmu makan malam romantis? Memberimu ribuan bunga? Membacakan puisi romantis? Aku bukan orang yang bisa melakukan hal-hal semacam itu,” gerutu Hoseok yang langsung bangkit dan berjalan menjauh.
“Ey...aku hanya bercanda,” Bona menyusul Hoseok dan langsung menggenggam tangan Hoseok.
Hoseok berhenti dan menoleh. “Apa ini? Kau menerimaku?” tanyanya seraya mengangkat tangannya yang digenggam Bona.
“Aku tidak mengatakan apapun. Hanya ingin melakukannya.”
“Dasar curang.”
“Kau yang lebih dulu berbuat curang.”
“Mau kukembalikan?” goda Hoseok.
“Tidak, terima kasih,” tolak Bona yang langsung menjauhkan wajahnya.
Ya! Kau melupakan sepedaku.” Bona kembali menggerutu begitu Hoseok memintanya kembali untuk mengambil sepedanya. “Jangan menggerutu, itu sepeda mahal.”
“Kau masih memikirkan kekayaanmu?”
“Tentu saja. Itu milik orang tuaku, aku harus melindunginya.”
“Baiklah...baiklah, aku akan melindunginya untukmu.” Bona melangkah dengan kesal. Bibirnya terus menggerutu sampai Hoseok memeluknya dari belakang.
Ya, begitulah Jung Hoseok. Dia akan melindungi apa yang menjadi miliknya. Selain melindungi harta orang tuanya, alasan ia pulang adalah untuk melindungi miliknya sendiri, Kim Bona.
Ah ya, kisahnya hanya sampai disini. Untuk kelanjutan kisah mereka, sepertinya hanya Tuhan dan mereka yang tahu. Dan mungkin teman-teman mereka.

THE END
"...I hope that you remember, that you always have a place in my heart." -S.E.S (Remember)-


[1] (En) Orang yang wajahnya mirip.
[2] (Kr) Ketemu!
[3] (Kr) Terima kasih.
[4] (Kr) Wow/Hebat/Luar biasa
[5] (Kr) Maaf.
__________________________
1st FF for today guys....hope you like it

Tidak ada komentar:

Posting Komentar