GG

GG
Follow my Twitter : @lovbie_df

Selasa, 27 September 2016

My Lovely, Park

            Kedua tiang listrik penghuni rumah mewah di ujung jalan itu kini tengah berusaha menyibukkan diri. Mereka tidak ingin menghancurkan rumah mereka lagi hanya karena masalah kecil. Setiap hari selalu saja begitu, mereka benar-benar tidak bisa diam, bahkan saat mereka tidur sekalipun. Entahlah, mungkin mereka sedang berkelahi di alam mimpi.
            “Kris, bagaimana caranya agar aku bisa mengganti margaku? Aku ingin menikahi seseorang” tanya salah satu tiang listrik yang memiliki senyuman di seluruh wajahnya.
            “Kau pikir marga Liu tidak bisa menikah?” tiang listrik dengan tampang angry bird itu langsung berbalik dan memandang adiknya.
            “Bukan begitu, dia terlalu menyukai marga Park-nya, dia tidak ingin mengganti marganya hanya karena menikahi pria dengan marga lain”
            “Kalau begitu pergilah ke keluarga Park, lalu minta mereka untuk mengadopsimu. Tunggu, kau masih kecil, jangan menyinggung tentang pernikahan” cibir Kris sambil beranjak meninggalkan adiknya.
            “Park Chanyeol, cocok juga” bisik Chanyeol dengan senyum idiotnya.
***
            Rentetan kalimat yang semula berbaris rapi kini mulai berdesak-desakan tak karuan bak demonstran yang tengah melakukan unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM. Hal itu benar-benar berhasil membuat Chanyeol ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya.
            “Aku tidak bisa konsentrasi lagi” keluh Chanyeol.
            “Sudahlah, berhenti memikirkan Sandara” sahut Taehyun yang masih menatap bukunya.
            “Sepupumu itu benar-benar WOW, aku tidak tega mengusirnya dari pikiranku, itu terlalu kejam”
            “Kurasa dia lebih memilih untuk kau usir, aku tidak yakin dia betah terus-terusan di otakmu yang kecil itu”
            “Park Taehyun, Liu Chanyeol, keluar dari kelasku sekarang juga” guru killer itu kini telah bersiap mengoyak kedua siswanya.
            “Baiklah” sahut Chanyeol dengan bersemangat seraya menarik lengan Taehyun.
            “Jangan, kumohon…” Taehyun terus memohon, tapi percuma karena Chanyeol telah menyeretnya keluar.
            Dua cowok jangkung itu kini tengah memperhatikan gerak-gerik cewek berusia 30-an tahun berwajah 17 tahun yang sedang membaca bukunya di bawah pohon mangga.
            “Apa disini ada siswa yang pacaran dengan karyawan sekolah?”
            “Kurasa tidak ada” jawab cowok dengan hairstyle belah tengah bermata sipit itu.
            “Baiklah, berarti aku yang pertama”
            “Hah?” Taehyun langsung menjauh dan memandang sahabatnya itu dengan tatapan horror.
            “Berikan ini padanya, katakan kalau aku akan mentraktirnya. Tapi kau tidak boleh ikut” ucap Chanyeol sambil menyerahkan secarik kertas pada Taehyun.
            “Kau pikir aku mau melakukannya?”
            “Please” dengan berat hati Taehyun pun menghampiri Sandara yang masih setia membaca bukunya.
            “Kau sudah makan?”
            “Belum” sekilas Taehyun menoleh dan ada seringai kecil menghiasi wajahnya.
            “Ayo ke kantin, aku yang traktir” Taehyun langsung menarik lengan kakak sepupunya seraya menjulurkan lidah pada Chanyeol.
            “Woy Park Taehyun, kenapa kau meninggalkanku?” percuma, Taehyun tidak menoleh sedikitpun. “Ah sial” teriak Chanyeol yang langsung menendang benda disampingnya. Tapi ia langsung meringis kesakitan ketika menyadari benda itu adalah gundukan hitam dengan tekstur sekeras batu, hey! itu memang batu.
***
Chanyeol masih mengaduk-aduk cereal dihadapannya dengan geram. Jika cereal itu bisa bicara mungkin sekarang kantin telah dipenuhi teriakan-teriakan kesal dari mangkuk yang masih penuh itu.
“Kau pulang sebentar lagi kan? Aku akan mengantarmu, kebetulan kita searah”
“Sejak kapan kalian searah?” celetuk Taehyun yang masih setia melahap cerealnya.
“Sejak kau menggagalkan rencanaku” desis Chanyeol sambil menatapnya dengan tajam.
“Terima kasih tapi aku dan Taehyun naik taksi saja”
“Kak, ayo pulang”
“Sipiiiit” Taehyun pun berbalik dan mendapati Chanyeol yang telah memberinya tatapan mematikan.
“Baiklah, kita pulang dengan anak ini” ucap Taehyun dengan malas.
Entah apa yang ada dalam rongga mulut Chanyeol. Sepanjang perjalanan sepertinya mulutnya enggan menutup. Semua kalimat yang ada di otaknya pun keluar begitu saja.
“Cepatlah menikah kalau tidak mau jadi perawan tua” celetuk Chanyeol saat Sandara telah turun dari mobilnya. “Tapi tak masalah jika kau memang berniat menungguku” Chanyeol hanya cengengesan, sementara Sandara mulai menatapnya dengan tatapan aneh. Lain lagi dengan Taehyun yang hanya memasang tampang bloonnya.
“Ini karena kau telah mengantarku” ucap Sandara sambil menyentuh pipi Chanyeol dengan tangan lembutnya. “Dan ini karena kau telah mendoakanku menjadi perawan tua” Chanyeol langsung merintih saat tangan yang semula membelai pipinya itu menimpalinya dengan sentuhan lain yang lebih kasar. Baiklah, lebih tepatnya sebuah tamparan.
“Cepat keluar, aku mau pulang” ucap Chanyeol pada Taehyun yang baru saja menyaksikan adegan mengenaskan itu.
 “Bukankah tadi kau bilang mau mengantar kami? Berarti kau juga harus mengantarku pulang”
“Kami? Aku hanya ingin mengantarnya, bukan dia dan kau. Cepat keluar! Aku buru-buru” Taehyun terus memaki-maki Chanyeol sampai mobil hitam di depannya itu menghilang dari pandangan.
Senyum Chanyeol semakin mengembang, tamparan yang baru saja mendarat di pipinya bagaikan sentuhan kapas baginya, mengingat seorang Park Sandara baru saja duduk disampingnya.
Ia pun berhenti tepat di halaman rumah mewah di ujung jalan. Rumah yang terlihat sepi bahkan bagai tak berpenghuni. Selalu saja begitu jika kedua tiang listrik, atau salah satunya tidak ada di rumah.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Chanyeol ketika ia memergoki sang kakak tengah menempelkan telinganya di pintu kamar orang tua mereka. Kris pun langsung mengisyaratkan adiknya agar tidak berisik.
Kris segera menarik lengan Chanyeol tepat saat adiknya bersiap ikut mencuri dengar percakapan orang tua mereka.
“Dengar! salah satu dari kita bukanlah anak kandung mereka. Dan sepertinya mereka akan mengembalikan salah satu dari kita pada orang tua salah satu. . .”
“Bisakah kau tidak mengulang salah satu dari kita-mu itu? Aku tau pasti kaulah yang akan dikembalikan”
“Benarkah?”
“Ya, dan jangan khawatir karena aku tidak akan merindukanmu” ucap Chanyeol dengan wajah tanpa dosa.
“Bisakah kau berbohong sedikit saja dengan mengatakan kalau kau akan merindukanku? Atau kalau perlu keluarkan air mata buayamu itu”
“Aku bukan buaya jadi aku tidak punya air mata itu” jawab Chanyeol sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
***
            Masih pukul tujuh pagi, tapi matahari telah sukses membuat para penghuni bumi bermandikan keringat.
            “Dengar anak-anak, kalian sudah dewasa, dan sepertinya sudah saatnya kami memberitahu kalian bahwa salah satu dari kalian. . .”
            “Bukan anak kandung kalian?” sambar Chanyeol, membuat ibunya langsung membulatkann kedua matanya. “Ya, kami sudah mendengarnya”
            “Liu Chanyeol, bisakah kau pura-pura tidak tahu untuk menutupi kepolosanmu itu? Bahkan sekarang aku mulai ragu kau ini polos atau kurang pintar?”
            “Jadi menurutmu aku bodoh?”
            “Aku tidak mengatakannya, aku hanya bilang kalau kau kurang pintar”
            “Itu sama saja”
            “Sudah cukup, jangan buat mereka menunggu lebih lama lagi” bentak kepala keluarga Liu.
            Keluarga Liu segera bergerak, tidak kurang dari tiga puluh menit mobil pun telah terparkir di halaman sebuah rumah mewah bergaya Eropa yang berhasil membuat Chanyeol membelalakkan matanya.
            “Selamat datang dirumah kami” sapa kepala keluarga Park dengan senyum lebarnya seraya mempersilahkan mereka untuk duduk. “Kalian berdua benar-benar tampan” tambahnya saat melihat Kris dan Chanyeol yang berdiri di belakang orang tua mereka.
            “Kurasa orang tua kalian sudah menjelaskan semuanya”
            “Ya, dan kami sudah membawa orang yang anda cari” mereka pun langsung memandang Chanyeol yang kini tengah melingkarkan lengannya di bahu Kris.
***
            Tampak mobil lain tengah memasuki halaman rumah keluarga Park, dan keluarlah dua orang dari dalamnya.
            “Bukankah ini mobil keluarga Liu?” Tanya Sandara sambil menunjuk mobil yang terparkir di samping mobilnya.
            “Apa yang mereka lakukan disini? Tumben sekali” Sandara hanya mengangkat bahunya dan berlari memasuki istananya.
            “Aku pulang” teriak Sandara yang langsung tertegun melihat Kris dan Chanyeol yang juga ada dirumahnya.
            “Hai” sapa Chanyeol dengan senyum lebarnya.
            “Sandara, adikmu telah kembali, sekarang namanya adalah Chanyeol”
            “HAH?” jawaban nyonya Park sukses membuat Sandara, Taehyun, bahkan Kris langsung berteriak memelototinya, sementara Chanyeol yang merasa namanya disebut pun langsung menoleh secepat kilat.
            “Bukankah Kris?”
            “Liu Chanyeol, kupikir saat kau bilang kau sudah mengetahui semua itu kau benar-benar mendengar semuanya” jawab nyonya Liu.
            “Jadi bukan dia?” Tanya Chanyeol seraya mengarahkan jari telunjuknya pada Kris.
            “Tentu saja dia, Chanyeol” sahut nyonya Park.
            “Bukan, dia Kris” sambar Taehyun yang masih terpaku ditempatnya.
            “Akulah Chanyeol” gumamnya sambil menunduk.
***
            Setelah mengalami shock yang tidak terlalu berat itu, keluarga Park pun mengajak anggota keluarga Liu untuk menikmati masakan nyonya Park.
            “Kalau boleh tahu, siapa nama kecil Chanyeol?” tanya Kris di tengah dentingan garpu dan pisau yang saling bergesekan.
            “Park Sanghyun” jawab Sandara tanpa mengalihkan pandangan dari piringnya.
            “Apa itu berarti aku harus mengganti namaku menjadi Park Sanghyun?”
            “Tidak, kau cukup mengganti margamu saja” jawab tuan Park.
            “Park Chanyeol, bukankah itu bagus?” sahut nyonya Park sambil melempar senyumnya ke arah Chanyeol.
            “Park?” Chanyeol terus menggumamkan nama itu sambil mengingat-ingat sesuatu. Tiba-tiba ia mendongak dengan senyum kemenangan menghiasi wajahnya. “Kak Sandara, kau tidak mau menikah karena tidak ingin melepas marga Park-mu kan?”
            “Lalu?”
            “Margaku sudah ganti jadi Park” kini Sandara langsung mendongak dan memandang Chanyeol dengan was-was. Sepertinya ia mulai paham kemana arah ucapan Chanyeol. “Jadi jika kau menikah denganku kau tidak perlu mengganti margamu” ucap Chanyeol dengan sumringah.
            Tampang shock kembali menghiasi wajah mereka, bahkan Taehyun langsung menepuk keningnya mendengar ucapan sahabatnya itu.
            “Sekarang aku paham, ternyata itu semua bukan kepolosan, tapi ketidak pintaran” gumam Kris yang kembali menghela nafas panjang.

============================================
NB : Ini cerpen yang gagal terbit :'(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar