Kedua
tiang listrik penghuni rumah mewah di ujung jalan itu kini tengah berusaha
menyibukkan diri. Mereka tidak ingin menghancurkan rumah mereka lagi hanya
karena masalah kecil. Setiap hari selalu saja begitu, mereka benar-benar tidak
bisa diam, bahkan saat mereka tidur sekalipun. Entahlah, mungkin mereka sedang
berkelahi di alam mimpi.
“Kris,
bagaimana caranya agar aku bisa mengganti margaku? Aku ingin menikahi seseorang”
tanya salah satu tiang listrik yang memiliki senyuman di seluruh wajahnya.
“Kau
pikir marga Liu tidak bisa menikah?” tiang listrik dengan tampang angry bird
itu langsung berbalik dan memandang adiknya.
“Bukan begitu, dia terlalu menyukai marga Park-nya, dia
tidak ingin mengganti marganya hanya karena menikahi pria dengan marga lain”
“Kalau begitu pergilah ke keluarga Park, lalu minta
mereka untuk mengadopsimu. Tunggu, kau masih kecil, jangan menyinggung tentang
pernikahan” cibir Kris sambil beranjak meninggalkan adiknya.
“Park Chanyeol, cocok juga” bisik Chanyeol dengan senyum
idiotnya.
***
Rentetan kalimat yang semula berbaris rapi kini mulai
berdesak-desakan tak karuan bak demonstran yang tengah melakukan unjuk rasa
menolak kenaikan harga BBM. Hal itu benar-benar berhasil membuat Chanyeol ingin
mengeluarkan seluruh isi perutnya.
“Aku tidak bisa konsentrasi lagi” keluh Chanyeol.
“Sudahlah, berhenti memikirkan Sandara” sahut Taehyun
yang masih menatap bukunya.
“Sepupumu itu benar-benar WOW, aku tidak tega mengusirnya
dari pikiranku, itu terlalu kejam”
“Kurasa dia lebih memilih untuk kau usir, aku tidak yakin
dia betah terus-terusan di otakmu yang kecil itu”
“Park Taehyun, Liu Chanyeol, keluar dari kelasku sekarang
juga” guru killer itu kini telah bersiap mengoyak kedua siswanya.
“Baiklah” sahut Chanyeol dengan bersemangat seraya
menarik lengan Taehyun.
“Jangan, kumohon…” Taehyun terus memohon, tapi percuma
karena Chanyeol telah menyeretnya keluar.
Dua cowok jangkung itu kini tengah memperhatikan
gerak-gerik cewek berusia 30-an tahun berwajah 17 tahun yang sedang membaca
bukunya di bawah pohon mangga.
“Apa disini ada siswa yang pacaran dengan karyawan
sekolah?”
“Kurasa tidak ada” jawab cowok dengan hairstyle belah
tengah bermata sipit itu.
“Baiklah, berarti aku yang pertama”
“Hah?” Taehyun langsung menjauh dan memandang sahabatnya
itu dengan tatapan horror.
“Berikan ini padanya, katakan kalau aku akan
mentraktirnya. Tapi kau tidak boleh ikut” ucap Chanyeol sambil menyerahkan
secarik kertas pada Taehyun.
“Kau pikir aku mau melakukannya?”
“Please” dengan berat hati Taehyun pun menghampiri
Sandara yang masih setia membaca bukunya.
“Kau sudah makan?”
“Belum” sekilas Taehyun menoleh dan ada seringai kecil
menghiasi wajahnya.
“Ayo ke kantin, aku yang traktir” Taehyun langsung
menarik lengan kakak sepupunya seraya menjulurkan lidah pada Chanyeol.
“Woy Park Taehyun, kenapa kau meninggalkanku?” percuma,
Taehyun tidak menoleh sedikitpun. “Ah sial” teriak Chanyeol yang langsung
menendang benda disampingnya. Tapi ia langsung meringis kesakitan ketika
menyadari benda itu adalah gundukan hitam dengan tekstur sekeras batu, hey! itu
memang batu.
***
Chanyeol masih mengaduk-aduk cereal
dihadapannya dengan geram. Jika cereal itu bisa bicara mungkin sekarang kantin
telah dipenuhi teriakan-teriakan kesal dari mangkuk yang masih penuh itu.
“Kau pulang sebentar lagi kan? Aku akan mengantarmu, kebetulan kita searah”
“Sejak kapan kalian searah?” celetuk Taehyun yang masih
setia melahap cerealnya.
“Sejak kau menggagalkan rencanaku” desis Chanyeol sambil
menatapnya dengan tajam.
“Terima kasih tapi aku dan Taehyun naik taksi saja”
“Kak, ayo pulang”
“Sipiiiit” Taehyun pun berbalik dan mendapati Chanyeol yang
telah memberinya tatapan mematikan.
“Baiklah, kita pulang dengan anak ini” ucap
Taehyun dengan malas.
Entah apa yang ada dalam rongga mulut Chanyeol.
Sepanjang perjalanan sepertinya mulutnya enggan menutup. Semua kalimat yang ada
di otaknya pun keluar begitu saja.
“Cepatlah menikah kalau tidak mau jadi perawan
tua” celetuk Chanyeol saat Sandara telah turun dari mobilnya. “Tapi tak masalah
jika kau memang berniat menungguku” Chanyeol hanya cengengesan, sementara
Sandara mulai menatapnya dengan tatapan aneh. Lain lagi dengan Taehyun yang
hanya memasang tampang bloonnya.
“Ini karena kau telah mengantarku” ucap Sandara
sambil menyentuh pipi Chanyeol dengan tangan lembutnya. “Dan ini karena kau
telah mendoakanku menjadi perawan tua” Chanyeol langsung merintih saat tangan
yang semula membelai pipinya itu menimpalinya dengan sentuhan lain yang lebih
kasar. Baiklah, lebih tepatnya sebuah tamparan.
“Cepat keluar, aku mau pulang” ucap Chanyeol
pada Taehyun yang baru saja menyaksikan adegan mengenaskan itu.
“Bukankah
tadi kau bilang mau mengantar kami? Berarti kau juga harus
mengantarku pulang”
“Kami? Aku hanya ingin mengantarnya, bukan dia dan kau.
Cepat keluar! Aku buru-buru” Taehyun terus memaki-maki Chanyeol sampai mobil
hitam di depannya itu menghilang dari pandangan.
Senyum Chanyeol semakin mengembang, tamparan yang baru
saja mendarat di pipinya bagaikan sentuhan kapas baginya, mengingat seorang
Park Sandara baru saja duduk disampingnya.
Ia pun berhenti tepat di halaman rumah mewah di
ujung jalan. Rumah yang terlihat sepi bahkan bagai tak berpenghuni. Selalu saja
begitu jika kedua tiang listrik, atau salah satunya tidak ada di rumah.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Chanyeol ketika
ia memergoki sang kakak tengah menempelkan telinganya di pintu kamar orang tua
mereka. Kris pun langsung mengisyaratkan adiknya agar tidak berisik.
Kris segera menarik lengan Chanyeol tepat saat
adiknya bersiap ikut mencuri dengar percakapan orang tua mereka.
“Dengar! salah satu dari kita bukanlah anak
kandung mereka. Dan sepertinya mereka akan mengembalikan salah satu dari kita
pada orang tua salah satu. . .”
“Bisakah kau tidak mengulang salah satu dari
kita-mu itu? Aku tau pasti kaulah yang akan dikembalikan”
“Benarkah?”
“Ya, dan jangan khawatir karena aku tidak akan
merindukanmu” ucap Chanyeol dengan wajah tanpa dosa.
“Bisakah kau berbohong sedikit saja dengan
mengatakan kalau kau akan merindukanku? Atau kalau perlu keluarkan air mata
buayamu itu”
“Aku bukan buaya jadi aku tidak punya air mata
itu” jawab Chanyeol sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
***
Masih
pukul tujuh pagi, tapi matahari telah sukses membuat para penghuni bumi
bermandikan keringat.
“Dengar
anak-anak, kalian sudah dewasa, dan sepertinya sudah saatnya kami memberitahu
kalian bahwa salah satu dari kalian. . .”
“Bukan
anak kandung kalian?” sambar Chanyeol, membuat ibunya langsung membulatkann
kedua matanya. “Ya, kami sudah mendengarnya”
“Liu
Chanyeol, bisakah kau pura-pura tidak tahu untuk menutupi kepolosanmu itu? Bahkan
sekarang aku mulai ragu kau ini polos atau kurang pintar?”
“Jadi
menurutmu aku bodoh?”
“Aku
tidak mengatakannya, aku hanya bilang kalau kau kurang pintar”
“Itu
sama saja”
“Sudah
cukup, jangan buat mereka menunggu lebih lama lagi” bentak kepala keluarga Liu.
Keluarga
Liu segera bergerak, tidak kurang dari tiga puluh menit mobil pun telah
terparkir di halaman sebuah rumah mewah bergaya Eropa yang berhasil membuat
Chanyeol membelalakkan matanya.
“Selamat
datang dirumah kami” sapa kepala keluarga Park dengan senyum lebarnya seraya
mempersilahkan mereka untuk duduk. “Kalian berdua benar-benar tampan” tambahnya
saat melihat Kris dan Chanyeol yang berdiri di belakang orang tua mereka.
“Kurasa orang tua kalian sudah menjelaskan semuanya”
“Ya, dan kami sudah membawa orang yang anda cari” mereka
pun langsung memandang Chanyeol yang kini tengah melingkarkan lengannya di bahu
Kris.
***
Tampak mobil lain tengah memasuki halaman rumah keluarga
Park, dan keluarlah dua orang dari dalamnya.
“Bukankah
ini mobil keluarga Liu?” Tanya Sandara sambil menunjuk mobil yang terparkir di
samping mobilnya.
“Apa
yang mereka lakukan disini? Tumben sekali” Sandara
hanya mengangkat bahunya dan berlari memasuki istananya.
“Aku pulang” teriak Sandara yang langsung tertegun
melihat Kris dan Chanyeol yang juga ada dirumahnya.
“Hai” sapa Chanyeol dengan senyum lebarnya.
“Sandara, adikmu telah kembali, sekarang namanya adalah
Chanyeol”
“HAH?” jawaban nyonya Park sukses membuat Sandara,
Taehyun, bahkan Kris langsung berteriak memelototinya, sementara Chanyeol yang
merasa namanya disebut pun langsung menoleh secepat kilat.
“Bukankah Kris?”
“Liu Chanyeol, kupikir saat kau bilang kau sudah mengetahui
semua itu kau benar-benar mendengar semuanya” jawab nyonya Liu.
“Jadi bukan dia?” Tanya Chanyeol seraya mengarahkan jari
telunjuknya pada Kris.
“Tentu saja dia, Chanyeol” sahut nyonya Park.
“Bukan, dia Kris” sambar Taehyun yang masih terpaku ditempatnya.
“Akulah Chanyeol” gumamnya sambil menunduk.
***
Setelah mengalami shock yang tidak terlalu berat itu,
keluarga Park pun mengajak anggota keluarga Liu untuk menikmati masakan nyonya
Park.
“Kalau boleh tahu, siapa nama kecil Chanyeol?” tanya Kris
di tengah dentingan garpu dan pisau yang saling bergesekan.
“Park Sanghyun” jawab Sandara tanpa mengalihkan pandangan
dari piringnya.
“Apa itu berarti aku harus mengganti namaku menjadi Park
Sanghyun?”
“Tidak, kau cukup mengganti margamu saja” jawab tuan
Park.
“Park
Chanyeol, bukankah itu bagus?” sahut nyonya Park sambil melempar senyumnya ke arah
Chanyeol.
“Park?”
Chanyeol terus menggumamkan nama itu sambil mengingat-ingat sesuatu. Tiba-tiba
ia mendongak dengan senyum kemenangan menghiasi wajahnya. “Kak Sandara, kau
tidak mau menikah karena tidak ingin melepas marga Park-mu kan?”
“Lalu?”
“Margaku
sudah ganti jadi Park” kini Sandara langsung mendongak dan memandang Chanyeol
dengan was-was. Sepertinya ia mulai paham kemana arah ucapan Chanyeol. “Jadi
jika kau menikah denganku kau tidak perlu mengganti margamu” ucap Chanyeol
dengan sumringah.
Tampang
shock kembali menghiasi wajah mereka, bahkan Taehyun langsung menepuk keningnya
mendengar ucapan sahabatnya itu.
“Sekarang
aku paham, ternyata itu semua bukan kepolosan, tapi ketidak pintaran” gumam
Kris yang kembali menghela nafas panjang.
============================================
NB : Ini cerpen yang gagal terbit :'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar