GG

GG
Follow my Twitter : @lovbie_df

Selasa, 27 September 2016

Raindrop


Tumpukan buku di sudut ruangan semakin berkurang. Pemilik buku-buku itu bahkan tetap tidak menghiraukan ajakan teman-temannya untuk sekedar mengisi perut atau membasahi kerongkongannya dengan air dingin sekalipun.
“Jangan biarkan dia semakin tegang” bisik seorang guru yang sedari tadi memperhatikan Jessica yang tengah mengawasi kekasihnya.
Jessica hanya mengangguk dan langsung berlari menghampiri Kris yang masih berkutat dengan buku-buku tebal dihadapannya. Perlahan ia mulai memindahkan buku-buku itu dan meletakkan sebuah kotak bekal disana.
“Makanlah, jangan terlalu tegang”
“Sica kumohon pergilah, aku harus belajar”
“Bisakah kau santai sedikit? Jika kau tegang, semuanya tidak akan berjalan sesuai keinginanmu”
“Kau tau sendiri kan aku ingin ikut olimpiade ini? Jadi aku tidak ingin buang-buang waktu hanya untuk mendengar nasihatmu” bentak Kris yang langsung meninggalkan kekasihnya.

***

Jessica masih setia memberikan makan siangnya untuk Kris, walaupun ia harus mendapat perlakuan kasar dari Kris seperti kemarin. Ia tidak keberatan meski Kris terus-menerus membentak, mengusir, atau bahkan memukulnya agar ia mau menjauh. Yang ia pedulikan hanyalah kesehatan Kris yang akhir-akhir ini semakin menurun.
“Jessica, sudah kubilang kan jangan pernah menggangguku”
“Aku mengganggumu karena kau tidak mempedulikan kesehatanmu. Kau harus makan sekarang juga” bentakan Jessica membuat teman-temannya berpaling, mereka tidak menyangka gadis seperti Jessica mampu membentak kekasihnya seperti itu.
“Dengar, yang kubutuhkan sekarang adalah waktu untuk belajar, bukan makanan, oke?”
“Kris”
“Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi. Aku tidak ingin nasibku sama sepertimu, kalah sebelum kompetisi dimulai” gumam Kris.
Tapi seberapa pelan pun suara Kris, Jessica masih bisa mendengarnya dengan jelas. Tanpa pikir panjang, ia pun segera berlari menjauh dari kelas itu. Sesekali ia menyeka air matanya dengan kasar, air mata yang sepertinya enggan untuk berhenti mengalir.
“Aku memang payah, kalah sebelum bertanding” gumamnya ditengah isakan yang memecah kesunyian taman. “Baiklah, aku akan pergi”

***

Kris kembali berkutat dengan buku-bukunya, membolak-balik tiap halamannya sampai terlihat lusuh. Sedikit ada yang mengganjal di hatinya. Jessica, kekasihnya itu kini tak pernah terlihat lagi setelah pertengkaran tempo hari. Mungkin dia sudah bosan, batinnya.
“Aku berangkat, do'akan aku ya” ucapnya pada laki-laki dengan lingkaran hitam di sekitar matanya.
“Sica?”
“Tidak perlu, aku khawatir dia akan bertindak aneh lagi” jawab Kris yang langsung berlari meninggalkan temannya itu, laki-laki yang tengah menggenggam selembar kertas yang baru saja ia ambil dari sebuah rumah sakit.


Setelah berkutat dengan soal-soal yang menurutnya mudah itu, Kris segera kembali ke sekolah dan menemui kekasihnya.
“Dimana Jessica?”
“Sudah tiga hari ini dia tidak masuk” jawab seorang siswi yang menurut nametag-nya bernama Tiffany.
“Bisa kita bicara sebentar?” tanya laki-laki pemilik lingkar hitam di sekitar matanya. Tanpa menunggu jawaban dari Kris, siswa pindahan dari China bernama Zitao itu segera menarik lengan Kris dan membawanya ke kelas mereka.
“Sepertinya salah satu alasan kenapa Jessica menghilang adalah karena sikapmu yang sudah keterlaluan” Kris mulai mengerutkan keningnya dan terus menatap laki-laki yang lebih muda darinya itu. “Kau ingat beberapa hari yang lalu saat kau bilang dia kalah sebelum kompetisi dimulai? Kau tahu alasannya kenapa dia bisa begitu?” Kris hanya menggeleng pelan. “Dia tahu kau ingin ikut olimpiade ini, dan yang lebih penting lagi, dia tahu kalau dia adalah saingan terberatmu di sekolah ini”
“Tapi. . .”
“Jangan tanya apapun karena aku mengetahuinya dari guru BP. Kuharap itu cukup membuatmu sadar. Dan satu lagi” Zitao langsung beranjak dari tempat duduknya setelah menyerahkan kertas yang sedari tadi berada dalam genggamannya.
“Leukemia?” batinnya.
“Kris, hasilnya sudah keluar” Kris terlonjak menyadari seseorang telah berdiri disampingnya, ia pun segera mengambil sebuah amplop coklat dari tangan gurunya itu.
“Apa itu?” tanya Pak Lee sambil menunjuk benda yang baru saja masuk kedalam saku Kris.
“Bukan, bukan apa-apa”
Ia berusaha membaca dengan teliti, mengulangi kata demi kata dengan seksama. Dan kali ini ia yakin, seberapa banyak pun ia mencoba membacanya lagi, hasilnya tetap menyatakan bahwa ia tidak lolos.
“Inilah hasil dari keteganganmu, hitunganmu sudah benar, tapi di lembar jawaban kau banyak melakukan kesalahan”

***

Pagi datang lagi, namun dua kata itu terus berputar-putar di otaknya, bahkan sosok Jessica yang telah menghilang pun kini tiba-tiba muncul dan memberikan senyum termanisnya.
Kris langsung meraih handphone nya dan menulis pesan dengan cepat.
“Temui aku di taman, ada yang perlu kusampaikan” ia segera mengirim pesan itu walaupun ia tahu Jessica tidak akan membalasnya. Kris langsung meraih jaket kesayangannya. Tak lupa ia membeli seikat bunga kesukaan Jessica dan ia selipkan secarik kertas berisi permintaan maaf disana.
“Aku tidak peduli kau akan datang atau tidak, aku akan tetap menunggumu” gumamnya.







Dinginnya angin terus berusaha menembus kulit, namun semilirnya dengan ramah membelai lembut dedaunan di taman yang telah sepi itu. Kris terus melangkahkan kakinya menghampiri bangku taman yang biasa ia tempati bersama Jessica, kekasihnya.
Tiba-tiba tetesan air mulai jatuh ke bumi, tepat saat Jessica telah berdiri dihadapan Kris. Lagi-lagi ia hanya tersenyum, senyuman termanis yang tidak pernah ia tunjukkan pada orang lain selain Kris.
“Aku minta maaf atas keegoisanku. Aku memang jahat karena tidak menyadari perasaanmu, bahkan aku tidak percaya kenapa aku bisa seegois ini”
Kris diam dan mulai menebak-nebak bagaimana reaksi Jessica setelah mendengar permintaan maafnya. Tapi gadis yang berdiri didepannya itu hanya menunduk dan mulai menangis.
“Kupikir saat kau pergi semuanya akan baik-baik saja, tapi ternyata aku salah, aku telah menyia-nyiakan orang yang yang tulus mencintaiku. Bahkan sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih karena kau telah mencintaiku”
Hujan mulai reda, Jessica pun mendongak memandang Kris yang masih menatapnya. Terlihat sebuah penyesalan terpancar di wajah tampannya yang sendu.
“Aku berjanji akan mengubah sikapku” Jessica hanya mengangguk dan perlahan-lahan sosoknya pun mulai menghilang seiring dengan hujan yang telah reda.
Kris tersenyum, ia sadar ia tidak akan pernah melihat Jessica lagi. Bahkan hujan malam ini telah membuatnya mengingat saat-saat paling menyedihkan dalam hidupnya, saat-saat dimana ia harus menumpahkan seluruh air matanya di tempat dimana Jessica telah tertidur dengan tenang untuk selamanya.

=============================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar